Rapat FOMC The Fed Desember Terancam Pecah Suara, Pasar Tunggu Sinyal Jerome Powell

Ussindonesia.co.id – , JAKARTA — Federal Reserve (The Fed) berpotensi menghadapi gelombang perbedaan suara (dissent) dalam pengambilan kebijakan moneter terutama keputusan suku bunga dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 9–10 Desember 2025 mendatang. Kondisi ini diperkirakan dapat mengaburkan pesan kebijakan di pasar keuangan dan menimbulkan pertanyaan baru mengenai independensi bank sentral dari tekanan politik.

Mengutip Reuters, Selasa (2/12/2025), perbedaan pandangan di kalangan pejabat The Fed mulai menguat sejak musim panas lalu. Saat itu, penurunan inflasi melambat sementara pertumbuhan lapangan kerja mulai kehilangan momentum. Situasi tersebut menempatkan dua mandat utama The Fed yakni menjaga inflasi di kisaran 2% dan memastikan pasar tenaga kerja tetap kuat dalam posisi membutuhkan kebijakan yang bertolak belakang.

Kerumitan bertambah setelah penutupan pemerintahan Amerika Serikat (government shutdown) menunda publikasi sejumlah data ekonomi penting. Keterlambatan data menyulitkan pejabat The Fed membaca arah perekonomian menjelang pertemuan kebijakan.

: Jadwal Rapat FOMC The Fed September-Desember 2025 Hingga Tahun 2026, Penentu Suku Bunga Acuan

Sejumlah pejabat The Fed kini memegang posisi yang kian mengeras terkait arah suku bunga. Dari 12 anggota FOMC yang memiliki hak suara, sedikitnya lima orang menentang atau skeptis terhadap pemangkasan suku bunga tambahan. Di sisi lain, tiga anggota Dewan Gubernur di Washington justru mendorong penurunan suku bunga.

“Dalam waktu lama, mungkin inilah momen dengan tingkat ‘groupthink’ terendah yang pernah terjadi,” ujar Gubernur The Fed Christopher Waller bulan lalu. Pernyataan ini muncul seiring spekulasi bahwa pertemuan Desember dapat memunculkan tiga atau lebih suara dissent jika pemangkasan suku bunga 25 basis poin disahkan.

: : Semarak IPO Desember, Menunggu 13 Kejutan Bersama SUPA

Terakhir kali FOMC mencatat sedikitnya tiga suara dissent terjadi pada 2019. Sejak 1990, situasi serupa baru terjadi sembilan kali.

Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell belum memberi sinyal tegas mengenai arah kebijakan Desember. Komentar Presiden The Fed New York sekaligus Wakil Ketua FOMC John Williams cenderung dovish setelah menyebut masih ada ruang untuk penurunan biaya pinjaman.

: : Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini, Selasa 2 Desember 2025

Analis menilai The Fed dapat memilih jalan tengah: memangkas suku bunga disertai pernyataan resmi Powell yang memberi sinyal jeda pada langkah pelonggaran berikutnya.

Menjelang masa blackout communication, beberapa pejabat yang sebelumnya skeptis menyatakan masih membuka kemungkinan mengubah pandangan. Waller menegaskan keputusan setelah Desember akan sangat bergantung pada data ekonomi yang dirilis pasca-normalisasi lembaga statistik.

Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee menilai pendekatan Powell yang mengutamakan konsensus tetap penting. “Kita lihat nanti apa bunyi pernyataannya. Apakah saya setuju atau tidak. Pendekatan Powell tetap memiliki nilai,” ujarnya.

Dampak Perbedaan Suara

Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin mengingatkan bahwa fokus pada siapa yang dissent dan siapa yang tidak sering kali mengaburkan inti diskusi. Ia menilai suara yang berbeda justru dapat mengurangi pengaruh individu dalam proses pengambilan keputusan.

“Saya tidak selalu sependapat dalam rapat, tetapi saat pemungutan suara saya mendukung ketua. Tujuan saya selalu menjaga pengaruh,” kata Barkin.

Namun, Waller—yang disebut sebagai kandidat potensial Ketua The Fed bila Donald Trump menang—mengakui risiko besar jika perbedaan suara terlalu tajam.

“Jika situasinya berubah menjadi tujuh lawan lima, satu suara saja bisa membalikkan arah kebijakan. Kondisi tipis seperti ini berbahaya karena tidak memberi rasa percaya diri kepada pasar,” ujarnya.

Kajian ekonom senior The Fed Chicago Alessandro Villa menunjukkan bahwa pengaruh pernyataan pejabat The Fed terhadap pasar lebih kuat ketika selaras dengan pesan ketua komite. Pernyataan yang tidak sejalan justru menciptakan gangguan terhadap transmisi kebijakan moneter.

Manajer portofolio pendapatan tetap Columbia Threadneedle, Ed Al-Hussainy, menilai perpecahan 7–5 dapat membuat pasar suku bunga kesulitan membaca arah kebijakan 12 hingga 18 bulan ke depan.

“Aset berisiko juga akan terganggu karena ketidakpastian strategi The Fed,” ujarnya.