
Bank Indonesia mencatat transaksi berjalan Indonesia surplus sebesar USD 4,0 miliar (1,1 persen dari PDB), setara Rp 66,4 triliun (kurs dolar Rp 16.736). Angka ini meningkat dibandingkan dengan defisit USD 2,7 miliar (0,8 persen dari PDB) pada triwulan II 2025.
Surplus neraca perdagangan barang meningkat didorong oleh kenaikan surplus pada neraca perdagangan nonmigas. Defisit neraca jasa juga menyempit seiring bertambahnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Selain itu, defisit neraca pendapatan primer turun karena berkurangnya pembayaran imbal hasil kepada investor asing setelah berakhirnya periode pembayaran dividen dan bunga/kupon.
Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas meningkat sejalan dengan kenaikan harga minyak global. Kemudian kinerja transaksi modal dan finansial tetap terjaga meski ketidakpastian pasar global tinggi.
Investasi langsung masih surplus, mencerminkan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi dan iklim investasi domestik. Sebaliknya, investasi portofolio mencatat defisit akibat keluarnya modal asing dari surat utang, dan investasi lainnya juga defisit karena meningkatnya pembayaran pinjaman swasta.
Secara keseluruhan, transaksi modal dan finansial triwulan III 2025 mencatat defisit 8,1 miliar dolar AS.
“Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat mempengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait, guna memperkuat ketahanan sektor eksternal,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya, Kamis (20/11).
Kinerja NPI 2025 diproyeksi tetap berdaya tahan ditopang oleh surplus neraca perdagangan nonmigas dan arus masuk penanaman modal asing yang diperkirakan terus berlanjut.
Sementara Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatatkan defisit USD 6,4 miliar atau sekitar Rp 107,05 triliun (kurs Rp 16.728 per USD diakses 12.16 WIB).
Selain itu cadangan devisa pada akhir September 2025 sebesar Rp 148,7 miliar atau setara dengan pembiayaan 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Menurut Bank Indonesia transaksi berjalan mencatat surplus ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas. “Sementara itu, transaksi modal dan finansial mencatat defisit seiring ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi,” tuturnya.
Menurut dia posisi cadangan devisa tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor dan transaksi berjalan mencatat surplus.