
Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Bank Indonesia akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG BI) pada hari ini, Rabu (17/12/2025). Pasar menantikan keputusan BI Rate Desember 2025, terutama setelah The Fed menurunkan suku bunga ke level 3,50%—3,75% sepekan lalu.
Selisih suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dengan suku bunga The Fed selalu menjadi perhatian investor dan pelaku ekonomi, karena hal tersebut menjadi salah satu variabel penting dalam arus modal.
Hingga November 2025, selisih suku bunga BI dengan suku bunga The Fed adalah 75 basis poin, karena BI Rate berada di level 4,75%. Setelah turunnya Fed Fund Rate menjadi 3,75%, spread dengan BI Rate bisa menjadi 100 basis poin apabila suku bunga Bank Indonesia tidak turun pada bulan ini.
: Konsensus Ekonom Prediksi BI Tahan Suku Bunga 4,75% pada RDG Desember 2025
Para ekonom memperkirakan bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan alias BI Rate di level 4,75% dalam RDG BI Desember 2025. Analisis BI diramal tahan suku bunga tercermin dari konsensus proyeksi suku bunga BI para ekonom yang dihimpun oleh Bloomberg.
Data Bloomberg itu menunjukkan bahwa 22 dari 34 ekonom meyakini Bank Indonesia akan menahan suku bunga pada Desember 2025, sedangkan sisanya atau sebanyak 12 ekonom ramal BI pangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 4,50%.
: : Utang Luar Negeri Swasta Kian Susut, Sinyal Positif atau Negatif?
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang merupakan salah satu pihak yang memperkirakan BI akan menahan suku bunga kebijakan. Alasannya, bank sentral akan fokus dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Mengingat fokus BI masih menjaga rupiah, di tengah prospek ekonomi domestik yang terus membaik,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (16/12/2025).
Senada, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memproyeksikan bank sentral masih akan menahan pedal rem dengan mempertahankan suku bunga pada level saat ini. Menurutnya, BI perlu waktu untuk mengevaluasi transmisi kebijakan dari insentif dan pemotongan bunga yang telah dilakukan sebelumnya.
Data pertumbuhan kredit per Oktober 2025 yang stagnan di level 7,36% (year on year/YoY) menjadi sorotan. Namun, David melihat sinyal pemulihan di sektor riil pada kuartal IV/2025, yang tercermin dari indikator Purchasing Managers’ Index (PMI) dan penjualan eceran.
“Artinya, BI saat ini bisa memilih untuk menahan bunga sambil melihat transmisi dari insentif. Langkah ini menyediakan ruang bagi BI untuk menjaga stabilitas yield SBN 10 tahun dan nilai tukar yang relatif fluktuatif di dua bulan terakhir,” jelas David, Selasa (16/12/2025).
Pendapatan berbeda disampaikan oleh Ekonom KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana. Dia melihat adanya kemungkinan cut rate suku bunga BI, alias peluang bank sentral untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter.
Fikri pun mengharapkan BI memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,50%. Dia menyoroti momentum penurunan suku bunga The Fed pekan lalu yang telah membuat Rupiah cenderung stabil dan terapresiasi.
Menurutnya, selisih (spread) suku bunga BI dan The Fed sebesar 75 bps saat ini sudah cukup menarik untuk mendatangkan aliran modal asing (capital inflow).
“Risiko global, baik geopolitik dan trade war sudah menurun. Kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut menjadi penting,” kata Fikri kepada Bisnis, Selasa (16/12/2025).
Selain itu, Fikri menilai inflasi domestik masih terjaga, dengan catatan tidak ada guncangan pasokan (supply shock) akibat bencana alam yang melanda tiga provinsi baru-baru ini.
The Fed Isyaratkan Tahan Pemangkasan Suku Bunga pada 2026
Federal Reserve (The Fed) memberi sinyal akan menahan pelonggaran moneter lanjutan pada 2026, sembari menunggu kepastian arah inflasi dan pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS). The Fed memperkirakan inflasi AS akan melandai ke sekitar 2,4% pada 2026 dan tingkat pengangguran diperkirakan bertahan moderat di 4,4%.
Dilansir dari Reuters, dalam proyeksi terbaru yang dirilis usai pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), median pembuat kebijakan hanya memperkirakan satu kali pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada 2026—tidak berubah dari proyeksi September lalu.
“Dalam mempertimbangkan besaran dan waktu penyesuaian lanjutan atas target suku bunga federal funds, Komite akan menilai secara cermat seluruh data yang masuk,” tulis FOMC dalam pernyataan resminya, dilansir dari Reuters, Kamis (11/12/2025).
Bahasa yang digunakan tersebut sebelumnya kerap menjadi sinyal jeda kebijakan moneter, berlawanan dengan ekspektasi pasar yang masih memproyeksikan dua kali pemangkasan suku bunga pada tahun depan.
Dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan pihaknya telah memangkas suku bunga sebesar 75 basis poin sejak September dan 175 basis poin sejak September tahun lalu, sehingga level suku bunga saat ini telah berada dalam kisaran luas estimasi nilai netral.
Menurutnya, The Fed saat ini berada pada posisi yang baik untuk menunggu dan melihat bagaimana perkembangan ekonomi ke depan. Dia juga menegaskan kebijakan moneter tidak mengikuti jalur yang telah ditentukan.
“Setiap keputusan akan diambil rapat demi rapat,” katanya.
Perbedaan Pandangan
Perbedaan pandangan (dissent) kembali mencuat di internal Federal Reserve setelah tiga pejabat menyatakan hal tersebut dalam keputusan rapat kebijakan terbaru. Perpecahan tersebut mencerminkan perbedaan penilaian mengenai apakah pelemahan pasar tenaga kerja atau inflasi yang masih membandel menjadi risiko terbesar bagi perekonomian Amerika Serikat.
Dalam pernyataan Oktober 2025 lalu, FOMC menyebutkan faktor-faktor yang akan dipertimbangkan dalam menilai penyesuaian tambahan atas suku bunga acuan. Namun, pada pernyataan Rabu (10/12/2025) ini, FOMC kembali menggunakan redaksi yang pertama kali dipakai Desember 2024, tepat sebelum jeda pemangkasan suku bunga, yakni mempertimbangkan sejauh mana dan waktu penyesuaian kebijakan selanjutnya.
Keputusan tersebut menjadi yang pertama sejak 2019 ketika tiga pejabat memilih untuk tidak sejalan dengan keputusan mayoritas, dengan penolakan datang dari dua arah berbeda dalam spektrum kebijakan moneter.
Dua presiden Fed regional, yakni Austan Goolsbee dari Chicago dan Jeff Schmid dari Kansas City, menolak keputusan pemangkasan dan memilih mempertahankan suku bunga.
Di sisi lain, Gubernur The Fed Stephen Miran, yang ditunjuk Presiden Donald Trump pada September 2025 lalu, kembali menyatakan dissent karena menginginkan pemangkasan lebih besar, yakni 50 basis poin.