Ussindonesia.co.id JAKARTA — Perusahaan tambang dan pengolahan nikel PT Anugrah Neo Energy Materials dikabarkan berencana melangsungkan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan target perolehan dana lebih dari US$300 juta atau setara Rp4,98 triliun (asumsi kurs Rp16.607 per US$).
Melansir Reuters, Rabu (22/10/2025), dua sumber yang mengetahui rencana tersebut mengatakan bahwa perusahaan yang tengah mengembangkan fasilitas produksi bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) itu menargetkan debut pasar pada Desember 2025.
Adapun, kedua sumber enggan disebutkan namanya karena informasi ini belum bersifat publik.
: PT Anugrah Neo Energy Materials (ANEM) Groundbreaking Smelter Nikel di Morowali
Berdasarkan informasi yang sama, nilai valuasi Anugrah Neo Energy Materials diperkirakan dapat mencapai lebih dari US$2 miliar atau sekitar Rp33,21 triliun.
Sementara itu, dana hasil IPO akan digunakan antara lain untuk mendukung ekspansi bisnis dan pengembangan proyek hilirisasi nikel.
: : Bijih Nikel Laris Manis, Laba Bersih Central Omega (DKFT) Melonjak 52,79%
Adapun, DBS Bank Ltd dan RHB Bank disebut turut menjadi penjamin emisi efek (underwriter) dalam proses IPO tersebut. Hingga Selasa (22/10/2025), pihak Anugrah Neo Energy Materials belum memberikan tanggapan resmi terkait rencana itu. Sementara DBS menolak berkomentar dan RHB menyatakan belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut.
Mengutip laman resmi perusahaan, Anugrah Neo Energy Materials mengoperasikan dua tambang nikel laterit di Sulawesi Tengah, yakni TAS di Morowali yang memiliki lebih dari 200 juta ton sumber daya, serta MDK di Ampana yang mencakup area lebih dari 10.800 hektare.
: : Waswas Dejavu Booming Nikel, Hilirisasi Bauksit Perlu Strategi Pengendalian
Selain itu, perusahaan juga tengah membangun smelter high pressure acid leach (HPAL) beremisi karbon rendah untuk memproduksi mixed hydroxide precipitate (MHP), serta dua kawasan industri pendukung.
Berdasarkan catatan Bisnis, PT Anugrah Neo Energy Materials (ANEM) pada September 2024, melakukan peletakan batu pertama untuk proyek HPAL yang berlokasi di Kawasan Industri Neo Energy Morowali (NEMIE).
Proyek ini bertujuan untuk merevolusi industri pengolahan nikel di Indonesia dengan memanfaatkan energi terbarukan, mendukung permintaan global yang terus meningkat akan solusi energi berkelanjutan, khususnya di sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Komisaris Utama PT Anugrah Neo Energy Materials Joseph Hong mengatakan bahwa proyek smelter HPAL ANEM akan sepenuhnya menggunakan energi terbarukan, sejalan dengan upaya nasional dan global untuk mengurangi emisi karbon serta mempromosikan inisiatif energi hijau.
“Keputusan kami untuk sepenuhnya mengadopsi energi terbarukan merupakan bagian dari dedikasi kami terhadap masa depan yang lebih berkelanjutan. Kami bangga dapat mengambil langkah penting ini dalam transisi energi di Indonesia, terutama di industri penting seperti produksi nikel,” kata Joseph dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (15/9/2024).
Proyek HPAL ini dapat beroperasi dalam 2 tahun dari sekarang guna memperkuat posisi Indonesia sebagai pemasok global utama nikel ramah lingkungan, terutama untuk produksi baterai kendaraan listrik.
Seiring dengan meningkatnya permintaan kendaraan listrik, ANEM siap memasok produk nikel berkualitas tinggi dan berkelanjutan yang memenuhi standar internasional.
“Proyek kami akan memenuhi permintaan global yang terus meningkat akan nikel, terutama di pasar kendaraan listrik yang berkembang pesat. Kami sangat antusias untuk berkontribusi pada ekonomi hijau Indonesia dan meningkatkan posisinya di panggung global,” ucap Joseph.