Ketidakpastian Ekonomi Global, Reksadana Pasar Uang Bisa Jadi Pilihan Investasi

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Indo Premier Sekuritas (IPOT) menyoroti Reksadana Pasar Uang (RDPU) sebagai instrumen investasi jangka pendek yang semakin menarik, terutama menjelang potensi pemangkasan suku bunga global pada Desember 2025. 

Fakta RDPU terbukti mampu memberikan imbal hasil (return) bersih yang lebih optimal dibandingkan rata-rata suku bunga deposito bank Himbara menjadikannya pilihan ideal bagi investor konservatif dan pemegang dana kas perusahaan.

Head of IPOT Fund & Bond, Dody Mardiansyah menjelaskan, reksadana pasar uang (RDPU) memiliki beberapa keunggulan kunci dibandingkan deposito bank Himbara. Terutama dalam hal imbal hasil bersih dan fleksibilitas. Secara potensi, RDPU mampu menawarkan return yang lebih tinggi dan optimal. 

“Salah satu alasan utamanya adalah perlakuan pajak. Deposito dikenakan pajak final sebesar 20% dari bunga yang diterima. Sementara return dari RDPU bebas pajak karena dana tersebut bukan merupakan objek pajak pendapatan,” terang Dody dalam keterangannya, Selasa (2/12/2025). 

Analisis Saham Abadi Lestari (RLCO) dari Samuel Sekuritas Potensi Kenaikan 43%

Selain itu, RDPU unggul dalam hal likuiditas, investor dapat mencairkan dana kapan saja tanpa penalti menjadikannya sangat fleksibel untuk pengelolaan dana kas. Berbeda dengan deposito yang terikat tenor dan pencairan dananya akan dikenakan penalti.

Dari segi modal awal, RDPU juga lebih terjangkau, seringkali dapat dimulai hanya dengan Rp 10.000. Berbanding terbalik dengan deposito yang umumnya memerlukan modal awal yang lebih besar. 

Meskipun RDPU diawasi oleh OJK (dengan risiko yang terdiversifikasi), deposito dilindungi oleh LPS (maksimal Rp 2 miliar per nasabah per bank). Namun secara keseluruhan, keunggulan RDPU pada return bersih dan likuiditas membuatnya menjadi pilihan yang lebih efisien bagi investor konservatif.

Meskipun deposito bank BUMN (Himbara) memberikan kepastian suku bunga dan jaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Dody bilang reksadana pasar uang menawarkan keuntungan bersih yang lebih baik.

“Bunga deposito saat ini berada di kisaran 2% – 4% sebelum pajak, sementara RDPU secara historis mampu memberikan return 5% – 6% per tahun,” jelas Dody.

Dody mengatakan, perbedaan signifikan terletak pada pajak. Bunga deposito dikenakan pajak final 20%, yang secara substansial mengurangi imbal hasil yang diterima investor.

Sebaliknya, return RDPU tidak dikenakan pajak karena dana ini dikelola oleh Manajer Investasi dan bukan merupakan objek pajak pendapatan, menjadikan hasil bersih yang diterima investor lebih optimal.

Lebih lanjut prospek pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral, khususnya Federal Reserve (The Fed) pada Desember 2025, yang diikuti oleh Bank Indonesia, memberikan implikasi penting bagi kedua instrumen.

Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.625 Per Dolar AS Hari Ini (2/12), Terkuat di Asia

Penurunan suku bunga cenderung menurunkan imbal hasil instrumen pasar uang, termasuk bunga deposito dan return RDPU yang berinvestasi di instrumen berjangka pendek.

Meskipun return sedikit menurun, keunggulan bebas pajak dan likuiditas tinggi pada RDPU tetap menjadikannya pilihan superior untuk penempatan dana kas (setara kas) dibandingkan deposito. RDPU juga menawarkan potensi diversifikasi di berbagai obligasi jangka pendek dan deposito di berbagai bank, sehingga risiko terpusat lebih terkelola.

Dengan tingginya likuiditas, RDPU menjadi solusi yang fleksibel dan efisien bagi individu maupun korporasi yang membutuhkan tempat penyimpanan dana darurat atau dana yang akan digunakan dalam waktu dekat (di bawah satu tahun). Investor dapat mencairkan dana kapan saja tanpa dikenakan penalti, berbeda dengan deposito yang terikat jatuh tempo.

“Di era ketidakpastian ekonomi global, likuiditas dan imbal hasil bersih yang optimal adalah kunci. RDPU menawarkan keseimbangan sempurna antara risiko rendah, hasil yang kompetitif dan fleksibilitas pencairan yang tidak dimiliki oleh deposito bank Himbara,” pungkas Dody.