Saham Superbank (SUPA) terkoreksi tajam, begini rekomendasi analis

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Saham PT Bank Superbank Indonesia Tbk (SUPA) ditutup melemah tajam pada perdagangan Senin (22/12/2025).

Harga saham SUPA terkoreksi 14,63% dari perdagangan sebelumnya dan ditutup di level Rp 1.050 per saham. Meski demikian, sejak pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan lalu, level harga saat ini masih menunjukkan kenaikan 65,35%.

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menilai, penurunan harga saham SUPA lebih mencerminkan fase distribusi yang wajar setelah reli agresif sejak IPO.

Superbank Catat Laba Rp 122,4 Miliar, Ini Kata Analis

“Dari awal perdagangan, tekanan jual sudah terlihat cukup besar, yang mengindikasikan adanya pelepasan saham oleh pihak-pihak yang masuk lebih awal. Sejak IPO, karakter investor SUPA memang didominasi pelaku jangka pendek yang mengejar momentum, bukan semata pertimbangan fundamental jangka panjang,” jelas Ekky kepada Kontan, Senin (22/12/2025). 

Ia menambahkan, tekanan jual dalam jumlah besar, terutama di pembukaan perdagangan, memicu reaksi berantai dari investor ritel. Dus, koreksi harga terjadi relatif cepat dan dalam.

Dari sisi valuasi, Ekky menilai saham SUPA saat ini sudah berada di level yang tergolong mahal jika dibandingkan dengan emiten sejenis di sektor perbankan digital maupun bank kecil lainnya, seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).

Superbank (SUPA) Catat Laba Rp 122,4 Miliar Hingga November 2025

“Secara fundamental, kinerja SUPA belum menunjukkan keunggulan yang secara signifikan melampaui peers-nya. Kondisi ini membuat ruang kenaikan harga menjadi lebih terbatas dan meningkatkan sensitivitas terhadap aksi profit taking,” jelasnya.

Ke depan, menurut Ekky, pergerakan saham SUPA akan sangat ditentukan oleh kemampuan perseroan dalam menggeser persepsi pasar dari saham momentum menjadi saham berbasis kinerja.

Jika dalam beberapa kuartal mendatang SUPA mampu mencatatkan pertumbuhan laba yang solid, perbaikan kualitas aset, serta eksekusi bisnis yang konsisten, koreksi saat ini dapat menjadi fase konsolidasi yang sehat. 

Efek IPO, Superbank (SUPA) Naik Kelas ke KBMI 2

Namun, tanpa katalis fundamental yang kuat, saham SUPA berpotensi bergerak volatil dan cenderung sideways dengan tekanan jual yang masih dapat muncul sewaktu-waktu.

Dengan kondisi tersebut, Ekky menilai saham SUPA saat ini lebih cocok bagi investor berprofil agresif dengan disiplin manajemen risiko. Sementara itu, bagi investor jangka panjang, pendekatan wait and see dinilai lebih bijak sambil menunggu valuasi yang lebih rasional atau konfirmasi kinerja keuangan yang benar-benar mendukung harga saham.