Menerka Arah Inflow Asing di Pasar SBN Akhir Tahun Usai BI Tahan Suku Bunga

Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Indonesia diperkirakan mencatatkan aksi jual bersih atau net sell asing di pasar obligasi negara untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir pada 2025 ini. Adapun, pelonggaran moneter dari Bank Indonesia tetap diharapkan dapat menarik kembali inflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Berdasarkan data DJPPR Kementerian Keuangan per 17 November 2025, tercatat porsi kepemilikan SBN Rupiah yang dapat diperdagangkan oleh investor nonresiden sebesar Rp869,86 triliun. Nilai ini menunjukkan arus keluar asing (foreign capital outflow) sebesar Rp10,49 triliun sejak awal tahun.

Padahal, investor nonresiden di pasar obligasi sempat membukukan beli bersih atau net buy hingga akhir Agustus senilai Rp94,48 triliun dengan kepemilikan asing di SBN saat itu sebesar Rp953,85 triliun. Apabila tren ini berlanjut, pasar obligasi Indonesia masuk ke dalam jalur net sell asing untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.

: Target Anyar Yield SUN saat BI Tahan Suku Bunga, Bisa Turun Lagi?

Analis menilai keputusan Bank Indonesia untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% masih memiliki potensi untuk mendatangkan dana asing ke pasar obligasi Tanah Air. Meskipun begitu, kalangan analis pesimistis jika pasar obligasi bisa mencatatkan net buy di penghujung tahun.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai bahwa keputusan BI untuk menahan BI Rate sebetulnya turut diprediksi menahan laju yield SUN untuk melemah lebih lanjut.

“Kalau kita lihat Bank Indonesia belum mengubah [suku bunga]. Potensi penguatannya [yield] agak mengecil ya,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (19/11/2025).

Adapun saat ini, yield SUN bertenor 10 tahun telah terparkir di level 6,14%. Posisi itu memberikan spread sekitar 200 bps dengan yield obligasi AS yang tengah berada pada posisi 4,12%. Di tengah kondisi ini, Ramdhan menilai, hingga akhir tahun, posisi yield SUN akan berada di kisaran 6,1–6,2%.

Ramdhan menyebut, aksi penahanan BI Rate yang dilakukan Bank Indonesia sebetulnya tidak memberikan sentimen positif terhadap pasar obligasi. Menurutnya, aksi ini lebih memberikan dampak yang stagnan terhadap pasar sebab dibutuhkan kombinasi berbagai sentimen untuk mampu menggerakkan pasar. Terlebih, The Fed belum memutuskan suku bunga acuannya.

Bicara peluang masuknya dana asing, Ramdhan cukup optimistis bahwa peluangnya masih terbuka, walaupun terbatas. Di satu sisi, Ramdhan menilai bahwa yield obligasi Tanah Air masih cukup kompetitif dibandingkan yield SUN serupa di negara emerging market.

Berdasarkan data World Government Bonds, yield SUN Tanah Air masih lebih tinggi dibandingkan India yang sebesar 6,52%. Meskipun begitu, spread yield SUN Indonesia masih cukup lebar dibandingkan Malaysia yang sebesar 3,44% atau Singapura sebesar 1,95%.

Sementara itu, Portfolio Manager/Analyst Batavia Prosperindo Aset Manajemen Putri Nur Astiwi turut menilai bahwa peluang masuknya investor asing ke pasar obligasi Tanah Air cukup terbuka. Dia mengingatkan, pasar obligasi Indonesia telah didominasi oleh investor domestik bisa menjadi bantalan ketika ada tekanan dari munculnya net sell asing.

Meskipun begitu, masih diperlukan pemanis untuk mampu menghimpun dana asing di pasar obligasi, seperti arah kebijakan fiskal yang terang, independensi Bank Indonesia, hingga dan konsistensi program pemerintah. Begitu juga dengan stimulus dari kondisi eksternal.

“Peluang masuknya kembali aliran asing tetap ada, namun sangat ditentukan oleh faktor eksternal seperti meredanya volatilitas global, penurunan UST, dan arah kebijakan The Fed,” katanya kepada Bisnis, Rabu (19/11/2025).

Adapun, kekhawatiran investor asing terhadap posisi fiskal Indonesia menjadi pemberat sentimen di pasar surat utang negara. Setidaknya, aliran modal asing di pasar SBN menjadi lebih berhati-hati hati setelah Purbaya Yudhi Sadewa menjabat menjabat sebagai menteri keuangan pada September, menyusul protes atas meningkatnya biaya hidup dan kekurangan lapangan pekerjaan.

: Investor Asing Lepas SBN Rp10,49 Triliun, Rupiah Makin Terbebani

Investor khawatir Purbaya mungkin akan mencoba merevisi batas defisit anggaran yang telah berlaku selama puluhan tahun. Hal itu disebut berpotensi membuka jalan bagi peningkatan belanja pemerintah.

Ekonom DBS Bank Radhika Rao menyebutkan dorongan untuk mengamankan keuntungan sebelumnya menjelang potensi penurunan nilai tukar lebih lanjut menjadi salah satu alasan investor asing menarik dananya dari pasar SBN.

“Ditambah ada ruang yang terbatas untuk imbal hasil tambahan dari obligasi, kemungkinan membebani sentimen investor asing [di pasar obligasi pemerintah RI],” tulis Rao dalam catatan, dikutip Bloomberg, Rabu (19/11/2025).

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.