The Fed buka peluang lanjutkan pemangkasan suku bunga

Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Gubernur Federal Reserve Christopher Waller menyatakan bank sentral Amerika Serikat masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan di tengah tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja AS.

“Saya masih menilai posisi kebijakan moneter saat ini mungkin berada sekitar 50 hingga 100 basis poin di atas level netral,” ujar Waller dikutip dari Reuters, Kamis (18/12/2025). 

Menurutnya, kondisi tersebut membuka peluang bagi The Fed untuk kembali menurunkan suku bunga jika diperlukan. Meski demikian, Waller menegaskan tidak ada urgensi untuk memangkas suku bunga secara agresif. 

: Data Tenaga Kerja AS Dorong Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Januari 2026

“Tidak perlu terburu-buru menurunkan suku bunga. Kita bisa secara bertahap membawa suku bunga kebijakan menuju level netral,” katanya.

Waller menilai pasar tenaga kerja AS memang belum menunjukkan penurunan tajam, tetapi terus mengalami pelunakan. Karena itu, pemangkasan suku bunga lanjutan dapat dilakukan dengan kecepatan moderat tanpa langkah yang drastis.

: : The Fed Pangkas Bunga, Ada Peluang BI Rate Ikut Turun?

Pernyataan ini menjadi komentar publik pertama Waller sejak The Fed pekan lalu memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,50%–3,75%. 

Kebijakan tersebut diambil untuk menyeimbangkan meningkatnya risiko terhadap pasar tenaga kerja, di tengah inflasi yang masih berada jauh di atas target 2%.

: : Mekanisme Pemilihan Ketua The Fed jelang Jerome Powell Lengser: Proses, Masa Jabatan, hingga Gaji

Saat ini, pelaku pasar dan pejabat bank sentral tengah berdebat mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga lanjutan pada rapat kebijakan akhir Januari. Meski menegaskan arah kebijakan moneter masih condong ke pelonggaran, Waller tidak memberikan sinyal waktu pasti terkait pemangkasan berikutnya.

Pandangan Waller yang menilai kebijakan moneter masih bersifat restriktif berbeda dengan sikap Ketua The Fed Jerome Powell. Usai rapat, Powell menyatakan pemangkasan suku bunga sejak September telah membawa kebijakan moneter ke kisaran estimasi netral yang masuk akal, tanpa memberikan petunjuk jelas mengenai langkah selanjutnya.

Keputusan The Fed sendiri tidak bulat. Dua pejabat menginginkan suku bunga ditahan, sementara satu pejabat lainnya mendorong pemangkasan yang lebih besar dari mayoritas anggota.

Waller, yang mendukung pemangkasan suku bunga, dikenal sebagai salah satu pendukung kuat kebijakan moneter longgar. Dia berpendapat kebijakan tarif pemerintahan Presiden Donald Trump tidak akan memicu tekanan inflasi yang berkelanjutan, terutama ketika risiko pelemahan pasar tenaga kerja semakin meningkat.

Sebagai salah satu kandidat kuat pengganti Jerome Powell tahun depan, Waller menilai data terbaru memperkuat fokus kebijakan moneter AS pada dukungan terhadap pasar tenaga kerja.

“Kita hampir tidak melihat pertumbuhan lapangan kerja, dan itu bukan kondisi pasar tenaga kerja yang sehat,” ujarnya.

Dia menambahkan, rangkaian pemangkasan suku bunga The Fed dalam empat bulan terakhir 2025 telah membantu meredam sebagian risiko terhadap perekrutan tenaga kerja. Prospek ekonomi yang lebih kuat pada tahun depan, didukung perubahan kebijakan fiskal dan berkurangnya ketidakpastian, juga diyakini akan menopang pasar tenaga kerja.

“Bagi saya, aspek ketenagakerjaan dalam mandat ganda The Fed adalah yang paling krusial, sementara inflasi pada akhirnya akan turun,” kata Waller.

Dalam kesempatan yang sama, Waller juga menegaskan bahwa keputusan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) untuk mulai membeli surat utang negara AS (Treasury bills) dalam jumlah besar guna menjaga likuiditas pasar bukan merupakan stimulus moneter.

The Fed berencana membeli surat utang jangka pendek secara agresif selama beberapa bulan hingga mendekati periode pembayaran pajak pada April, sebelum kemudian mengurangi kecepatannya.

“Ini hanya penyesuaian sementara untuk meningkatkan cadangan dan mengantisipasi kebutuhan likuiditas saat musim pajak. Ini bukan quantitative easing,” tegas Waller.