BRI Danareksa Ungkap Saham Prospektif Semester II/2025, dari Perbankan hingga Logam

Ussindonesia.co.id, JAKARTA — Di tengah bayang-bayang arus keluar dana asing dan tekanan nilai tukar rupiah, BRI Danareksa Sekuritas telah merilis rekomendasi saham unggulan untuk paruh kedua tahun 2025. Analis optimistis terhadap potensi pertumbuhan laba emiten, menyoroti sektor perbankan dan telekomunikasi sebagai pilar utama yang layak dikoleksi.

Dalam risetnya, analis BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan dan Wilastita Muthia Sofi, secara spesifik merekomendasikan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan target harga beli Rp3.500 per saham. Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) ditaksir mampu mencapai Rp11.900 per saham, menjadikannya pilihan kuat dalam daftar rekomendasi.

Tak hanya itu, sektor logam juga disorot sebagai alternatif lindung nilai (hedge) yang strategis, terutama jika katalis domestik membutuhkan waktu lebih lama untuk terealisasi. Untuk sektor ini, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) dipatok target harga Rp480, sementara PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) ditargetkan menembus level Rp4.700 per saham.

Meskipun pasar menghadapi berbagai tantangan, BRI Danareksa memproyeksikan kinerja emiten pada semester II/2025 bakal semakin solid. Erindra dan Muthia, dalam riset yang dipublikasikan pada Selasa (2/9/2025), menegaskan, “Selama tidak ada eskalasi lanjutan dari aksi unjuk rasa, kami tetap memandang pertumbuhan laba semester II/2025 akan menguat.” Proyeksi positif ini didukung oleh ekspektasi percepatan belanja pemerintah dan perbaikan likuiditas pasar.

Pandangan optimis ini hadir di tengah realitas arus keluar dana asing yang signifikan. BRI Danareksa mencatat, pasca demonstrasi pekan lalu, dana asing sebesar US$131 juta atau setara dengan sekitar Rp2 triliun telah hengkang dari pasar saham pada Senin (1/9/2025). Secara kumulatif sejak awal tahun, total arus keluar dana asing telah mencapai angka US$3,2 miliar, menunjukkan kehati-hatian investor global terhadap pasar Indonesia.

Mayoritas dana asing tersebut tercatat keluar dari saham-saham perbankan besar seperti BBCA, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), serta saham telekomunikasi TLKM. Kondisi ini mencerminkan sensitivitas pasar terhadap sentimen global dan domestik.

Kendati demikian, para analis menilai bahwa valuasi saham Indonesia masih sangat menarik. Indeks LQ45 saat ini diperdagangkan pada level 10,5 kali PE, atau 2,3 standar deviasi di bawah rata-rata sepuluh tahunnya. Sementara itu, sektor perbankan menunjukkan valuasi yang kompetitif di kisaran 2,0 kali PBV, mengindikasikan potensi pengembalian yang solid bagi investor jangka panjang.

Di sisi lain, investor domestik menunjukkan aktivitas yang berbeda. Sepanjang Agustus 2025, investor lokal terpantau menambah bobot investasi mereka pada sektor petrokimia, otomotif, properti, dan logam. Saham-saham seperti PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA), PT Astra International Tbk. (ASII), dan PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) menjadi tujuan utama pembelian mereka, mencerminkan optimisme terhadap sektor-sektor tersebut.

Sebaliknya, sektor kesehatan, konsumer, dan farmasi mengalami pengurangan bobot oleh investor domestik. Langkah ini diambil menyusul lemahnya kinerja sektor-sektor tersebut pada kuartal II/2025, yang mendorong investor untuk merealokasi portofolio mereka ke aset yang dinilai lebih prospektif di tengah dinamika pasar.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.