The Fed Terbelah, Pasar Makin Pesimistis soal Pemangkasan Bunga Desember 2025

Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Terbelahnya sikap para pejabat Federal Reserve (The Fed) soal arah kebijakan moneter semakin menurunkan optimisme pasar terkait kelanjutan pemangkasan suku bunga dalam pertemuan Desember mendatang.

Berdasarkan data pemantau FedWatch yang dikeluarkan oleh CME Group pada Selasa (18/11/2025), keyakinan pasar keuangan atas pemangkasan suku bunga pada Desember kini telah turun ke bawah 50%. 

Tercatat, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,50%—3,75% kini hanya sebesar 42,9%. Adapun, probabilitas The Fed menahan suku bunganya pada kisaran 3,75%—4,00% dalam pertemuan Desember mendatang yakni sebesar 57,1%.

: Perdebatan Memanas, The Fed Terbelah jelang Keputusan Suku Bunga Desember 2025

Angka tersebut bertolak belakang dibandingkan sebulan lalu pada 17 Oktober 2025 di mana probabilitas pemangkasan suku bunga ke level 3,50%—3,75% mencapai 93,7%.

Pernyataan terbaru dari sejumlah kolega Ketua The Fed, Jerome Powell dalam beberapa hari terakhir menunjukkan meningkatnya kekhawatiran mengenai apakah bank sentral seharusnya kembali memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya berturut-turut pada pertemuan 9—10 Desember mendatang.

: : Pejabat The Fed Adriana Kugler Mundur Imbas Skandal Trading Saham

Head of Global Policy and Central Bank Strategy di Evercore ISI, Krishna Guha, menjelaskan dalam sebuah catatan bahwa perkembangan ini menggerus keyakinannya bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada Desember, tanpa memberikan kejelasan lebih bahwa menundanya ke Januari merupakan pilihan yang lebih tepat.

“Kami masih melihat pemangkasan suku bunga Desember lebih mungkin terjadi, tetapi hanya di kisaran 55%—60%,” ujar Guha, dikutip dari CNBC International.

: : Ramalan Nasib Bitcoin Cs Usai Penghentian Kebijakan QT The Fed

Keraguan sejumlah pejabat bank sentral tampak jelas dalam pernyataan yang tidak biasa lugas dari Presiden The Fed Boston Susan Collins pada pekan lalu.

Selama bertugas di The Fed, Collins dikenal menggunakan bahasa yang sangat berhati-hati ketika menyampaikan pandangannya terkait kebijakan. Namun, pidato yang dia sampaikan meninggalkan sedikit ruang untuk menafsirkan kekhawatirannya terhadap inflasi dan pentingnya The Fed mempertahankan suku bunga saat ini hingga ada kejelasan ekonomi yang lebih kuat.

Collins menuturkan, berdasarkan proyeksi dasarnya, kemungkinan besar kebijakan suku bunga perlu dipertahankan pada level saat ini untuk beberapa waktu guna menyeimbangkan risiko inflasi dan ketenagakerjaan dalam kondisi yang sangat tidak pasti. 

“Saya melihat sejumlah alasan untuk menetapkan ambang yang relatif tinggi bagi pelonggaran tambahan dalam waktu dekat,” katanya.

Posisi Collins menempatkannya dalam kelompok hawkish yang mencakup Presiden The Fed Kansas City Jeffrey Schmid—yang berbeda dengan Collins karena menolak pemangkasan suku bunga Oktober—serta Beth Hammack dari Cleveland, dan kemungkinan Alberto Musalem dari St. Louis serta Lorie Logan dari Dallas.

Di kubu sebaliknya, terdapat para gubernur yang mendorong pemangkasan lebih dalam, seperti Stephen Miran yang dalam dua pertemuan terakhir konsisten menolak pemangkasan seperempat poin dan menginginkan pemangkasan setengah poin, serta Gubernur Fed Christopher Waller dan Michelle Bowman.

Terbaru, Waller kembali menegaskan dukungannya untuk pemangkasan suku bunga pada Desember, dengan alasan pasar tenaga kerja yang terus melemah dan tekanan kebijakan moneter terhadap rumah tangga berpendapatan rendah.

Waller menyebut bahwa pemangkasan suku bunga tambahan akan menjadi langkah manajemen risiko yang tepat bagi Federal Open Market Committee (FOMC).

Menurutnya, risiko percepatan inflasi atau kenaikan ekspektasi inflasi saat ini rendah, mengingat permintaan tenaga kerja menunjukkan pelemahan yang jelas.

“Dengan inflasi inti yang mendekati target FOMC dan bukti bahwa pasar tenaga kerja melemah, saya mendukung pemangkasan suku bunga kebijakan sebesar 25 basis poin lagi pada pertemuan Desember,” ujar Waller dalam pidatonya di Society of Professional Economists Annual Dinner, dikutip dari Bloomberg.

Terkait hal tersebut, Guha menilai Powell tidak menginginkan komite terpecah secara dalam dan terbuka melalui gelombang perbedaan pendapat (dissent) bernada hawkish pada momen yang secara institusional sangat berisiko seperti saat ini.

“Inilah menurut kami alasan Powell dan dua deputinya—Wakil Ketua FOMC Philip Jefferson serta Presiden The Fed New York John Williams—mengambil pendekatan lebih rekonsiliatif, menghormati argumen kubu hawkish dan menegaskan bahwa pasar harus melihat peluang pemangkasan Desember sebagai 50-50,” ujarnya.

Salah satu kompromi yang mungkin ditempuh Powell adalah hawkish cut. Langkah tersebut berarti FOMC sepakat memangkas suku bunga sekali lagi, tetapi Powell menegaskan bahwa peluang penurunan lanjutan sangat kecil. 

Komposisi FOMC akan berubah pada Januari ketika para presiden The Fed regional baru mulai memiliki hak suara, bertepatan dengan mendekatnya akhir masa jabatan Powell pada Mei 2025. 

Beberapa pejabat hawkish seperti Collins dan Schmid tidak lagi memiliki hak suara, sementara Hammack dan Logan akan mulai masuk dalam jajaran pemilih.

Thierry Wizman, Global FX and Rates Strategist di Macquarie Group menyebut, dengan mempertimbangkan seluruh dinamika tersebut, pihaknya melihat kemungkinan Powell dipaksa menerima dua kompromi.

Pertama, menahan suku bunga pada Desember 2025. Kedua, jika memutuskan memangkas, maka The Fed harus mengirimkan sinyal tegas bahwa siklus pemangkasan mungkin telah berakhir.

Pelaku pasar memperkirakan sikap FOMC akan melunak pada Januari 2026. Harga kontrak berjangka menunjukkan probabilitas sekitar 70% bahwa pemangkasan suku bunga dapat terjadi pada awal tahun jika FOMC melewatkan opsi pemangkasan di Desember 2025.