Prediksi Rupiah Hari Ini (21/11), Cek Sentimen yang Mempengaruhinya

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Nilai tukar rupiah diproyeksi bergerak datar pada perdagangan hari ini (21/11/2025). Sekedar mengingatkan, rupiah ditutup melemah melemah 0,17% secara harian ke level Rp 16.736 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (20/11/2025).

Di saat yang sama, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) juga melemah 0,05% secara harian ke posisi Rp 16.742 per dolar AS. 

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memproyeksikan pergerakan rupiah pada Jumat (21/11) akan sangat didominasi oleh rilis data utama dari Amerika Serikat, yaitu laporan Nonfarm Payrolls (NFP) bulan September yang tertunda, yang dijadwalkan hari ini.

Mengingat indeks dolar (DXY) sudah berada di level tertinggi enam bulan menjelang rilis data ini, sentimen pasar global masih risiko-negatif (risk-off), yang secara inheren menguntungkan dolar AS sebagai safe haven.

Simak Rekomendasi Saham Emiten Nikel yang Kinerja Tertekan Harga Komoditas

Meskipun Bank Indonesia (BI) telah menjaga suku bunga dan neraca transaksi berjalan kuartal III – 2025 Indonesia mencatatkan surplus (sentimen positif domestik). Kekuatan fundamental domestik ini mungkin akan kesulitan menahan tekanan penguatan dolar AS yang sangat kuat di pasar global. 

Sutopo bilang, jika data NFP AS keluar lebih kuat dari perkiraan, dolar AS akan menguat lebih lanjut (DXY naik), menekan rupiah mendekati batas atasnya di Rp 16.800. Sebaliknya, jika NFP lebih lemah, ada peluang rupiah menguat terbatas dan kembali menguji level Rp16.700.

“Perhatian utama investor besok adalah hasil NFP AS. Investor akan menyeimbangkan antara kekuatan dolar yang didorong oleh ekspektasi The Fed yang hawkish (ketat) dengan fundamental domestik rupiah yang relatif solid (suku bunga BI stabil dan neraca transaksi berjalan surplus),” jelas Sutopo kepada Kontan, Kamis (20/11). 

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi mengatakan, meningkatnya skeptisisme di antara para pejabat Federal Reserve (Fed) tentang pemangkasan suku bunga berikutnya pada bulan Desember mengaburkan prospek kebijakan moneter. Karena para pejabat masih terpecah antara risiko inflasi yang masih ada dan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja, para pedagang mengurangi ekspektasi untuk pelonggaran lebih lanjut.

Dalam rilis notulen rapat FOMC pada bulan Oktober terungkap bahwa sebagian besar peserta menilai penurunan suku bunga lebih lanjut kemungkinan akan tepat seiring waktu. Akan tetapi beberapa mengindikasikan bahwa mereka tidak memandang penurunan suku bunga pada bulan Desember sebagai hal yang tepat. 

Penguatan Yield AS Dorong Outflow Asing di SBN Meningkat

Sebagian besar peserta rapat mencatat bahwa penurunan suku bunga lebih lanjut dapat menambah risiko inflasi yang lebih tinggi menjadi berlarut-larut atau dapat disalahartikan sebagai kurangnya komitmen terhadap target inflasi 2%. 

“Banyak peserta berpendapat bahwa berdasarkan pandangan mereka, mempertahankan suku bunga tidak berubah selama sisa tahun ini adalah langkah yang tepat,” kata Ibrahim, Kamis (20/11/2025). 

Sutopo memproyeksikan, rupiah cenderung bergerak datar dengan potensi pelemahan terbatas atau fluktuatif di kisaran level Rp 16.650 – Rp 16.800 per dolar AS pada hari ini.

Sejalan, Ibrahim juga memperkirakan, rupiah pada Jumat (21/11/2025) bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah dalam rentang Rp 16.730 – Rp 16.790 per dolar AS.