Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Sejumlah aset investasi dengan tingkat risiko paling rendah hingga tinggi seperti emas dan saham dapat menjadi pilihan bagi investor menghadapi dinamika memanasnya tensi perang dagang AS-China baru-baru ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melemah sebesar 0,37% atau 30,65 poin menuju 8.227,20. Sepanjang hari ini, indeks bergerak pada level terendahnya 8.133,62 dan sempat menyentuh posisi tertinggi di 8.288,27. Sejak awal tahun, IHSG sudah melesat 16.64%
Sementara itu, data Bloomberg pada Senin (13/10/2025) menunjukkan harga emas sempat naik 1,1% menjadi US$4.060,01 per troy ounce dan terakhir diperdagangkan di level US$4.028,28 per troy ounce.
Harga logam mulia telah melesat antara 50% hingga 80% sepanjang tahun ini, menjadikannya salah satu sektor paling dominan di pasar komoditas global. Reli emas didukung oleh aksi beli bank sentral, peningkatan kepemilikan di reksa dana berbasis emas (ETF), serta kebijakan pemangkasan suku bunga The Federal Reserve.
: Efek Perang Dagang AS-China ke IHSG Hanya Sementara, Intip Saham Siap Cuan
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata menjelaskan terdapat sejumlah kelas aset menarik yang dapat dicermati seiring dengan menegangnya hubungan AS-China yang kembali memanas pada akhir pekan lalu.
“Aset menarik saat sentimen ini safe haven seperti emas dan penambang emas, karena situasi ketidakpastian global kembali bermain,” kata Liza pada Senin (13/10/2025).
Selain emas, Liza juga melihat obligasi pemerintah atau Surat Utang Negara (SUN) dapat diuntungkan ekspektasi penurunan yield global atau pemangkasan suku bunga The Fed. Dengan demikian, harga obligasi dapat naik.
Selain instrumen emas dan obligasi, Liza menilai saham defensif dengan arus kas stabil dapat diakumulasi bertahap oleh investor saat mengalami penurunan.
“Walaupun [saham] perbankan masih gloomy, tapi posisi harga saat ini harus diakui murah dan di-support jangka panjang. Cukup menarik untuk Buy on Weakness, menanti kinerja atau sentimen positif akhir tahun ketika penyaluran kredit dikebut,” tutur Liza.
Liza pun melihat secara teknikal IHSG berada di level resistance kritikal pada level sekitar 8.270, di kala indikator RSI sudah overbought. Menurutnya, level ini kemungkinan bisa menjadi waktu yang pas bagi investor untuk melakukan pullback sejenak.
“Asal IHSG masih bergerak di dalam pola Uptrend Rising Wedge dan tidak jebol support penting 8.020-8.000, mungkin uptrend masih bisa aman terkendali. Ujian esok hari adalah support pada level 8.070,” ucapnya.
Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan sejauh ini semua aset kelas sudah terlihat mahal, khususnya obligasi dan emas.
“Namun untuk saham, pilih saham-saham tertentu yang masih memberikan peluang untuk mengalami kenaikan di masa yang akan datang ya secara valuasi,” ujar Nico.
Nico juga menyarankan investor untuk memperhatikan momentum, sebelum masuk saham tertentu berdasarkan teknikal analisa agar cuan investor menjadi maksimal.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.