
Ussindonesia.co.id HOUSTON. Harga minyak dunia menguat tipis pada perdagangan Rabu (3/12/2025) waktu setempat setelah Amerika Serikat (AS) dan Rusia gagal mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Kebuntuan diplomatik ini membuat harapan pelonggaran sanksi terhadap sektor minyak Rusia kembali menipis, meski kenaikan harga tertahan oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan.
Harga minyak Brent ditutup naik 22 sen atau 0,4% ke level US$62,67 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) naik 31 sen atau 0,5% menjadi US$58,95 per barel. Keduanya sebelumnya sempat turun lebih dari 1% pada sesi perdagangan sebelumnya.
Harga Minyak WTI Naik Tipis, Namun Dibayangi Risiko Kelebihan Pasokan
Sentimen pasar tertekan oleh data terbaru dari Energy Information Administration (EIA) yang menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah, bensin, dan distilat di Amerika Serikat.
Stok minyak mentah naik 574.000 barel dalam sepekan hingga 28 November, berlawanan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan 821.000 barel.
Lonjakan signifikan juga terjadi pada persediaan bensin yang naik 4,52 juta barel, jauh di atas perkiraan kenaikan 1,5 juta barel.
Persediaan distilat meningkat 2,1 juta barel, melampaui proyeksi kenaikan hanya 700.000 barel. Rilis data EIA bahkan sempat tertunda karena kendala teknis, menambah ketidakpastian pasar.
Harga Minyak Naik Lebih dari US$ 1 per Barel, Dipicu Aksi OPEC dan Serangan Ukraina
Analis memperkirakan pasar masih dihadapkan pada suplai global yang cukup berlimpah. “Pasokan global masih sangat memadai. Pasar sedang menyesuaikan diri karena perjanjian damai Ukraina dan Rusia tampaknya kembali molor,” ujar Dennis Kissler, Senior Vice President of Trading di BOK Financial.
Ia menambahkan bahwa perdagangan minyak tetap berada dalam kondisi penuh kegelisahan akibat risiko geopolitik yang meningkat.
Kecemasan tersebut makin nyata setelah pemerintah Rusia menyatakan bahwa pertemuan lima jam antara Presiden Vladimir Putin dan utusan utama Presiden AS Donald Trump tidak menghasilkan kompromi.
Pelaku pasar menunggu apakah perundingan dapat membuka peluang pencabutan sanksi terhadap perusahaan energi besar Rusia seperti Rosneft dan Lukoil, yang selama ini membatasi suplai ke pasar global.
Harga Minyak Melorot, Sentimen The Fed hingga Geopolitik Ikut Menekan
Putin sebelumnya menuding negara-negara Eropa menghambat upaya AS mengakhiri perang melalui usulan-usulan yang dinilai Moskow sama sekali tidak dapat diterima.
Situasi bertambah tegang setelah serangan Ukraina terhadap fasilitas ekspor minyak di wilayah Laut Hitam Rusia dan dua kapal tanker yang terkait pengangkutan minyak Rusia pada pekan lalu.
Putin juga memperingatkan bahwa Rusia akan mengambil tindakan terhadap kapal tanker negara-negara yang membantu Ukraina, langkah yang menurut analis berpotensi meningkatkan risiko geopolitik di pasar energi global.