
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah berencana menyuntikkan likuiditas besar ke sistem perbankan nasional. Rp 200 triliun dari total Rp 425 triliun dana negara yang mengendap di Bank Indonesia (BI) akan disalurkan melalui rekening pemerintah. Dana ini berasal dari Sisa Anggaran Lebih (SAL) dan Sisa Lebih Pembayaran Anggaran (SiLPA) yang dinilai menghambat perputaran ekonomi.
Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menjelaskan rencana ini dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI pada Rabu (10/9/2025). Ia menekankan bahwa dana tersebut, yang akan ditempatkan di bank-bank BUMN, tidak boleh digunakan untuk membeli Surat Utang Negara (SUN). Sebaliknya, dana akan disimpan layaknya deposito, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi riil.
Rencana ini mendapat sambutan positif dari kalangan analis. M. Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, menilai suntikan likuiditas ini akan memperkuat daya dorong ke sektor riil. “Likuiditas ini bisa menjadi katalis positif bagi perbankan, dan kita lihat hari ini saham big banks mengalami penguatan,” ujar Nafan.
Penguatan tersebut terlihat jelas pada Kamis (11/9/2025), di mana saham-saham bank BUMN kompak naik. Data Stockbit menunjukkan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengalami kenaikan tertinggi, yaitu 7,80% ke level Rp 4.420 per saham. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menguat 6,27% ke Rp 1.355 per saham, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 5,15% ke Rp 4.080 per saham, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) meningkat 1,82% ke Rp 4.480 per saham.
Kenaikan harga saham ini dipicu oleh euforia rencana penyuntikan dana Rp 200 triliun, menarik minat investor ritel untuk berinvestasi di saham bank BUMN. Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, menganggap kenaikan harga saham bank sebagai respons terhadap ekspektasi perbaikan kinerja di masa mendatang. Ia melihat sinyal kebijakan fiskal yang pro-pasar dan backstop likuiditas dari pemerintah sebagai faktor pendukung. “Ditambah lagi, valuasi saham perbankan besar sudah terdiskon cukup dalam, membuka peluang bargain hunting pasca koreksi,” tambahnya.
Peristiwa ini juga menunjukkan pemulihan kepercayaan pasar terhadap Menteri Keuangan yang baru, meskipun masyarakat masih perlu menunggu detail teknis kebijakan untuk menilai dampaknya secara menyeluruh. Menkeu Guyur Likuiditas Rp 200 Triliun Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Akan Kucurkan Dana Rp 200 Triliun ke Perbankan
Ringkasan
Pemerintah berencana menyalurkan Rp 200 triliun dari dana negara yang mengendap di Bank Indonesia ke perbankan melalui rekening pemerintah, berasal dari Sisa Anggaran Lebih (SAL) dan Sisa Lebih Pembayaran Anggaran (SiLPA). Menteri Keuangan menekankan dana ini, yang akan ditempatkan di bank-bank BUMN, tidak boleh digunakan untuk membeli Surat Utang Negara (SUN), melainkan disimpan layaknya deposito untuk mendorong pertumbuhan ekonomi riil.
Rencana suntikan likuiditas ini disambut positif oleh analis, memicu kenaikan saham-saham bank BUMN. Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengalami kenaikan tertinggi, diikuti oleh PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Kenaikan harga saham ini dipicu oleh euforia rencana penyuntikan dana Rp 200 triliun dan ekspektasi perbaikan kinerja di masa mendatang.