Harga Buyback Emas Antam Naik 65,78% hingga Jumat (14/11)

Ussindonesia.co.id – , JAKARTA — Harga buyback emas Antam telah mengalami kenaikan dua digit hingga Jumat (14/11/2025).

Berdasarkan data Logam Mulia, harga buyback emas Antam naik Rp2.000 ke Rp2.263.000 pada Jumat (14/11/2025). Posisi itu mencerminkan kenaikan 65,78% untuk periode berjalan 2025.

Kendati demikian, harga buyback emas Antam masih terpaut dari rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di Rp2.336.000 pada 21 Oktober 2025.

: Pergerakan Harga Emas Hari Ini Jumat, 14 November 2025 di Pasar Dunia

Buyback emas merupakan transaksi menjual kembali emas, baik dalam bentuk logam mulia, logam batangan, maupun perhiasan. Biasanya, harga yang dibanderol lebih rendah dari harga jual saat itu.

Kendati demikian, buyback emas masih bisa mendatangkan keuntungan apabila terdapat selisih besar antara harga jual dan harga buyback.

: : Ramalan Harga Emas, Perak Cs 2026 Versi Bank Dunia

Sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, penjualan kembali emas batangan ke Antam dengan nominal lebih dari Rp10 juta, dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 persen untuk pemegang NPWP dan 3 persen untuk non NPWP). Adapun, PPh 22 atas transaksi buyback dipotong langsung dari total nilai buyback.

Sebagaimana diketahui, pergerakan harga buyback emas Antam sejalan dengan harga emas di pasar global.

: : Para Pembeli Emas Antam yang Masih Gigit Jari November 2025

Diberitakan Bisnis sebelumnya, harga emas di pasar spot dunia pada perdagangan hari ini, Jumat (14/11/2025) pagi waktu Indonesia, atau Kamis petang di Amerika Serikat kembali ke zona hijau. Pada pukul 06.53 WIB, emas menguat 0,3% ke level US$4.184,89. 

Level harga emas ini setara dengan kenaikan US$13,37 dibandingkan level penutupan hari sebelumnya.

Pada perdagangan hari sebelumnya, emas mengalami penurunan pertama dalam lima hari sebesar 0,6%.

Turunnya harga emas spot seiring ekspektasi yang semakin menipis bahwa penurunan suku bunga dilakukan segera seiring pemerintah AS kembali beroperasi setelah penutupan sementara (shutdown) berakhir.

Untuk saat ini, investor belum yakin bahwa data resmi yang tertunda setelah pemerintahan AS kembali beroperasi setelah penutupan terpanjangnya akan menunjukkan alasan yang cukup untuk membenarkan penurunan suku bunga The Fed.