Ussindonesia.co.id, JAKARTA – Di tengah hiruk pikuk pasar modal, kinerja saham lapis dua yang tergabung dalam indeks SMC Liquid justru tampil lebih memukau dibandingkan para raksasa di indeks LQ45. Namun, apakah ini berarti pesona saham-saham LQ45 telah pudar di pengujung tahun? Mari kita selami lebih dalam.
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) per Kamis (20/11/2025) menunjukkan bahwa indeks SMC Liquid telah melesat 13,08% secara year-to-date (YtD). Sebuah perbedaan mencolok jika dibandingkan dengan indeks LQ45 yang hanya mampu mencatatkan pertumbuhan 2,59% YtD.
Meski demikian, James Widjaja, Research Analyst PT Henan Putihrai Sekuritas, berpendapat bahwa LQ45 masih menyimpan daya tarik yang signifikan. Salah satu faktor pendorongnya adalah sentimen positif dari paket stimulus pemerintah serta akselerasi belanja fiskal di akhir tahun 2025.
“Kami optimis kondisi makro akan berangsur membaik mulai kuartal IV/2025, yang pada gilirannya akan memicu pemulihan laba per saham,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (21/11/2025).
Selain itu, imbal hasil dividen saham-saham LQ45 juga menawarkan rasio yang menarik. Widjaja menambahkan bahwa imbal hasil LQ45 saat ini berada di level 5,2%, jauh lebih tinggi dibandingkan imbal hasil obligasi bertenor satu tahun yang berada di angka 4,5%.
Sebagai informasi, saham-saham yang menghuni indeks LQ45 memang dikenal royal dalam membagikan dividen. Ambil contoh PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), yang memiliki dividend payout ratio (DPR) mencapai sekitar 68% hingga tahun lalu, sebuah angka yang tergolong tinggi di industri perbankan.
Hal serupa juga terjadi pada PT Astra International Tbk. (ASII), yang pada tahun buku 2024 lalu membagikan dividen senilai total Rp16,43 triliun. Jumlah ini setara dengan 48,25% dari total laba bersih ASII pada tahun buku 2024 yang mencapai Rp34,05 triliun.
Dividen ASII tahun lalu menandai kembalinya persentase rasio pembayaran dividen ke tingkat yang konsisten dengan rasio sebelum distribusi dividen yang lebih tinggi pada tahun 2022 dan 2023.
“[Imbal hasil dividen LQ45] bukan hanya menarik, tetapi juga berpotensi menarik minat investor institusional untuk mengalihkan investasinya ke saham-saham LQ45,” imbuhnya.
Imbal hasil dividen ini bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan imbal hasil obligasi bertenor satu tahun yang berada di level 4,5%.
Daya Tarik Saham SMC Liquid
Di sisi lain, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta, berpendapat bahwa performa gemilang indeks SMC Liquid yang melampaui LQ45 didorong oleh serangkaian aksi korporasi yang dilakukan oleh emiten-emiten terkait.
Selain itu, beberapa emiten juga berhasil mencatatkan kinerja fundamental yang solid sepanjang periode Januari hingga September 2025. Di sektor perkebunan, misalnya, penguatan kinerja terlihat pada LSIP, DSNG, dan TAPG yang semuanya merupakan bagian dari SMC Liquid.
Sebagai contoh, LSIP berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp3,95 triliun per September 2025, melonjak 35,30% YoY dari Rp2,92 triliun pada periode yang sama tahun 2024.
Kenaikan ini didorong oleh peningkatan penjualan produk kelapa sawit yang tercatat sebesar Rp3,73 triliun, naik dari Rp2,74 triliun pada September 2024. Selain itu, segmen penjualan karet juga mengalami kenaikan sebesar 27,71% YoY, segmen penjualan benih naik 17,18% YoY, dan segmen lainnya naik 25,49% YoY.
Sebagai hasilnya, setelah dikurangi berbagai beban dan pajak, LSIP mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,24 triliun, naik signifikan 55,27% YoY dari Rp803,34 miliar pada periode sembilan bulan tahun 2024.
“Wajar jika kinerja indeks SMC Liquid lebih unggul dibandingkan LQ45. Apalagi, adanya aksi korporasi yang mendongkrak harga saham, serta kinerja fundamental emiten yang solid, semakin memperkuat kenaikan harga saham,” jelas Nafan, Jumat (21/11/2025).
Selain itu, kinerja fundamental sejumlah saham perbankan yang tergabung dalam LQ45 juga tengah tertekan oleh lesunya pertumbuhan kredit. Hal ini dinilai turut menghambat laju indeks LQ45 untuk memimpin kinerja penguatan IHSG.
Namun demikian, Nafan menegaskan bahwa di tengah kinerja LQ45 yang kurang memuaskan, saham-saham di dalam indeks ini tetap memiliki daya tarik fundamental. Menurutnya, saham-saham dalam indeks LQ45 menawarkan prospek fundamental jangka panjang yang lebih kokoh dibandingkan SMC Liquid.
“Bagi investor yang mengutamakan kinerja fundamental dan prospek jangka panjang, emiten-emiten yang tergabung dalam LQ45 tentu menjadi pilihan yang lebih menarik,” pungkasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Indeks SMC Liquid, yang berisi saham lapis dua, mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi (13,08% YtD) dibandingkan LQ45 (2,59% YtD) per 20 November 2025. Kinerja positif SMC Liquid didorong oleh aksi korporasi dan fundamental emiten yang solid, seperti yang terlihat pada sektor perkebunan. Contohnya, LSIP mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba bersih yang signifikan.
Meskipun demikian, LQ45 masih menarik karena sentimen positif dari stimulus pemerintah dan belanja fiskal akhir tahun. Imbal hasil dividen saham LQ45 juga menarik, dengan rasio sekitar 5,2%, lebih tinggi dari obligasi bertenor satu tahun. Analis menilai saham LQ45 menawarkan prospek fundamental jangka panjang yang lebih kokoh bagi investor.