JAKARTA – PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) telah merilis hasil kinerja keuangan dan operasional terkonsolidasi untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2025. Dalam pengumuman tersebut, MDKA berhasil mencatatkan kinerja EBITDA yang kuat senilai US$ 176 juta pada semester I-2025, sebuah peningkatan signifikan sebesar 18% year on year (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Kenaikan EBITDA ini didorong oleh kontribusi solid dari penjualan emas dan bijih nikel yang mencapai rekor tertinggi.
Meski demikian, pendapatan MDKA secara keseluruhan mengalami penurunan. Perusahaan mencatat pendapatan sebesar US$ 854,60 juta pada semester I-2025, menurun 21,87% yoy. Penurunan pendapatan ini terutama dipengaruhi oleh penyesuaian sementara dalam operasi nikel. Di sisi lain, kinerja segmen emas menunjukkan soliditas luar biasa, dengan kenaikan penjualan sebesar 15% yoy menjadi 59.535 ons troi, menjadi penyeimbang utama bagi pendapatan perusahaan.
Lebih jauh, Merdeka Copper Gold juga membukukan pertumbuhan signifikan pada produksi bijih nikel, yang melonjak 78% yoy mencapai 6,9 juta ton. Peningkatan produksi ini menghasilkan pertumbuhan penjualan sebesar 32% yoy. Namun, produksi Nickel Pig Iron (NPI) dan High Grade Nickel Matte (HGNM) tercatat menurun, disebabkan oleh pemeliharaan smelter terjadwal dan strategi pengurangan produksi HGNM oleh perusahaan.
Secara finansial, MDKA masih mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 15,80 juta pada semester I-2025, meningkat 26,4% yoy. Peningkatan rugi ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kenaikan biaya keuangan akibat utang yang lebih tinggi, peningkatan beban pajak, serta kontribusi yang lebih rendah dari HGNM dan NPI. Meskipun demikian, kinerja operasional MDKA secara keseluruhan tetap tangguh, berkat dukungan kuat dari segmen emas dan bijih nikel.
Presiden Direktur Merdeka Copper Gold, Albert Saputro, menegaskan bahwa operasi emas perusahaan menjadi pendorong utama di balik kinerja yang kuat ini. “Produksi emas telah sesuai target dan harga komoditas ini sedang tinggi,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa “Kinerja ini, ditambah pengelolaan biaya yang disiplin, memungkinkan pertumbuhan EBITDA meskipun operasi nikel mengalami penyesuaian sementara.”
Di samping kinerja operasional, MDKA juga menunjukkan kemajuan substansial pada proyek-proyek strategisnya. Proyek Emas Pani, salah satu inisiatif kunci, telah mencapai kemajuan 67% pada akhir kuartal II-2025. Proses rekayasa detail dan pengadaan material telah rampung, dan kontraktor kini sedang dalam tahap pemasangan infrastruktur pengolahan dan kelistrikan di lokasi. Fasilitas pelabuhan telah beroperasi penuh, dan pembangunan tangki penyimpanan bahan bakar juga telah selesai. Komisioning untuk fasilitas heap leach di Proyek Emas Pani ditargetkan dimulai pada akhir tahun 2025, dengan rencana produksi emas pertama pada kuartal I-2026.
Proyek-proyek utama dalam operasi nikel MDKA juga berjalan sesuai rencana. Melalui PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI), perusahaan mengoperasikan fasilitas Acid Iron Metal (AIM) yang mencakup pabrik pirit, asam, logam klorida, dan katoda tembaga. Pabrik pirit dan asam telah mencapai kapasitas penuh, sementara dua pabrik lainnya ditargetkan untuk mencapai kapasitas penuh pada akhir tahun ini. Selanjutnya, pada pengembangan High Pressure Acid Leaching (HPAL), PT ESG New Energy Material, yang mengoperasikan pabrik HPAL berkapasitas 30.000 ton per tahun dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), berhasil menjual 9.465 ton nikel dalam MHP selama paruh pertama 2025 melalui operasi Train A. Sementara itu, Train B mulai berproduksi pada akhir Kuartal II 2025. Adapun pabrik HPAL PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) dengan kapasitas 90.000 ton per tahun nikel dalam MHP ditargetkan akan memulai komisioning pada train pertama pada pertengahan tahun 2026.
Albert Saputro menambahkan, capaian kinerja ini menggarisbawahi kekuatan portofolio MDKA yang terdiversifikasi. Ia memproyeksikan bahwa Proyek Emas Pani akan mulai berproduksi pada awal 2026 dan akan menambah basis produksi jangka panjang perusahaan. Sementara itu, bisnis nikel MDKA siap untuk pemulihan yang kuat setelah pemeliharaan terjadwal dan seiring dengan mulai beroperasinya fasilitas HPAL. “Yang terpenting, proyek-proyek pertumbuhan strategis kami berjalan sesuai rencana dan akan memperkuat peran Merdeka dalam mendukung transisi energi Indonesia,” tandasnya.
Freeport Ajukan Klaim Asuransi US$ 1 Miliar Imbas Tambang Longsor, Ini Kata Pengamat
Setiap Tahun Ada 10,7 Juta Warga RI Butuh Pekerjaan, Belum Termasuk Korban PHK
Ringkasan
PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatatkan EBITDA yang kuat sebesar US$ 176 juta pada semester I-2025, naik 18% yoy, didorong oleh penjualan emas dan bijih nikel. Meskipun demikian, pendapatan perusahaan turun 21,87% yoy menjadi US$ 854,60 juta akibat penyesuaian operasi nikel, namun kinerja segmen emas tetap solid dengan kenaikan penjualan 15% yoy.
MDKA membukukan rugi bersih sebesar US$ 15,80 juta akibat kenaikan biaya keuangan dan penurunan kontribusi dari NPI dan HGNM. Meskipun begitu, operasional tetap tangguh berkat dukungan segmen emas dan bijih nikel. Proyek Emas Pani mencapai kemajuan 67% dan ditargetkan berproduksi pada kuartal I-2026, sementara proyek nikel juga berjalan sesuai rencana.