
Ussindonesia.co.id JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencatatkan tekanan kinerja sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025. Namun, prospek jangka panjang dinilai masih menarik disokong berbagai stimulus Pemerintah.
Seperti diketahui, SMRA membukukan laba bersih sebesar Rp 549,57 miliar sepanjang Januari-September 2025. Perolehan ini lebih rendah dari periode serupa 2024, yang mencapai Rp 937,75 miliar atau turun sekitar 41,35% secara tahunan (YoY).
Penurunan laba SMRA juga sejalan dengan kinerja pendapatan, yang menyusut 14,86% secara tahunan menjadi Rp 6,41 triliun dari semula Rp 7,53 triliun per September 2024.
Rupiah Ditutup Melemah Lagi ke Rp 16.787 Per Dolar AS Hari Ini (23/12)
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyampaikan bahwa tekanan kinerja SMRA pada periode ini ditengarai oleh kinerja penjualan unit properti yang sedang mengalami kelesuan.
Dicatat pengakuan penjualan (revenue recognition) properti SMRA menurun hingga 24,2% YoY sampai kuartal III 2025, sementara pendapatan berulang tumbuh 6,3% YoY. Selain itu, beban operasional yang lebih tinggi serta meningkatnya porsi kepentingan nonpengendali (minority interest) semakin menekan profitabilitas.
“Demand di sektor properti tahun ini juga masih underwhelming. Pun efek suku bunga acuan yang masih tinggi terjadi pada waktu itu,” jelas Nafan kepada Kontan, Senin (22/12/2025).
Namun, Nafan bilang bahwa SMRA masih memiliki prospek positif dalam jangka waktu panjang. Hal ini salah satunya didukung oleh pemberian stimulus relaksasi LTV (Loan to Value) hingga 0% dan perpanjangan PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah) hingga 2027.
Semestinya, pemberian stimulus ini bisa menyokong demand terhadap sektor properti di tahun depan. Apalagi didukung Bank Indonesia (BI) yang masih berpeluang untuk memangkas kembali suku bunga BI-Rate tahun depan.
Komisaris Utama Waskita Beton Precast (WSBP) Mundur, Ini Alasannya
Dengan berbagai pelonggaran tersebut, disinyalir bisa meningkatkan likuiditas SMRA selama beberapa jangka waktu ke depan.
“Bila inflasi terkendali tentunya. Sehingga ini bisa memberikan benefit bagi peningkatan komitmen kredit KPR atau juga KPA,” lanjutnya.
Dengan begitu, Nafan pun memberikan rekomendasi ADD untuk saham SMRA dengan target harga Rp 400 per saham.