Semarak IPO Desember, Menunggu 13 Kejutan Bersama SUPA

Ussindonesia.co.id JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan bahwa minat perusahaan untuk menghimpun dana di pasar modal tetap kuat menjelang akhir 2025 masih tinggi.

BEI mencatat per 28 November 2025, terdapat 13 perusahaan yang berada dalam pipeline penawaran umum perdana (IPO) saham. Dari jumlah itu, tujuh perusahaan menggunakan laporan keuangan per Juni 2025 dan berpotensi mencatatkan sahamnya sebelum tahun berakhir. Saa

Direktur BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, pipeline IPO tersebut mencakup dua perusahaan dengan aset skala kecil, empat perusahaan beraset menengah, dan tujuh perusahaan beraset besar.

“[Sebanyak] 7 dari 13 perusahaan menggunakan laporan keuangan per Juni 2025 sebagai dasar untuk melakukan penawaran umum ,” ujar Nyoman akhir pekan lalu (28/11/2025).

Menurut Nyoman, tujuh perusahaan yang memakai laporan keuangan per Juni 2025 berpotensi melaksanakan pencatatan saham pada sisa waktu tahun ini, sepanjang tidak terdapat perhatian khusus dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun BEI terkait persyaratan penawaran umum. “Sehingga apabila tidak terdapat concern terkait penawaran umum dan pencatatan oleh OJK dan BEI maka kami berharap perusahaan-perusahaan tersebut dapat melaksanakan pencatatan sahamnya pada sisa tahun 2025,” kata Nyoman. 

Selain IPO, BEI juga mencatat satu perusahaan dalam pipeline right issue saham. Di instrumen pendapatan tetap, terdapat 23 emisi obligasi yang berasal dari 17 perusahaan dan sedang dalam proses penawaran maupun pencatatan. BEI juga memproses dua produk exchange traded fund (ETF) serta satu dana investasi real estat (DIRE) untuk segera melantai di bursa.

: : Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Senin 1 Desember 2025

Dalam catatan Bisnis, saat ini terdapat dua perusahaan yang tengah memulai tahapan IPO ke publik yakni PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) dan PT Super Bank Indonesia Tbk. (SUPA). 

RLCO dalam prospektusnya yang terbit Senin, (24/11/2025) melepas maksimal 625 juta saham kepada publik. Harga penawaran ditetapkan dalam rentang Rp150–Rp168 per saham.

: : Kasus Diduga Akses Ilegal Rekening Sekuritas Mirae (YP) Rugikan Investor Rp90 Miliar

Abadi Lestari Indonesia atau RLCO adalah perusahaan dengan bidang usaha pembibitan dan budidaya burung walet, termasuk kegiatan pembersihan, pengolahan, dan pengemasan. Selain itu, RLCO juga bergerak di perdagangan daging dan daging olahan mulai dari sapi, ayam, hingga ikan serta industri pengolahan dan pengawetan daging unggas, hasil ternak, dan produk susu.

Dengan rentang harga tersebut, RLCO berpotensi meraup dana sebesar Rp93,75 miliar hingga Rp105 miliar. Perseroan menyampaikan bahwa seluruh dana IPO akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja, terutama pembelian sarang burung walet. Sebanyak 56,33% dana dialokasikan untuk kebutuhan RLCO, sedangkan 43,67% akan disalurkan kepada entitas anak, PT Realfood Winta Asia (RWA), sebagai penyertaan modal untuk tujuan yang sama. RLCO saat ini menggenggam 93,75% saham RWA.

Berdiri sejak 2014 di Bojonegoro, Jawa Timur, RLCO fokus pada ekspor sarang burung walet ke pasar internasional, antara lain China, Hong Kong, dan Amerika Serikat. Kinerja perusahaan pada 2025 menunjukkan pertumbuhan signifikan. Hingga Mei 2025, penjualan mencapai Rp231,31 miliar, meningkat dibandingkan Rp156,76 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan segmen sarang burung walet berkontribusi Rp204,66 miliar, sementara produk konsumen sebesar Rp26,64 miliar. Laba bersih naik dari Rp1,82 miliar pada Mei 2024 menjadi Rp12,38 miliar pada Mei 2025.

Posisi aset RLCO turut meningkat menjadi Rp685,77 miliar per 31 Mei 2025, dari Rp636,97 miliar pada akhir 2024. Liabilitas tercatat Rp509,25 miliar, sementara ekuitas senilai Rp176,51 miliar.

Untuk mendukung ekspansi, RLCO memiliki kapasitas produksi sarang burung walet sebesar 32 ton per Mei 2025. Anak usaha perusahaan juga mengoperasikan fasilitas produksi 5,40 juta unit consumer goods jar, 2,52 juta unit produk jelly, dan 1,29 juta unit produk powder. Portofolio produk mencakup minuman sarang burung walet, kaldu ayam, suplemen kolagen, hingga nutrisi berbasis protein.

“Perseroan tumbuh dari eksportir sarang burung walet menjadi salah satu pemimpin kesehatan konsumen di Indonesia. Menyelaraskan diri dengan perubahan preferensi konsumen dan kebutuhan kesehatan, perseroan bertransformasi dari ekspor bahan mentah menjadi produsen untuk produk superfood melalui anak usaha,” demikian pernyataan manajemen dalam prospektus.

Penawaran umum dijadwalkan berlangsung pada 2–4 Desember 2025, dengan penjatahan pada 4 Desember. RLCO berencana mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia pada 8 Desember 2025. PT Samuel Sekuritas Indonesia bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek, sementara penjamin emisi lainnya akan ditentukan kemudian.

Sedangkan Superbank (SUPA) dalam prospektus yang dirilis Selasa (25/11/2025)menargetkan meraih dana segar hingga Rp3,06 triliun dari IPO.

Superbank berencana melepas maksimal 4,40 miliar saham baru, setara 13% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Setiap saham bernilai nominal Rp100 dengan kisaran harga penawaran awal Rp525–Rp695 per saham. Dari rentang tersebut, perusahaan berpotensi meraup dana Rp2,31 triliun–Rp3,06 triliun.

Dana hasil IPO akan digunakan 70% untuk modal kerja penyaluran kredit. “Sisanya sekitar 30% dana hasil penawaran umum untuk belanja modal dalam rangka kegiatan usaha perseroan, termasuk namun tidak terbatas pengembangan produk pada pengembangan teknologi infoemasi yang mendukung pertumbuhan usaha,” tertulis dalam prospektus.

Apabila seluruh proses berjalan sesuai jadwal, saham Superbank akan tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 17 Desember 2025. Superbank sebelumnya bernama PT Bank Fama International yang berdiri di Bandung pada 1993. Transformasi perusahaan dimulai ketika masuk ke dalam ekosistem Emtek Group pada 2021, diikuti Grab dan Singtel pada 2022, serta KakaoBank pada 2023. Sejak awal 2023, perseroan resmi mengadopsi nama Superbank dan memindahkan kantor pusat ke Jakarta.

Hingga 15 Agustus 2025, pemegang saham terbesar Superbank adalah Elang Mahkota (EMTK) melalui PT Elang Media Visitama (31,11%), diikuti PT Kudo Teknologi Indonesia (19,16%), GXS Bank Pte Ltd (12%), dan A5-DB Holdings Pte Ltd (11,52%).