Ussindonesia.co.id , JAKARTA — JP Morgan, salah satu lembaga keuangan global terkemuka, menyoroti potensi penguatan signifikan bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Proyeksi terbaru mereka menunjukkan IHSG berpeluang melambung hingga menembus level 7.500 hingga 8.000 pada akhir tahun 2025, menandai optimisme kuat terhadap pasar modal Indonesia.
Henry Wibowo, Head of Indonesia Research and Strategy JP Morgan, menjelaskan bahwa target awal IHSG untuk tahun 2025 sebelumnya dipatok di angka 7.500. Namun, melihat performa pasar yang impresif, level tersebut kini telah terlampaui. “Target kami 7.500, tapi sudah terlampaui. Mungkin dalam waktu sekarang sampai akhir tahun akan bergerak di level 7.500–8.000,” ujar Henry dalam media briefing pada Kamis, 4 September 2025, mengindikasikan revisi target yang lebih ambisius.
Meskipun demikian, dinamika pasar modal Indonesia tetap penuh warna. Pada sesi penutupan terbaru, IHSG sempat bergerak fluktuatif, ditutup turun tipis 0,23% ke level 7.866. Penurunan ini turut menyeret beberapa saham emas seperti ANTM, BRMS, dan INDY yang kompak menunjukkan pergerakan merah, mencerminkan adanya koreksi di tengah sentimen pasar.
Henry Wibowo menambahkan, pergerakan IHSG ke depan akan sangat ditentukan oleh pertumbuhan laba emiten di pasar saham. Ia mengakui, sepanjang semester I/2025, pasar saham Indonesia diwarnai gejolak dan volatilitas tinggi akibat beragam faktor eksternal. Isu-isu seperti perang dagang, ketegangan geopolitik global, serta pelemahan mata uang menjadi pemicu utama fluktuasi yang terjadi, menciptakan lingkungan investasi yang penuh tantangan.
Namun, optimisme JP Morgan didukung oleh sejumlah katalis positif yang diperkirakan akan muncul hingga akhir tahun 2025. Salah satu pendorong utama adalah peningkatan belanja pemerintah, yang diharapkan akan melonjak di semester II/2025 dan berlanjut hingga tahun 2026. JP Morgan menaruh harapan besar pada peningkatan konsumsi domestik, yang diyakini mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Selain itu, siklus pelonggaran kebijakan moneter atau monetary easing cycle juga diproyeksikan akan memberikan angin segar bagi pasar investasi. “Kami ekspektasi akan ada monetary easing cycle. Lalu pergerakan suku bunga trennya cenderung menurun,” jelas Henry. JP Morgan memprediksi penurunan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) di Amerika Serikat. Tren serupa juga diantisipasi di Indonesia, dengan proyeksi penurunan 75 bps dari level saat ini 5%, menjadi 4,25%, yang dapat merangsang aktivitas ekonomi dan pasar.
Dalam menghadapi prospek pasar yang dinamis ini, JP Morgan merekomendasikan beberapa sektor saham pilihan. Sektor konsumer menjadi primadona, terutama karena akan diuntungkan secara langsung oleh peningkatan belanja pemerintah dan daya beli masyarakat yang diharapkan tumbuh kuat. Hal ini menjadikannya pilihan menarik bagi para investor yang mencari stabilitas di tengah pertumbuhan ekonomi.
Di samping itu, JP Morgan juga menyoroti potensi menarik dari sektor metal mining, khususnya emas, yang seringkali menjadi aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global dan fluktuasi pasar. Tak ketinggalan, sektor otomotif dan properti juga masuk dalam daftar rekomendasi, mengingat sensitivitas kedua sektor ini terhadap pergerakan suku bunga yang diproyeksikan akan menurun, berpotensi mendorong permintaan dan investasi di kedua sektor tersebut.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.