
Ussindonesia.co.id JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan di sepanjang tahun berjalan. Tak berhenti sampai di sini, potensi penguatan masih terbuka lebar ditopang oleh Santa Claus Rally dalam tiga pekan terakhir 2025.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 11 Desember 2025, IHSG melonjak 21,76% ke level di level 8.620,48 sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).
Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan terdapat sejumlah faktor yang akan mendorong geliat pasar saham Indonesia pada akhir tahun ini.
“Pemangkasan tingkat suku bunga The Fed, pemangkasan tingkat suku bunga BI Rate, serta data ekonomi yang stabil dan kuat,” kata Nicodemus kepada Bisnis pada Kamis (11/12/2025).
: Indeks LQ45 Tak Sekinclong IHSG, Terimpit Saham Perbankan Berguguran
The Fed telah memangkas suku bunganya 25 basis poin ke 3,50–3,75% tahun ini yang memperkuat sentimen risk-on di pasar keuangan global.
Dia menjelaskan saat suku bunga dipangkas, ada potensi nilai investasi mengalami kenaikan. Sebab, pelaku pasar dan investor akan mulai mencoba berinvestasi di aset-aset yang berisiko seperti saham. Bagi investor asing, mereka akan mulai untuk masuk ke pasar emerging market, di mana Indonesia salah satunya.
“Namun, hati-hati juga aksi profit taking yang mungkin akan menghantui pergerakan pasar menjelang akhir tahun,” ujar Nicodemus.
Menurutnya vauasi pasar saat ini juga menjadi perhatian. Reli tambahan bagi pasar saham semua akan kembali kepada sentimen dan ekspektasi pelaku pasar serta investor terhadap harga saham yang ada saat ini. Meskipun, apabila harga saham dirasa sudah mahal, tapi ekspektasi jauh lebih tinggi, maka harga saham masih berpeluang untuk mengalami kenaikan.
“Selain itu dari sisi sentimen baik global maupun dalam negeri juga harus diperhatikan, karena sentimen dan data ekonomi memberikan dampak terhadap pergerakan saham ke depannya,” ujar Nicodemus.
Tantangan lainnya adalah ketimpangan kinerja indeks. Di tengah kinerja kinclong IHSG, saham-saham big caps nyatanya tidak terlalu bergeliat.
Indeks LQ45 hanya tumbuh 2,47% ytd. Ketimpangan ini menunjukkan bahwa reli lebih banyak ditopang saham lapis kedua dan ketiga, bukan oleh emiten berkapitalisasi besar.
“Kami pun masih melihat saham small dan mid caps lebih berpeluang untuk mengalami kenaikan. Sebab, harganya yang jauh lebih murah dan memiliki volatilitas yang jauh lebih tinggi. Meskipun saham saham big caps berpotensi mengalami kenaikan, tapi sayang masih terbatas,” ujar Nicodemus.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengatakan peluang terjadinya santa claus rally tahun ini masih cukup terbuka meskipun IHSG sudah naik hampir 23% ytd.
“Reli akhir tahun biasanya lebih dipengaruhi oleh faktor likuiditas, flow asing, dan window dressing. Selama arus dana asing tetap positif dan volatilitas global mereda setelah pemangkasan suku bunga The Fed, ruang penguatan tambahan masih ada,” kata Ekky.
: Santa Claus Rally Berpotensi Menyulut Kinerja Pasar Saham RI
Indikator utama yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan inflow asing ke bank jumbo dan sektor-sektor berkapitalisasi besar, serta stabilitas rupiah menjelang akhir tahun.
Adapun, pemangkasan suku bunga The Fed memiliki dampak signifikan terhadap arus dana asing ke Indonesia. Dengan biaya modal global yang lebih rendah, aset emerging markets seperti Indonesia menjadi lebih menarik.
“Dalam 1–2 bulan ke depan, saya melihat peluang aliran dana asing kembali meningkat, terutama jika rupiah stabil dan outlook penurunan suku bunga BI di semester I/2026 semakin kuat,” ujar Ekky.
Dari sisi valuasi, IHSG dan saham-saham di indeks LQ45 memang sudah tidak semurah beberapa bulan lalu. Akan tetapi, secara fundamental masih berada di area yang relatif wajar.
Sementara itu, bencana di Sumatra menurutnya menjadi sentimen yang bersifat jangka pendek. Dampaknya terhadap pasar secara keseluruhan relatif terbatas dan lebih tertuju pada beberapa emiten tertentu.
“Selama tidak ada gangguan operasional signifikan atau risiko sistemik terhadap sektor kunci, IHSG masih berpotensi mempertahankan momentum penguatan,” ujar Ekky.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.