JAKARTA – Nilai tukar rupiah di pasar spot kembali menunjukkan pelemahan signifikan hingga penutupan perdagangan pada Senin (15/9/2025). Mata uang Garuda ini berakhir di level Rp 16.416 per dolar Amerika Serikat (AS), menandai tren negatif yang berkelanjutan di tengah dinamika pasar global.
Pelemahan ini tercatat sebesar 0,25% dibandingkan posisi penutupan Jumat (12/9/2025) yang berada di level Rp 16.375 per dolar AS. Pergerakan rupiah sendiri sempat berada di kisaran Rp 16.403 per dolar AS pada Senin siang, sebelum akhirnya melanjutkan tekanan hingga penutupan pasar, memperlihatkan volatilitas sepanjang hari.
Sementara itu, pergerakan mayoritas mata uang di Asia menunjukkan variasi, namun dengan kecenderungan penguatan pada sebagian besar di antaranya hingga pukul 15.00 WIB. Won Korea Selatan memimpin penguatan di kawasan ini dengan lonjakan signifikan sebesar 0,45% terhadap the greenback, menjadi mata uang dengan kinerja terbaik.
Tren positif ini juga diikuti oleh yen Jepang yang terapresiasi 0,14%, serta rupee India yang menguat 0,13%. Disusul kemudian oleh dolar Singapura dengan kenaikan 0,08%, menunjukkan optimisme di sejumlah bursa Asia.
Kemudian, dolar Hong Kong juga menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0,04%, diikuti oleh yuan China yang menguat sangat moderat 0,02% sepanjang hari ini, melengkapi daftar mata uang yang berhasil membukukan keuntungan.
Namun, di sisi lain, tidak semua mata uang Asia mampu menahan tekanan. Baht Thailand menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia, anjlok sebesar 0,58% terhadap dolar AS, menunjukkan kerentanan pasar di wilayah tersebut.
Diikuti oleh peso Filipina yang melemah 0,13% dan dolar Taiwan yang juga mencatatkan penurunan tipis 0,03% terhadap the greenback, melengkapi gambaran fluktuasi pasar mata uang regional pada hari tersebut.
Ringkasan
Pada 15 September 2025, nilai tukar rupiah ditutup melemah di level Rp 16.416 per dolar AS, turun 0,25% dari penutupan sebelumnya. Pergerakan rupiah menunjukkan volatilitas sepanjang hari perdagangan.
Mayoritas mata uang Asia menguat terhadap dolar AS, dipimpin oleh won Korea Selatan. Namun, baht Thailand mengalami pelemahan terdalam di Asia, diikuti oleh peso Filipina dan dolar Taiwan, menunjukkan pergerakan yang bervariasi di pasar regional.