Wall Street Panik! Shutdown AS Ancam Pasar Saham?

Ussindonesia.co.id, NEW YORK – Indeks-indeks utama Wall Street bergerak melemah pada perdagangan Selasa (30/9/2025). Sentimen negatif ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap potensi penutupan atau shutdown pemerintah AS, yang dikhawatirkan akan menunda perilisan data ekonomi penting dan menciptakan ketidakpastian pasar.

Berdasarkan laporan Reuters pada pukul 10.08 ET, Dow Jones Industrial Average mencatat penurunan 15,05 poin, atau 0,03%, dan berakhir di level 46.301,02. Sementara itu, indeks S&P 500 juga terkoreksi 8,48 poin (0,13%) menjadi 6.652,73, diikuti oleh Nasdaq Composite yang anjlok 58,07 poin (0,26%) ke level 22.533,08.

Pelemahan pasar saham ini tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor tertentu. Sektor jasa komunikasi di indeks S&P 500 anjlok 1,3%, terutama disebabkan oleh melemahnya saham Meta Platforms sebesar 1,9% dan Alphabet sebesar 1,4%. Kinerja buruk kedua raksasa teknologi ini turut memberikan tekanan signifikan pada indeks Nasdaq. Selain itu, sektor konsumen diskresioner juga merosot 0,9% di S&P 500, dan sektor energi kehilangan 1,1% nilainya. Namun, sektor teknologi berhasil menguat tipis 0,3%, sementara kenaikan saham di sektor perawatan kesehatan bertindak sebagai penahan, membatasi penurunan lebih lanjut pada indeks Dow.

Di tengah dinamika pasar, rilis data ekonomi terbaru memberikan gambaran yang beragam. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa lowongan pekerjaan meningkat menjadi 7,23 juta pada Agustus, melampaui perkiraan para ekonom yang disurvei Reuters sebesar 7,19 juta. Namun, di sisi lain, data kepercayaan konsumen AS pada bulan September justru menunjukkan penurunan yang lebih besar dari ekspektasi, menandakan adanya kekhawatiran di kalangan konsumen.

Pernyataan dari pejabat Federal Reserve turut mewarnai sentimen pasar. Wakil Ketua Fed Philip Jefferson memberikan peringatan bahwa pasar tenaga kerja berpotensi menghadapi tekanan tanpa dukungan bank sentral. Kontras dengan pandangan tersebut, Presiden Fed Boston Susan Collins justru menyatakan keterbukaannya terhadap kemungkinan penurunan suku bunga tambahan. Perbedaan pandangan ini membuat para pelaku pasar menanti serangkaian pidato dari para pembicara Fed berikutnya, berharap mendapatkan petunjuk yang lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter di masa mendatang.

Meskipun terjadi pelemahan sesaat, ekuitas secara keseluruhan menunjukkan ketahanan yang kuat sepanjang kuartal ketiga. Indeks acuan S&P 500, Nasdaq yang didominasi saham teknologi, dan Dow Jones Industrial Average yang dihuni saham-saham blue-chip, semuanya berada di jalur untuk mencatatkan kenaikan kuartalan kedua berturut-turut. Bahkan, S&P 500 diproyeksikan mencetak kinerja kuartal ketiga terbaiknya sejak tahun 2020.

Kini, pasar bersiap menyongsong kuartal keempat, sebuah periode yang secara historis dikenal menguntungkan bagi ekuitas. Ini didorong oleh aktivitas penyesuaian posisi akhir tahun dan gelombang belanja liburan yang biasanya meningkatkan volume transaksi dan sentimen positif. Menjelang periode ini, fokus utama investor akan tertuju pada laporan pendapatan perusahaan. Terutama menjadi perhatian adalah indikasi dari beberapa perusahaan mengenai rencana kenaikan harga, sebuah langkah yang dapat memicu implikasi signifikan terhadap tingkat inflasi. Pada gilirannya, hal ini tentu akan memengaruhi dan mungkin mengubah arah kebijakan The Fed di masa mendatang.

Di tengah sentimen makro, beberapa saham individu juga mencatatkan pergerakan signifikan. Saham produsen chip Wolfspeed melonjak tajam 36,3% setelah berhasil keluar dari status kebangkrutan sehari sebelumnya. Sebaliknya, Firefly Aerospace anjlok 24,5% menyusul kegagalan pengujian yang menghancurkan pendorong inti untuk roket Alpha andalannya. Sementara itu, Paychex menjadi salah satu saham dengan kinerja terburuk di indeks acuan, anjlok 6% setelah platform SDM tersebut melaporkan hasil kuartalan yang kurang memuaskan.

Ringkasan

Wall Street mengalami pelemahan pada perdagangan terbaru akibat kekhawatiran investor terhadap potensi shutdown pemerintah AS. Penurunan ini berdampak pada indeks utama seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq, terutama disebabkan oleh kinerja buruk sektor jasa komunikasi dan konsumen diskresioner. Data ekonomi yang beragam, serta perbedaan pandangan pejabat Federal Reserve mengenai kebijakan moneter, turut memengaruhi sentimen pasar.

Meskipun demikian, ekuitas secara keseluruhan menunjukkan ketahanan yang kuat sepanjang kuartal ketiga dan berpotensi mencatatkan kenaikan kuartalan kedua berturut-turut. Pasar kini bersiap menyongsong kuartal keempat dengan fokus pada laporan pendapatan perusahaan dan potensi kenaikan harga yang dapat memengaruhi kebijakan The Fed. Beberapa saham individu juga mencatatkan pergerakan signifikan, seperti Wolfspeed yang melonjak dan Firefly Aerospace yang anjlok.