
Ussindonesia.co.id JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat ditutup menguat pada Rabu (3/12/2025) waktu setempat seiring rilis data ekonomi terbaru yang memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve pada pekan depan.
Melansir Reuters pada Kamis (4/12/2025) indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 456,50 poin atau 0,96% ke level 47.931,37. Sedangkan S&P 500 menguat 27,33 poin atau 0,40% menjadi 6.856,70. Saham teknologi yang melantai di Nasdaq Composite bertambah 60,32 poin atau 0,25% ke posisi 23.474,00.
Saham Microsoft sempat merosot hingga 3% setelah sebuah laporan menyebut perusahaan teknologi tersebut menurunkan target penjualan perangkat lunak kecerdasan buatan (AI) menyusul kegagalan banyak staf penjualan memenuhi kuota pada tahun fiskal yang berakhir Juni lalu.
: Zurich Asuransi (ZADI) Umumkan Dividen Interim Rp295.000 per Lembar
Namun, saham Microsoft memangkas pelemahan menjadi sekitar 1,8% setelah juru bicara perusahaan membantah laporan tersebut. Pergerakan ini membantu membawa indeks S&P 500 dan Nasdaq kembali ke zona hijau.
Meski begitu, sektor teknologi tetap tercatat turun 0,2%, menjadi salah satu dari dua sektor S&P 500 yang melemah pada perdagangan hari itu. Sektor energi justru menjadi yang terkuat, didorong kenaikan harga minyak.
: : Semarak IPO Desember, Menunggu 13 Kejutan Bersama SUPA
Penutupan pemerintah AS yang telah berlangsung selama 43 hari sekaligus terlama dalam sejarah sebelumnya membatasi akses investor terhadap rilis data resmi dan menyulitkan penilaian arah kebijakan suku bunga The Fed. Namun, tumpukan data kini mulai dirilis, dilengkapi dengan informasi dari sumber nonpemerintah.
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan aktivitas sektor jasa AS pada November relatif stabil di level 52,6, sedikit meningkat dari 52,4 pada Oktober.
: : Turis Asing Melonjak, Investor Saham Bersiap Lirik Emiten Pariwisata
Sementara itu, komponen harga yang dibayar menurun, meski masih berada pada level tinggi. Data tersebut dirilis jelang laporan Personal Consumption Expenditures (PCE) yang menjadi indikator inflasi favorit The Fed masih tertunda dan dijadwalkan meluncur pada Jumat.
Secara terpisah, laporan ADP National Employment menunjukkan jumlah tenaga kerja sektor swasta AS mengalami penurunan tak terduga pada November. Dengan laporan ketenagakerjaan resmi untuk Oktober dan November baru akan terbit setelah pengumuman kebijakan The Fed, pelaku pasar kini memberi bobot lebih besar terhadap data sektor swasta.
Senior Portfolio Manager Globalt Investments, Keith Buchanan, menilai kondisi ini memberi ruang bagi The Fed untuk melunakkan sikap kebijakan yang cenderung hawkish dalam beberapa pekan terakhir.
Menurutnya, bagi pelaku pasar, The Fed kini memiliki amunisi untuk menurunkan nada hawkish yang terlihat beberapa waktu lalu, dan mungkin bergerak lebih dovish di tengah data ketenagakerjaan yang melemah.
“Respon pasar hari ini sangat positif, dan kita akan melihat apakah tone ini berlanjut seiring terus mengalirnya data,” jelasnya.
Berdasarkan CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed pekan depan naik menjadi 89%, dari sekitar 87% pada awal sesi perdagangan.
Sentimen pasar juga dipengaruhi laporan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump secara tiba-tiba membatalkan wawancara dengan para kandidat finalis untuk posisi Ketua The Fed.
Langkah tersebut memicu spekulasi bahwa Kevin Hassett yang dipandang condong mendukung pemangkasan suku bunga agresif berpeluang menggantikan Jerome Powell mulai Mei tahun depan.