
Ussindonesia.co.id JAKARTA. Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara berencana mendanai proyek peternakan unggas terpadu senilai Rp 20 triliun bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) mulai Januari 2026.
Proyek ini akan berfokus pada wilayah dengan kekurangan pasokan ayam dan telur untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) serta memperkuat ketahanan pangan nasional.
Menurut riset BRI Danareksa Sekuritas, pengembangan sistem peternakan terpadu dalam proyek ini bertujuan untuk meningkatkan produksi ayam dan telur, sekaligus menjaga stabilitas harga di pasar guna mengantisipasi potensi kekurangan pasokan protein di masa depan.
Kementan juga menyebutkan pelaksanaan program MBG akan membutuhkan sekitar 700 ribu ton telur dan 1,1 juta ton daging ayam broiler.
IHSG Rebound 0,26% ke 8.388, Top Gainers LQ45: BRPT, JPFA dan AMRT, Rabu (12/11)
Kebutuhan tersebut tiga kali lipat dari estimasi BRI Danareksa Sekuritas untuk tahun fiskal 2026 sebesar 365 juta kg daging ayam, dengan asumsi program MBG telah berjalan penuh sejak awal tahun.
Bawa Efek ke Perusahaan Unggas
Meskipun inisiatif ini masih pada tahap awal, Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano dan Wilastita Muthia Sofi menganalisis sejumlah skenario yang berpotensi memengaruhi sektor unggas, khususnya segmen ayam pedaging.
Jika Danantara hanya berfokus pada sisi hilir atau peternakan komersial, dampaknya terhadap keseimbangan permintaan dan penawaran ayam diperkirakan tidak akan terlalu signifikan.
Meski demikian, langkah ini tetap berpotensi menekan kinerja peternakan komersial yang sudah ada, karena segmen tersebut menyumbang sekitar 1%–6% terhadap laba operasional para pemain eksisting.
IHSG Tembus Level 8.405 di Sesi I Rabu (12/11), Bisa Melaju ke 8.500?
Sementara itu, apabila Danantara bertujuan menjadi pemain terintegrasi penuh, maka berpotensi menjadi pesaing besar bagi integrator eksisting, mengingat besarnya anggaran serta kemungkinan akses perizinan yang lebih mudah.
“Kendati demikian, hal ini akan memerlukan waktu sekitar dua tahun dan eksekusi yang kuat untuk mengelola dana sebesar itu secara efektif.
Perlu dicatat, para integrator yang kami pantau menghabiskan belanja modal sebesar Rp 19,6 triliun dalam lima tahun sejak 2020–2024,” kata Victor dan Wilastita dalam risetnya yang dipublikasikan 11 November 2025.
Rekomendasi Saham Unggas
Victor dan Wilastita tetap mempertahankan rekomendasi overweight terhadap sektor unggas. Pasalnya, kinerja emiten unggas dinilai masih akan solid dalam jangka pendek seiring membaiknya keseimbangan pasokan dan permintaan di pasar.
Dari sisi saham, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) masih menjadi pilihan utama dengan rekomendasi buy dan target harga Rp 6.400 per saham.
IHSG Naik 0,47% ke 8.405 pada Sesi I Rabu (12/11), BRPT, JPFA, AMRT Top Gainers LQ45
Saham CPIN saat ini dinilai masih diperdagangkan di bawah rata-rata valuasi lima tahun terakhir atau –1,5 standar deviasi sehingga menawarkan potensi kenaikan menarik.
Adapun katalis jangka pendek bagi sektor ini datang dari pemulihan harga ayam hidup (live bird/LB) yang mulai stabil di pasar. Namun, analis juga mengingatkan adanya risiko pelemahan daya beli masyarakat dan potensi gangguan pasokan bahan baku pakan.