Harga Emas Hari Ini (22/9/2025) Menguat Tipis usai The Fed Pangkas Bunga

Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Harga emas hari ini terpantau naik tipis pada awal perdagangan Senin (22/9/2025) setelah pemangkasan suku bunga pertama The Federal Reserve (The Fed) tahun ini. Investor kini menanti rilis data inflasi penting pada Jumat (26/9/2025) untuk mencari petunjuk arah kebijakan moneter bank sentral AS.

Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 07:36 waktu Singapura, harga emas spot naik tipis 0,1% menjadi US$3.688,40 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka Comex tercatat naik 0,52% pada US$3.725,10 per troy ounce. Indeks Dolar Bloomberg juga menguat 0,1%. Sementara itu, perak dan platinum stabil, sedangkan paladium menguat.

Harga emas sempat diperdagangkan sekitar US$20 di bawah rekor tertinggi pekan lalu, setelah The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu (17/9/2025). 

Harga kemudian terkoreksi dari level tertinggi sepanjang masa setelah Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan keputusan selanjutnya akan diambil secara rapat demi rapat, sehingga menekan ekspektasi pelonggaran moneter agresif. 

Adapun, suku bunga yang lebih rendah biasanya menguntungkan emas yang tidak memberikan imbal hasil bunga.

Pekan ini, pelaku pasar akan mencermati data aktivitas di Eropa serta indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) di AS pada Jumat. Indikator inflasi pilihan The Fed tersebut diperkirakan tumbuh lebih lambat bulan lalu, yang dapat memperkuat alasan pemangkasan suku bunga. 

: : Harga Emas Antam di Pegadaian Hari Ini Senin, 22 September 2025 Termurah Rp1.158.000

Powell juga dijadwalkan menyampaikan pandangan mengenai prospek ekonomi pada Selasa (23/9/2025) waktu setempat.

Pasar masih memperkirakan hampir dua kali lagi pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini. Prospek pelonggaran moneter lebih lanjut menjadi pendorong utama lonjakan harga emas sebesar 40% sepanjang 2025. 

: : Daftar Harga Emas Antam, UBS, dan Galeri24 Hari Ini, Senin 22 September 2025

Selain itu, harga emas juga mendapat dukungan dari permintaan aset lindung nilai akibat ketegangan geopolitik, dampak tarif impor Presiden AS Donald Trump terhadap ekonomi global, serta meningkatnya pembelian bank sentral dan kepemilikan emas di bursa ETF.

Sebelumnya, sejumlah analis memperkirakan harga emas dunia berpeluang menembus level US$4.000 per troy ounce dalam beberapa waktu ke depan. 

Financial Analyst Finex Brahmantya Himawan menyebut kondisi tersebut menegaskan kembali relevansi emas dalam portofolio investasi. 

“Pemangkasan suku bunga The Fed menekan imbal hasil riil sehingga opportunity cost memegang emas semakin rendah. Dalam sejarah, periode suku bunga riil rendah hingga negatif selalu beriringan dengan reli harga emas,” ujarnya.

Sejak pandemi Covid-19, emas konsisten dipandang sebagai instrumen lindung nilai paling solid. Kombinasi suku bunga riil rendah, inflasi yang tetap tinggi, dan risiko geopolitik global memperkuat sentimen positif terhadap logam mulia tersebut.