IHSG Ditutup Menguat ke 8.051, Saham BRMS, BRPT, dan BBCA Melaju

JAKARTAIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencetak rekor all time high (ATH) baru pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (19/9/2025), setelah melalui sesi yang cukup volatil. Kenaikan signifikan ini didukung oleh penguatan saham-saham unggulan seperti BRMS, BRPT, dan BBCA, memberikan sentimen positif bagi pasar saham Indonesia.

Menurut data dari RTI Infokom, IHSG ditutup kokoh di level 8.051,11, menguat 0,53% dibandingkan sesi sebelumnya. Pergerakan indeks sepanjang hari berada dalam rentang 7.983 hingga 8.051. Secara keseluruhan, 301 saham tercatat mengalami penguatan, sementara 350 saham melemah, dan 148 saham lainnya tidak bergerak. Diiringi optimisme pasar, kapitalisasi pasar turut meningkat, mencapai Rp14.661 triliun.

Performa cemerlang tampak pada saham PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) yang menjadi bintang utama dengan nilai transaksi fantastis mencapai Rp3,1 triliun. Saham ini melonjak signifikan 17,12%, menutup perdagangan di level Rp650.

Isu Pembubaran Kementerian BUMN Menguat, Perusahaan Pelat Merah Makin Lincah?
Selain BRMS, saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) juga mencatatkan aktivitas perdagangan tinggi dengan nilai transaksi Rp1,4 triliun. BRPT turut ditutup menguat 3,45% ke level Rp7.800. Lonjakan harga juga terlihat pada saham-saham lainnya seperti BBCA yang naik 1,3% ke level Rp7.800, PTRO menguat 2,91% ke Rp5.300, dan CDIA yang melonjak 2,99% mencapai Rp1.550 per saham.

Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas mengamati bahwa pasar terus mencermati prospek pemangkasan suku bunga The Fed. Bank sentral Amerika Serikat tersebut telah memangkas suku bunga acuannya untuk pertama kalinya sejak Desember, membuka spekulasi tentang kemungkinan penurunan lebih lanjut. Kendati demikian, para pengambil kebijakan memberikan peringatan bahwa inflasi yang persisten berpotensi memperlambat laju penurunan suku bunga di masa depan. Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan respons yang terukur terhadap kondisi pasar tenaga kerja yang mulai mendingin, menekankan bahwa bank sentral tidak berencana mempercepat siklus pelonggaran kebijakan moneternya dan akan bertindak dengan penuh kehati-hatian. Pernyataan Powell yang bernada hati-hati ini mengindikasikan prospek siklus pelonggaran yang mungkin akan berlangsung lebih panjang dari perkiraan.

Selain faktor domestik dan kebijakan The Fed, perhatian pasar juga tertuju pada dinamika geopolitik global, termasuk antisipasi panggilan telepon antara Presiden AS Trump dan Presiden China Xi Jinping, menyusul kesepakatan terkait kepemilikan TikTok oleh entitas AS. Dari ranah domestik, kabar penting datang dari kesepakatan antara Badan Anggaran DPR dan Pemerintah untuk melebarkan defisit Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026, dari target awal 2,48% menjadi 2,68%. Dengan pelebaran defisit APBN ini, pemerintah diharapkan untuk senantiasa menjaga kehati-hatian dalam merumuskan kebijakan fiskal guna mempertahankan stabilitas ekonomi nasional.

Disclaimer: Artikel ini disajikan semata-mata sebagai informasi dan tidak dimaksudkan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala keputusan investasi berada sepenuhnya pada diskresi pembaca. Pihak Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang mungkin timbul dari keputusan investasi yang diambil.