
Ussindonesia.co.id BALIKPAPAN — Bank Indonesia mengungkapkan bahwa terdapat momentum strategis bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk memperluas jangkauan pembiayaan ke sektor-sektor prioritas nasional dan kawasan yang belum tersentuh layanan perbankan tahun 2026.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kalimantan Timur Budi Widihartanto menyatakan dalam lanskap ekonomi yang kini menunjukkan tanda-tanda positif, regulator perbankan tengah menerapkan pelonggaran kebijakan untuk memacu akselerasi pertumbuhan.
Dia pun meminta BPD untuk mengambil peran lebih berani sebagai pelopor ekonomi wilayah, alih-alih berdiam diri dalam zona aman yang justru menghambat pertumbuhan.
: Filosofi Makan Rambutan Warnai Kebijakan Fiskal Kaltim 2026
“Pada dasarnya, fungsi regulator adalah menjaga keseimbangan siklus ekonomi. Ketika ekonomi sedang jor-joran atau memanas, kami akan menahan lajunya. Sebaliknya, ketika ekonomi sedang turun, kami akan melonggarkan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan,” kata Budi Widihartanto dalam acara 40 BIG Conference 2025 bertajuk Arah Bisnis 2026: Menuju Kedaulatan Ekonomi di Astara Hotel, Balikpapan, Senin (8/12/2025).
Kendati demikian, pelonggaran kebijakan ini tidak serta-merta menjamin kesuksesan tanpa strategi yang tepat sasaran.
: : Direksi Bankaltimtara Raih TOP 100 CEO 2025, Kinerja Positif Terjaga
Budi menegaskan perlunya reorientasi fokus pembiayaan ke dua pilar utama, yaitu proyek prioritas nasional dan sektor padat karya.
Di samping itu, sektor hilirisasi dan industri padat karya seperti turunan migas, kelapa sawit, dan perkebunan dinilai masih menyimpan potensi besar yang belum tergali secara optimal.
: : Kaltim Gelontorkan Rp3,5 Triliun untuk Program Unggulan Gratis Pol
Sektor-sektor ini, menurut Budi, seharusnya menjadi sasaran utama ekspansi kredit BPD.
Budi mencontohkan, Mahakam Ulu menjadi wilayah di mana BPD dapat meraih keuntungan signifikan dengan menjadi pionir.
BPD Kaltimtara mencatatkan pertumbuhan kredit yang sangat tinggi di kabupaten tersebut, justru karena tidak ada kompetitor yang berani masuk terlebih dahulu.
“Saya melihat kredit BPD Kaltimtara di sana pertumbuhannya sangat tinggi karena tidak ada pesaing, BPD menjadi pionir. Memang, menjadi pionir memiliki tantangan tersendiri, seperti biaya operasional yang tinggi, kesulitan SDM, dan sifat investasi jangka panjang,” ucapnya.
Kendati demikian, Budi mengingatkan bahwa jika hanya diam di zona nyaman, tidak akan mendapatkan kue sehingga BPD Kaltimtara harus berani melangkah.
“Risiko gagal memang ada, tetapi jika berhasil, kita akan mendapatkan porsi kue yang jauh lebih besar dibandingkan mereka yang ragu-ragu mengambil posisi,” paparnya.
Dia berharap BPD dapat terus berperan sebagai local champion dengan dukungan penuh dari pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
Apabila BPD berhasil membuka jalan, institusi perbankan lain akan mengikuti jejak tersebut, sehingga inklusivitas ekonomi di Benua Etam dapat terwujud secara menyeluruh.