Intip prospek RAJA usai raup pendapatan US$ 196,04 juta per kuartal III-2025

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten terafiliasi Happy Hapsoro PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) melaporkan kenaikan pendapatan di tengah koreksi laba bersih hingga periode kuartal III-2025. 

Menurut laporan keuangan yang dipublikasikan Selasa (2/12/2025), RAJA melaporkan pendapatan sebesar US$ 196,04 juta per kuartal III-2025. Perolehan itu meningkat 3,36% secara year on year (yoy) dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 189,66 juta. 

Secara rinci, pendapatan bersih RAJA berasal dari pihak ketiga, antara lain penjualan gas sebesar US$ 106,4 juta, lifting minyak dan gas US$ 37,61 juta, jasa penyaluran minyak dari kerja sama operasi US$ 25, 75 juta, operasi dan pemeliharaan US$ 4,9 juta dan jasa fasilitas LPG US$ 1,74 juta.

Lalu, jasa sewa US$ 1,57 juta, jasa kompresi dan transimisi gas US$ 1,29 juta, jasa penyediaan kendaraan, tenaga kerja dan jasa manajemen konsultasi proyek US$ 1,08 juta dan pendapatan lain-lain US$ 2,87 juta. Adapun pendapatan dari pihak berelasi berupa engineering, procurement and construction tercatat mencapai US$ 5,98 juta.

Mandiri Sekuritas Proyeksi IHSG Tembus Level 9.350 di 2026, Ini Sektor Andalannya

Sejalan dengan kenaikan pendapatan bersih, beban pokok pendapatan juga meningkat menjadi US$ 139,75 juta, naik dari sebelumnya US$ 138,24 juta. Alhasil, laba bruto perusahaan meningkat menjadi US$ 56,28 juta, dari sebelumnya US$ 51,41 juta.

Sementara dari segi bottom line, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih US$ 17,75 juta, melorot 8,34% (yoy) dari posisi yang sama tahun lalu US$ 19,36 juta.

Direktur Utama RAJA Djauhar Maulidi mengatakan penurunan laba bersih terutama disebabkan oleh divestasi sebagian kepemilikan RAJA pada PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) seiring dengan pelaksanaan IPO RATU pada awal 2025. 

Djauhar menerangkan langkah divestasi ini tetap berada dalam koridor strategi korporasi untuk memperkuat struktur permodalan, meningkatkan fokus pada bisnis inti, serta mendorong pertumbuhan yang lebih berkelanjutan di masa mendatang.

“Hingga Kuartal III 2025, kinerja RAJA terus menunjukkan konsistensi dan berada dalam jalur yang sesuai dengan proyeksi kami. Dengan capaian ini, manajemen optimistis dapat menuntaskan target kinerja tahun 2025 dengan hasil yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Djauhar dalam keterangan resminya, Rabu (3/12/2025).

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menyampaikan penurunan laba bersih yang diatribusikan ke entitas induk terjadi karena kenaikan beban keuangan dan depresiasi dari aset-aset baru. 

Sementara pertumbuhan laba justru lebih besar muncul di entitas anak yang tidak dimiliki penuh, sehingga porsi keuntungan yang mengalir ke kepentingan nonpengendali meningkat signifikan. Akibatnya, meski secara konsolidasi laba periode berjalan naik, laba induk tetap terkoreksi karena tekanan biaya dan pergeseran komposisi kontribusi laba.

Head of Korea Investment Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi menjelaskan bahwa penurunan laba terutama dipicu oleh margin yang semakin tertekan. Beban operasional dan biaya pemeliharaa mengalami kenaikan, dan sebagian kontrak gas mencatat penurunan margin.

Proyeksi Kinerja RAJA

Hingga akhir 2025, Sukarno memperkirakan RAJA mampu mencatat pertumbuhan pendapatan moderat. Namun tekanan laba masih berlanjut karena cost of fund yang tinggi. 

Tapi memasuki 2026, prospek mulai membaik bila integrasi akuisisi Liquefied Natural Gas (LNG) atau midstream berjalan efektif, volume distribusi gas meningkat, dan suku bunga bergerak turun sehingga margin dan arus kas bisa pulih bertahap. 

“Sentimen positif tahun depan terutama datang dari ekspansi infrastruktur LNG, kenaikan kontribusi penjualan gas dan layanan Operation and Maintenance, serta potensi penurunan biaya keuangan. Sementara sisi negatif tetap berasal dari beban bunga yang tinggi, risiko eksekusi dan belanja modal besar, serta volatilitas harga atau kontrak gas,” kata Sukarno kepada Kontan, Rau (3/12/2025).

Adapun Wafi menilai sisa periode tahun 2025 kemungkinan RAJA hanya mencatat pertumbuhan flat hingga moderat lantaran margin dinilai belum dapat pulih.

Namun, prospek pada 2026 terlihat lebih positif lantaran didorong oleh permintaan gas industri yang meningkat, utilisasi jaringan yang lebih tinggi serta potensi kenaikan pendapatan berbasis jasa (fee-based income) dari distribusi gas.

“Pertumbuhan 2026 memang tidak agresif, tetapi lebih solid dibandingkan 2025,” ujarnya.

Rekomendasi Saham

Sukarno merekomendasikan hold untuk saham RAJA dengan target harga di kisaran Rp 6.800–Rp 7.000, sementara untuk jangka pendek pergerakan harga dapat dibatasi pada area support Rp 6.350 per saham. Adapun Wafi juga memberikan rekomendasi hold dengan target harga berada di sekitar Rp 6.400 per saham.

OJK Selidiki Dana Rp 71 Miliar Hilang di Mirae Asset Sekuritas