Kinerja Elnusa (ELSA) Dinilai Masih Bisa Tumbuh Positif, Cek Rekomendasinya

Ussindonesia.co.id JAKARTA. PT Elnusa Tbk (ELSA) diyakini bisa kembali meningkatkan kinerjanya kendati kondisi di sektor hulu minyak dan gas (migas) masih cukup menantang seiring volatilitas harga minyak mentah dunia.

Sebagai kilas balik, ELSA membukukan kenaikan pendapatan 8,60% year on year (yoy) menjadi Rp 10,48 triliun hingga kuartal III-2025. Segmen penjualan barang dan jasa distribusi dan logistik energi menjadi kontributor utama pendapatan ELSA dengan porsi mencapai 58%. Setelah itu, diikuti oleh segmen jasa hulu migas terintegrasi sebesar 31% dan segmen jasa penunjang migas sebesar 11%.

Namun, ELSA mengalami kenaikan dari sejumlah pos beban. Misalnya, beban pokok pendapatan meningkat 8,80% yoy menjadi Rp 9,40 triliun. Beban umum dan administrasi membengkak 24,55% yoy menjadi Rp 433,46 miliar. Adapun beban pajak final juga melesat 152,75% yoy menjadi Rp 17,49 miliar.

Hasil ini membatasi profitabilitas ELSA. Terbukti, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ELSA berkurang 4,48% yoy menjadi Rp 526,56 miliar hingga kuartal III-2025.

Mayoritas Saham Anggota Baru MSCI Indonesia Menghijau, Ini Proyeksi Analis

Kendati mengalami penurunan kinerja bottom line, Direktur Keuangan Elnusa Nelwin Aldriansyah menyampaikan, ELSA tetap mampu menerapkan strategi dalam memperkuat fundamental bisnis dan efisiensi operasional. ELSA pun mengklaim berhasil menjaga tren pertumbuhan kinerja berkat sinergi, inovasi, dan kemampuan perusahaan beradaptasi terhadap dinamika industri. 

“Kami optimistis dapat menutup tahun 2025 dengan hasil yang positif dan berkontribusi lebih besar terhadap ketahanan energi nasional,” ujar Nelwin dalam keterangan resmi beberapa pekan lalu.

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, ELSA masih memiliki prospek pertumbuhan kinerja yang menjanjikan, meski kemungkinan tidak seagresif pada awal tahun. Di atas kertas, volatilitas harga minyak dunia dapat menimbulkan gejolak pada aktivitas hulu migas, sehingga margin dari segmen jasa hulu migas terintegrasi dan jasa penunjang migas ELSA tertekan.

Sebaliknya, segmen penjualan barang dan jasa distribusi dan logistik energi masih dapat menjadi motor utama bagi ELSA lantaran ditopang oleh permintaan domestik yang cukup kuat. “Prospek ELSA bisa meningkat jika belanja modal migas nasional termasuk Pertamina kembali agresif pada 2026,” ujar dia, Senin (24/11).

Dalam berita sebelumnya, ELSA juga mulai aktif melakukan diversifikasi dengan merambah bisnis baru untuk memitigasi risiko di sektor hulu migas. Misalnya, dengan terlibat dalam proyek Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), fabrikasi binary heat exchanger untuk panas bumi dan inflow control, hingga terlibat dalam ekosistem kendaraan listrik di bagian baterai.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan, proyek-proyek ini sejalan dengan semangat transisi energi dan berpotensi menjadi sumber pendapatan baru bagi ELSA secara jangka panjang.

“Namun, proyek ini memerlukan proses yang sangat panjang dan harus berjalan sesuai dengan koridor yang ditetapkan perusahaan,” imbuh dia, Senin (24/11).

Untuk bisa bertahan di tengah tantangan bisnis tahun depan, lanjut Nafan, ELSA harus fokus pada pengurangan biaya operasional untuk menjaga margin laba. Selain itu, ELSA perlu meningkatkan sinergi dengan Grup Pertamina untuk mempermudah ekspansi, mengingat induk usaha emiten tersebut memiliki jaringan dan kekuatan modal yang besar.

Sementara menurut Wafi, ELSA mesti menerapkan disiplin capital expenditure (capex) yang ketat agar agenda ekspansi termasuk diversifikasi bisnis tidak menjadi beban bagi arus kas perusahaan. Senada, sinergi dengan Grup Pertamina dinilai sangat bermanfaat bagi ELSA dalam mengakses pasar di sektor jasa migas.

Wafi pun menilai, valuasi saham ELSA tergolong murah dengan price to book value (PBV) di level 0,7 kali atau di bawah rata-rata historis. Ia merekomendasikan hold saham ELSA dengan target harga di level Rp 530 per saham.

Nafan bilang, saham ELSA telah mencapai target harga yang ditetapkannya, sehingga untuk saat ini ia merekomendasikan wait and see terhadap saham emiten tersebut.

Pada perdagangan Senin (24/11), harga saham ELSA terkoreksi 0,96% ke level Rp 515 per saham. Namun, sejak awal tahun, harga saham ELSA melesat 19,21% year to date (ytd).

Fundamental Emiten Farmasi Masih Terfragmentasi, Cek Kata Analis