
Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Pasar aset kripto diproyeksikan bakal mendapatkan angin segar dari penghentian kebijakan quantitative tightening (QT) The Fed per 1 Desember 2025. Namun, terdapat sejumlah tantangan yang mengadang.
Sebagaimana diketahui, The Fed telah memberi sinyal akan mengakhiri kebijakan QT mulai 1 Desember 2025. QT merupakan kebijakan pengetatan neraca The Fed dengan cara mengurangi kepemilikan obligasi pemerintah dan surat utang beragunan hipotek untuk menyerap likuiditas.
Dengan demikian, bila kebijakan ini dihentikan, The Fed akan beralih ke fase netral atau ekspansif, yang menandakan likuiditas global akan kembali meningkat.
: Efek Domino AS-China: Rp20,36 T Kabur dari Bitcoin, Guncang Pasar Kripto
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menilai kebijakan QT The Fed pada 1 Desember 2025 dipandang sebagai titik balik penting bagi pasar kripto, terutama karena QT selama tiga tahun terakhir menjadi salah satu faktor utama yang menekan selera risiko global.
The Fed sejak 2022 mengeringkan likuiditas dan membuat investor lebih berhati-hati masuk ke aset berisiko seperti Bitcoin dan Ethereum.
: : Harga Kripto Bitcoin Cs, Berharap Pemulihan dari Pelonggaran The Fed
“Karena itu, sekadar munculnya ekspektasi bahwa QT akan segera dihentikan sudah cukup untuk mendorong reli jangka pendek pada dua aset kripto terbesar itu [Bitcoin dan Ethereum], meskipun harganya masih jauh dari level tertinggi Oktober 2025,” kata Fyqieh kepada Bisnis pada Jumat (14/11/2025).
Melihat ke depan, prospek kripto menjadi lebih konstruktif karena penghentian QT berarti tekanan likuiditas mulai mereda.
: : Gelombang Agresivitas Investasi Hedge Fund di Aset Kripto pada 2025
Saat neraca The Fed berhenti menyusut, cadangan perbankan kembali stabil, kondisi pendanaan longgar, dan modal spekulatif cenderung kembali mencari imbal hasil lebih tinggi. Lingkungan seperti ini secara historis sangat menguntungkan bagi aset digital.
Pada siklus sebelumnya, Bitcoin sempat rebound signifikan segera setelah The Fed mengisyaratkan akhir QT, bahkan sebelum kebijakan benar-benar berbalik ke arah pelonggaran.
Selain itu, narasi Fed pivot, yakni perpindahan dari pengetatan menuju kebijakan netral atau akomodatif biasanya menjadi katalis awal bagi masuknya kembali investor institusional.
“Dengan semakin matangnya infrastruktur kripto seperti ETF, staking institutional-grade, serta tokenisasi aset riil, minat institusi bisa menjadi pendorong besar siklus berikutnya,” ujar Fyqieh.
Namun, akhir QT bukan jaminan kemunculan bull market baru. Jika The Fed menghentikan QT karena tekanan ekonomi atau potensi resesi, likuiditas memang longgar, tetapi kepercayaan investor bisa tetap rapuh.
Begitu pula jika inflasi belum benar-benar terkendali. The Fed dapat menghentikan QT tetapi tetap mempertahankan suku bunga tinggi, yang membatasi aliran modal ke aset berisiko. Regulasi juga berpotensi menjadi faktor penahan, misalnya, pengetatan aturan stablecoin, tindakan terhadap bursa, atau arus keluar dari ETF kripto dapat membebani sentimen meski kondisi makro membaik.
Financial Expert Ajaib Panji Yudha menilai QT merupakan sinyal fundamental yang sangat bullish untuk aset kripto dalam jangka menengah hingga panjang, meskipun reaksinya tertunda.
The Fed tidak akan lagi menyusutkan neraca keuangannya. Sebaliknya, The Fed akan memulai reinvestasi sekuritas treasury yang jatuh tempo dan mengubah komposisi neraca.
“Pergeseran ini yang diperkirakan akan meningkatkan likuiditas sistem secara keseluruhan dan berpotensi melemahkan Dolar AS, juga sebagai dasar bagi harapan rally akhir tahun,” ujar Panji kepada Bisnis pada Jumat (14/11/2025).
Di sisi lain, Panji menilai sikap hedge fund saat ini adalah pengambilan risiko yang defensif (de-risking), bukan hilangnya kepercayaan fundamental terhadap Bitcoin.
Aksi jual klien BlackRock yang mencapai 2.610 BTC atau sekitar US$257 juta dan transfer whale yang tidak aktif selama 13 tahun sebanyak 12.000 BTC ke exchange misalnya mencerminkan adjustment portofolio pasca-volatilitas.
Terdapat pula tekanan supply ETH. Menurutnya, rencana Ethereum Foundation menjual 10.000 ETH untuk mendanai penelitian menunjukkan tekanan supply yang terkontrol, meskipun ini merupakan bagian dari strategi keuangan jangka panjang mereka.
“Investor perlu memahami bahwa price action saat ini sangat didorong oleh whale dan likuidasi di pasar derivatif,” ujarnya.
Di sisi lain, Co-founder Cryptowatch Christopher Tahir mengatakan penghentian QT The Fed per 1 Desember 2025 seharusnya memberikan likuiditas yang cukup kepada pasar. Namun, turunnya peluang pemangkasan suku bunga membuat pelaku pasar menjaga-jaga dalam menahan aset berisiko. Kemudian, biasanya kripto menjadi korban pertamanya.
“Menurut saya [pasar kripto] akan cenderung tertahan bahkan tertekan, sehingga saya agak pesimis akan ada tarikan harga untuk naik lagi. Hedge fund juga tentunya akan lebih berhati-hati dan cenderung risk-off,” kata Christopher.
Berdasarkan data CoinMarketCap, harga Bitcoin pada perdagangan hari ini, Jumat (14/11/2025) pukul 19.30 menunjukkan pelemahan 6,89% dalam 12 jam terakhir ke level US$95.786 per koin. Harga Ethereum pun melemah 10,56% dalam 24 jam terakhir ke level US$3.117 per koin.