
Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Pasar saham Indonesia saat ini berkinerja moncer pada 2025. Kinerja kemudian dinilai akan bertambah kinclong didorong oleh momentum santa claus rally.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan signifikan, naik 21,76% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025 sampai perdagangan hari ini, Kamis (11/12/2025) di level 8.620,48.
IHSG pun berpotensi kembali meningkat didorong oleh beberapa katalis penting jelang akhir tahun atau saat momen santa claus rally. Momen tersebut merujuk pada tren kenaikan harga saham yang lazim terjadi pada pekan terakhir Desember.
: Indeks LQ45 Tak Sekinclong IHSG, Terimpit Saham Perbankan Berguguran
Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan terdapat sejumlah faktor yang akan mendorong geliat pasar saham Indonesia di momen santa claus rally.
“Pemangkasan tingkat suku bunga The Fed, pemangkasan tingkat suku bunga BI Rate, serta data ekonomi yang stabil dan kuat,” kata Nicodemus kepada Bisnis pada Kamis (11/12/2025).
: : IHSG Ditutup Melemah 0,92% ke Level 8.620, Saham Tambang Masih Panas
The Fed memang telah memangkas suku bunganya 25 basis poin ke 3,50–3,75%, yang memperkuat sentimen risk-on di pasar keuangan global.
Dia menjelaskan saat suku bunga dipangkas, ada potensi nilai investasi mengalami kenaikan. Sebab, pelaku pasar dan investor akan mulai mencoba berinvestasi di aset-aset yang berisiko seperti saham. Bagi investor asing, mereka akan mulai untuk masuk ke pasar emerging market, di mana Indonesia salah satunya.
: : The Fed Pangkas Suku Bunga, IHSG Melaju di Zona Hijau
“Namun, hati-hati juga aksi profit taking yang mungkin akan menghantui pergerakan pasar menjelang akhir tahun,” ujar Nicodemus.
Menurutnya valuasi pasar saat ini juga menjadi perhatian. Reli tambahan bagi pasar saham semua akan kembali kepada sentimen dan ekspektasi pelaku pasar serta investor terhadap harga saham yang ada saat ini. Meskipun, apabila harga saham dirasa sudah mahal, tapi ekspektasi jauh lebih tinggi, maka harga saham masih berpeluang untuk mengalami kenaikan.
“Selain itu dari sisi sentimen baik global maupun dalam negeri juga harus diperhatikan, karena sentimen dan data ekonomi memberikan dampak terhadap pergerakan saham ke depannya,” ujar Nicodemus.
Tantangan lainnya adalah ketimpangan kinerja indeks. Di tengah kinerja kinclong IHSG, saham-saham big caps nyatanya tidak terlalu bergeliat.
Indeks LQ45 hanya tumbuh 2,47% ytd. Ketimpangan ini menunjukkan bahwa reli lebih banyak ditopang saham lapis kedua dan ketiga, bukan oleh emiten berkapitalisasi besar.
“Kami pun masih melihat saham small dan mid caps lebih berpeluang untuk mengalami kenaikan. Sebab, harganya yang jauh lebih murah dan memiliki volatilitas yang jauh lebih tinggi. Meskipun saham saham big caps berpotensi mengalami kenaikan, tapi sayang masih terbatas,” ujar Nicodemus.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas M. Nafan Aji Gusta juga mengatakan secara historis, IHSG cenderung menguat pada Desember, terutama pada beberapa hari jelang perdagangan terakhir.
Terdapat sejumlah faktor pendorong santa claus rally yakni aktivitas window dressing ataupun rebalancing portofolio akhir tahun, di mana investor institusi mengambil posisi dan mengubah alokasi.
Volume perdagangan yang rendah karena musim liburan juga mendorong harga lebih mudah bergerak naik jika ada pembelian. Sentimen positif liburan atau suasana gift giving investor ritel juga lebih optimis.
“Hal ini tentunya didukung berita ekonomi yang positif jelang tahun baru. Stimulus fiskal atau kebijakan yang memacu pasar di tahun depan bisa memancing anticipation rally,” kata Nafan.
Akan tetapi, terdapat sejumlah tantangan penguatan IHSG saat santa claus rally di antaranya saat pasar sudah ter-priced in. Dengan kondisi itu, maka ekspektasi santa claus rally berkurang. Bencana alam besar di Sumatra juga berpotensi menekan sentimen domestik.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengatakan peluang terjadinya santa claus rally tahun ini masih cukup terbuka meskipun IHSG sudah naik hampir 23% ytd.
“Reli akhir tahun biasanya lebih dipengaruhi oleh faktor likuiditas, flow asing, dan window dressing. Selama arus dana asing tetap positif dan volatilitas global mereda setelah pemangkasan suku bunga The Fed, ruang penguatan tambahan masih ada,” kata Ekky.
Indikator utama yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan inflow asing ke bank jumbo dan sektor-sektor berkapitalisasi besar, serta stabilitas rupiah menjelang akhir tahun.
Adapun, pemangkasan suku bunga The Fed memiliki dampak signifikan terhadap arus dana asing ke Indonesia. Dengan biaya modal global yang lebih rendah, aset emerging markets seperti Indonesia menjadi lebih menarik.
“Dalam 1–2 bulan ke depan, saya melihat peluang aliran dana asing kembali meningkat, terutama jika rupiah stabil dan outlook penurunan suku bunga BI di semester I/2026 semakin kuat,” ujar Ekky.
Dari sisi valuasi, IHSG dan saham-saham di indeks LQ45 memang sudah tidak semurah beberapa bulan lalu. Akan tetapi, secara fundamental masih berada di area yang relatif wajar.
Sementara itu, bencana di Sumatra menurutnya menjadi sentimen yang bersifat jangka pendek. Dampaknya terhadap pasar secara keseluruhan relatif terbatas dan lebih tertuju pada beberapa emiten tertentu.
“Selama tidak ada gangguan operasional signifikan atau risiko sistemik terhadap sektor kunci, IHSG masih berpotensi mempertahankan momentum penguatan,” ujar Ekky.