Tertekan Berbagai Sentimen, Rupiah Diramal Lanjut Melemah, Rabu (5/11)

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali menutup perdagangan dengan pelemahan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Tekanan terhadap mata uang Garuda ini tak lepas dari gabungan sentimen domestik dan global yang terus bergejolak di pasar keuangan.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,19% secara harian, mencapai level Rp 16.708 per dolar AS. Sementara itu, referensi Bank Indonesia (BI) melalui kurs Jisdor juga menunjukkan pelemahan serupa, yakni 0,36% per hari, menempatkan rupiah di posisi Rp 16.724 per dolar AS.

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyoroti beberapa faktor eksternal yang menjadi pemicu pelemahan rupiah ini. Salah satunya adalah sinyal kuat dari Bank Sentral AS atau The Fed terkait kebijakan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa bank sentral belum sepenuhnya berkomitmen untuk pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat. Bahkan, ia menyebut langkah penurunan suku bunga pada Desember bukanlah suatu kepastian. Pernyataan ini sontak mengurangi ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga dalam waktu dekat, yang pada gilirannya menjaga dominasi dolar AS.

Situasi di dalam tubuh The Fed sendiri juga menunjukkan perpecahan. Sebagian pembuat kebijakan menekankan perlunya kewaspadaan terhadap inflasi, sementara yang lain mulai melihat tanda-tanda perlambatan momentum di pasar tenaga kerja. “Perpecahan pendapat ini memperkuat keraguan tentang seberapa cepat The Fed akan melanjutkan pemotongan suku bunga, yang akan menjaga dolar tetap kuat,” jelas Ibrahim, Selasa (4/11/2025). Selain itu, kondisi politik di AS juga menambah beban. Penutupan atau shutdown pemerintah AS kini telah berlangsung selama 33 hari tanpa tanda-tanda penyelesaian, dan bahkan diperkirakan akan melampaui rekor sebelumnya jika kebuntuan ini terus berlanjut.

Dari ranah domestik, Ibrahim Assuaibi juga menyebutkan tingkat inflasi sebagai sentimen yang turut menyeret kinerja rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi pada Oktober 2025 mencapai 0,28% secara bulanan (month to month/MtM), meningkat dari angka September 2025 yang sebesar 0,21%. Secara tahunan (year on year/YoY), Indonesia mencatatkan inflasi 2,86% per Oktober 2025, juga naik dari 2,65% YoY di bulan sebelumnya. Adapun secara tahun kalender atau year to date, inflasi tercatat sebesar 2,10%. Kenaikan inflasi ini, meskipun masih dalam rentang target, tetap menjadi perhatian bagi pasar keuangan.

Menatap perdagangan esok hari, Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif pada Rabu (5/11/2025). Kendati demikian, ia memperkirakan rupiah tetap akan ditutup melemah, dengan perkiraan pergerakan di rentang Rp 16.700 – Rp 16.750 per dolar AS.