Arah Wall Street pekan ini: Investor menanti hasil rapat The Fed lusa

Ussindonesia.co.id JAKARTA — Pergerakan bursa saham Amerika Serikat pekan ini akan dipengaruhi oleh kebijakan yang diambil dalam rapat Federal Reserve (The Fed) pada lusa, 9-10 Desember 2025. Rapat itu diprediksi menjadi salah satu pertemuan paling alot dalam beberapa tahun terakhir.

Investor akan mencermati perpecahan pandangan di internal bank sentral AS terkait rencana pemangkasan suku bunga serta sinyal yang akan disampaikan Ketua The Fed, Jerome Powell, mengenai arah kebijakan ke depan.

Mengutip Reuters, Senin (8/12/2025), dari 12 anggota pemegang suara dalam Federal Open Market Committee (FOMC), lima di antaranya menyatakan keberatan atau bersikap skeptis terhadap rencana pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut. Sebaliknya, tiga gubernur The Fed yang berbasis di Washington mendukung pemangkasan suku bunga.

: Jadwal Rapat FOMC The Fed September-Desember 2025 Hingga Tahun 2026, Penentu Suku Bunga Acuan

Perbedaan pendapat dalam jumlah besar ini jarang terjadi. Terakhir kali FOMC mencatat tiga atau lebih suara berbeda pendapat (dissent) dalam satu rapat adalah pada 2019. Sejak 1990, kondisi serupa baru terjadi sembilan kali sehingga dinamika kali ini menjadi sorotan pasar.

Investor menantikan keputusan FOMC pada Selasa–Rabu mendatang untuk menangkap sinyal arah kebijakan The Fed sekaligus membaca dinamika internal yang semakin kentara.

: : Jadwal Libur Bursa Saham 2026, Cek Kalender Cuti Sekarang!

“The Fed tampak jauh lebih terbelah dibandingkan dalam waktu yang sangat lama. Seberapa besar perpecahan itu akan menarik perhatian karena memberi gambaran ke mana arah kebijakan The Fed ke depan,” kata Kepala Investasi Angeles Investments Michael Rosen.

Menurut Rosen, ketidakpastian dipicu tantangan The Fed dalam menjaga keseimbangan antara stabilitas harga dan lapangan kerja maksimal. Data inflasi terkini melalui Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index sesuai ekspektasi pasar, sementara sentimen konsumen pada Desember menunjukkan perbaikan. Kondisi tersebut belum mengubah ekspektasi investor terkait peluang pemangkasan suku bunga pada pekan depan.

: : Parade Borong Saham Lo Kheng Hong dari Sektor Properti hingga Perbankan

Data ketenagakerjaan yang dirilis Kamis lalu menunjukkan klaim tunjangan pengangguran turun ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun, meredakan kekhawatiran pelemahan pasar tenaga kerja. Estimasi Chicago Fed menunjukkan tingkat pengangguran pada November diperkirakan berada di kisaran 4,4%.

Berdasarkan data LSEG, pasar menilai peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada rapat mendatang berada di sekitar 84%. The Fed terakhir memangkas suku bunga pada 29 Oktober menjadi 3,75%–4,00% dari 4,00%–4,25%, merupakan penurunan kedua berturut-turut tahun ini.

Namun, pernyataan Powell sebelumnya bahwa pemangkasan suku bunga Desember tidak dapat dianggap pasti membuat pasar sempat bergejolak. Banyak investor telah memperhitungkan pemangkasan tersebut sebagai kepastian sehingga komentar Powell mendorong pelemahan saham AS.

Meski demikian, manajer portofolio saham Janus Henderson, Jeremiah Buckley, menilai keputusan Desember tidak akan berdampak besar terhadap pasar dalam jangka panjang. “Tentu bisa menimbulkan volatilitas jangka pendek, tetapi yang lebih penting adalah apa yang mereka lakukan sepanjang paruh pertama 2026, bukan hanya Desember,” ujarnya.

Indeks acuan S&P 500 telah menguat 16,6% sepanjang tahun berjalan. Kepala Investasi Wilmington Trust Tony Roth berpendapat bahwa pergerakan pasar tidak akan terlalu signifikan meski The Fed memangkas suku bunga. “Langkah The Fed pada dasarnya sudah sepenuhnya diperhitungkan pasar. Yang lebih penting adalah panduan kebijakan The Fed,” kata Roth. Ia memperkirakan The Fed akan tetap berhati-hati dan menekankan kebijakan berbasis data.

Pengambilan keputusan kali ini semakin rumit akibat keterlambatan sejumlah data ekonomi. Penutupan pemerintahan AS selama 43 hari membuat rilis data ketenagakerjaan November tertunda hingga 16 Desember, setelah rapat FOMC selesai. Bahkan tingkat pengangguran Oktober belum tersedia karena survei rumah tangga terhambat selama penutupan tersebut.

Sementara itu, laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) untuk Oktober yang dirilis 9 Desember diperkirakan memberi gambaran mengenai tren pemutusan hubungan kerja di tengah kondisi perekrutan yang terbatas.

Sebagian analis menilai peluang pemangkasan suku bunga mungkin tidak setinggi yang tercermin dalam proyeksi pasar. Mereka akan lebih fokus pada pernyataan Powell serta komposisi hasil pemungutan suara internal FOMC.

“Kami tidak melihat ada sesuatu yang benar-benar pasti. Saya melihat pasar masih kurang memerhitungkan risiko bahwa The Fed memilih tidak memangkas suku bunga pada rapat Desember,” ujar Kepala Ekonom pasar negara maju Nomura, David Seif.

Menurut Seif, dinamika internal FOMC juga akan menarik untuk diamati jika pemangkasan suku bunga benar-benar terjadi. Dengan masa tugas empat presiden bank regional segera berakhir, sikap mereka disebut dapat mencerminkan tingkat independensi yang ingin ditonjolkan sekaligus tekanan yang siap diberikan kepada pimpinan The Fed.

“Hal ini tidak hanya mengisyaratkan sikap mereka terhadap Ketua Powell, tetapi juga terhadap penggantinya kelak. Kami tengah mencermati seberapa jauh struktur pengambilan keputusan di The Fed berubah menuju model yang lebih sederhana: satu orang, satu suara,” ujarnya.