
Ussindonesia.co.id, JAKARTA — Sebuah langkah krusial dalam perencanaan ekonomi nasional telah dicapai menyusul kesepakatan resmi antara Bank Indonesia (BI) dan Komisi XI DPR RI mengenai asumsi makroekonomi untuk tahun depan. Kesepakatan ini menjadi fondasi utama bagi penyusunan Rencana Anggaran dan Tahunan Bank Indonesia (RATBI) 2026, menandai arah kebijakan moneter dan stabilitas finansial Indonesia di masa mendatang.
Dalam rapat yang berlangsung di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada Kamis (13/11/2025), Ketua Komisi XI, Mukhamad Misbakhun, secara resmi membacakan hasil kesepakatan penting ini di hadapan Gubernur BI Perry Warjiyo beserta jajarannya. Misbakhun merinci bahwa asumsi makroekonomi yang akan menjadi panduan bagi Bank Indonesia dalam menyusun anggaran RATBI Tahun 2026 mencakup beberapa indikator vital. Proyeksi pertumbuhan ekonomi ditetapkan sebesar 5,33% secara tahunan (year on year), sementara target inflasi diantisipasi mencapai 2,62% secara tahunan. Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diasumsikan berada pada level Rp16.430.
Angka-angka ini menunjukkan pergeseran signifikan jika dibandingkan dengan asumsi makro yang digunakan BI untuk ATBI 2025. Pada tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi dipatok 5,25% YoY, inflasi 2,5%, dan nilai tukar rupiah Rp15.285 per dolar AS. Untuk 2026, terlihat optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi dengan proyeksi naik tipis menjadi 5,33% YoY. Namun, di sisi lain, Bank Indonesia juga mengantisipasi adanya penguatan tekanan inflasi menjadi 2,62% YoY serta pelemahan nilai tukar rupiah yang lebih signifikan, dari Rp15.285 menjadi Rp16.430 per dolar AS, sebuah indikator penting bagi stabilitas mata uang.
Selain penetapan asumsi makroekonomi, rapat krusial tersebut juga berhasil menyepakati anggaran operasional BI untuk tahun 2026. Total penerimaan anggaran operasional BI diproyeksikan mencapai Rp36,91 triliun, sementara pengeluaran diperkirakan sebesar Rp20,82 triliun. Dari perhitungan ini, Bank Indonesia diproyeksikan akan mencatat surplus anggaran operasional yang substansial, mencapai Rp16,09 triliun pada tahun depan.
Penerimaan Bank Indonesia sebagian besar bersumber dari hasil pengelolaan aset valuta asing, di samping pendapatan dari kegiatan kelembagaan dan administrasi. Struktur pendapatan ini mencerminkan peran strategis BI dalam menjaga cadangan devisa negara. Di sisi lain, alokasi pengeluaran anggaran operasional BI cukup beragam, mencakup pembayaran gaji dan penghasilan pegawai, biaya manajemen sumber daya manusia, serta investasi dalam layanan sarana dan prasarana. Lebih lanjut, anggaran ini juga dialokasikan untuk perumusan dan pelaksanaan kelembagaan, operasionalisasi kebijakan, program-program vital seperti pemberdayaan UMKM, stabilisasi harga, dan akseptasi digital. Tidak ketinggalan, biaya pelaksanaan supervisi, program sosial dan pemberdayaan, serta pembayaran kewajiban pajak juga menjadi komponen penting dalam pengeluaran BI, menegaskan komitmennya terhadap berbagai aspek ekonomi dan sosial.