Lima Saham Ini Disuspensi BEI Akibat Lonjakan Harga, Ini Saran Analis

Ussindonesia.co.id JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk menghentikan perdagangan lima saham pada Selasa (16/12). Investor pun perlu berhati-hati jika hendak berinvestasi pada saham-saham tersebut.

Sebagaimana diketahui, lima saham yang dimaksud meliputi PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO), PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO), PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk (CANI), PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), dan PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE).

BEI beralasan kelima emiten tersebut mengalami kenaikan harga kumulatif yang signifikan. Dalam rangka cooling down dan bentuk perlindungan kepada investor, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham-saham tersebut sejak sesi pertama 16 Desember 2025.

Direktur Chandra Asri Tambah Lagi Porsi Kepemilikan Saham di TPIA

“Para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perusahaan,” tulis Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Yulianto Aji Sadono dalam pengumuman, Senin (15/12).

Praktisi Pasar Modal sekaligus Pendiri WH-Project William Hartanto mengatakan, kenaikan tajam harga saham emiten-emiten tersebut sangat erat kaitannya dengan faktor spekulasi, terutama pada saham IPO seperti RLCO. Alhasil, wajar jika BEI bereaksi dengan melakukan suspensi terhadap lima saham tadi lantaran kenaikan harganya tak kunjung mereda.

“Pergerakan harga sahamnya juga tidak selalu sejalan dengan kinerja fundamental,” kata dia, Selasa (16/12).

William menambahkan, investor perlu memperhatikan beberapa hal jika hendak berinvestasi pada saham RLCO, CANI, NATO, BNBR, dan CARE saat gembok suspensinya dibuka.

Di antaranya adalah memantau apakah kenaikan harga sahamnya masih bisa terukur baik dari sisi support dan resistance, seberapa besar volume perdagangan saham tersebut, hingga valuasi saham yang bersangkutan. 

Lantas, William menyarankan investor untuk sell on strength saham-saham tersebut.

Prospek Saham Emiten Pulp dan Kertas Masih Moderat hingga 2026, Ini Kata Analis