
Ussindonesia.co.id, JAKARTA – Kabar mengenai potensi merger antara dua raksasa transportasi online di Indonesia, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dan Grab Indonesia, kembali berhembus. Lantas, bagaimana sebenarnya kinerja keuangan kedua perusahaan ini dan bagaimana gerak sahamnya di pasar modal?
Dalam tinjauan kinerja keuangan, GOTO tercatat masih membukukan rugi bersih sepanjang periode Januari-September 2025, meskipun nilai kerugiannya mengecil dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024. Sebaliknya, Grab Holdings Limited yang merupakan induk Grab Indonesia, berhasil membukukan laba setelah pada periode serupa tahun 2024 masih mencatatkan kerugian.
Berdasarkan laporan keuangan, GOTO berhasil membukukan pendapatan bersih sebesar Rp13,29 triliun sepanjang Januari-September 2025. Angka ini menunjukkan kenaikan 14% dibandingkan pendapatan pada kuartal III/2024 yang tercatat sebesar Rp11,66 triliun.
Menganalisis lebih dalam segmentasi pendapatan GOTO, segmen jasa pengiriman menunjukkan kenaikan 7,28% secara tahunan (YoY), mencapai Rp4,25 triliun pada kuartal III/2025, dari Rp3,96 triliun selama kuartal III/2024. Namun, proporsi kontribusi segmen ini terhadap total pendapatan bersih sedikit menurun, dari 33,96% menjadi 31,96%.
Di sisi lain, pendapatan dari imbal jasa mengalami koreksi sebesar 4,26% secara tahunan, yakni dari Rp4,33 triliun menjadi Rp4,15 triliun. Meskipun demikian, porsi kontribusinya terhadap total pendapatan GOTO tercatat 31,18%, dibandingkan 37,13% pada periode sebelumnya.
Kinerja positif terlihat pada segmen imbalan jasa e-commerce yang melonjak signifikan hingga 43,16% YoY, dari Rp436,54 miliar menjadi Rp627,82 miliar. Sebaliknya, pendapatan dari imbalan iklan mengalami penurunan 12,95% YoY, menjadi Rp379,99 miliar dari sebelumnya Rp436,54 miliar. Sementara itu, pendapatan dari segmen lain-lain juga menyusut 4,09% YoY, dari Rp1,26 triliun menjadi Rp1,21 triliun.
Dalam upaya efisiensi, GOTO berhasil menekan jumlah biaya dan beban sebesar 1,43% secara tahunan, yakni dari Rp13,71 triliun menjadi Rp13,52 triliun selama periode Januari-September 2025.
Alhasil, rugi usaha GOTO sepanjang kuartal III/2025 mengecil secara signifikan, sebesar 89,16% YoY. Dari rugi usaha Rp2,05 triliun per kuartal III/2024, kini berkurang menjadi Rp222,37 miliar dalam periode yang sama tahun ini.
Pada akhirnya, rugi bersih GOTO yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk berhasil ditekan secara substansial. Angka rugi menyusut menjadi Rp775,55 miliar pada kuartal III/2025, jauh lebih baik dibandingkan rugi bersih Rp4,31 triliun sepanjang kuartal III/2024.
Berbeda dengan GOTO yang masih berjuang menyusutkan kerugian, Grab Holdings Limited, sebagai perusahaan induk Grab Indonesia, justru mencatatkan performa gemilang. Mereka berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba pada periode Januari-September 2025, setelah sebelumnya membukukan kerugian pada periode yang sama tahun 2024.
Sebagai informasi, Grab Indonesia adalah anak usaha dari Grab Holdings Limited, entitas yang berbasis di Singapura dan sahamnya tercatat di bursa Amerika Serikat (NASDAQ) dengan kode GRAB. Jaringan operasional Grab kini meluas di delapan negara ASEAN, termasuk pasar penting seperti Indonesia.
Mengacu pada dokumen resmi perusahaan, Grab Holdings Limited membukukan laba periode berjalan sebesar US$47 juta atau setara Rp782,36 miliar (dengan kurs Rp16.646 per dolar AS) untuk sembilan bulan pertama tahun 2025. Pencapaian ini merupakan peningkatan signifikan dari kerugian sebesar US$169 juta yang diderita pada periode yang sama di tahun 2024.
Tak hanya itu, laba operasional Grab juga menunjukkan perbaikan yang mencolok, mencapai US$13 juta, berbalik dari kerugian operasional sebesar US$170 juta pada periode serupa tahun 2024.
Demikian pula, adjusted EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi yang disesuaikan) mengalami kenaikan signifikan, dari US$216 juta menjadi US$351 juta.
Beralih ke pergerakan saham di lantai bursa, saham GOTO mengakhiri penutupan perdagangan Jumat (7/11/2025) stagnan di level Rp61. Sepanjang pekan 3-7 November, saham ini hanya menunjukkan penguatan pada hari Rabu (5/11/2025) dengan lonjakan 8,77%.
Namun, seiring dengan kembali berhembusnya rencana merger GoTo dan Grab Indonesia, pada perdagangan sesi I hari Senin (10/11/2025), harga saham GOTO melonjak 8,20% ke level Rp66, setelah sempat menyentuh Rp67 di awal pembukaan perdagangan pagi.
Sejalan dengan hal tersebut, saham Grab (GRAB) di bursa NASDAQ juga menunjukkan penguatan. Berdasarkan data Ajaib Sekuritas, pada Senin (10/11/2025) pukul 14.22 WIB, harga GRAB naik 2,16% menjadi US$5,68, setelah pada perdagangan Jumat sebelumnya ditutup terkoreksi 1,07% di US$5,56.
Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pribadi pembaca. Penulis dan penerbit tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang mungkin timbul dari keputusan investasi.
Ringkasan
Kabar merger antara GoTo dan Grab Indonesia kembali mencuat, memicu perhatian pada kinerja keuangan dan pergerakan saham kedua perusahaan. GoTo masih mencatatkan rugi bersih, meskipun lebih kecil dibanding tahun lalu, sementara Grab Holdings Limited (induk Grab Indonesia) berhasil membukukan laba. Pendapatan GoTo meningkat, namun dengan variasi kinerja antar segmen, dan perusahaan berhasil menekan biaya dan beban operasional.
Saham GoTo sempat melonjak seiring isu merger, sementara saham Grab (GRAB) di bursa NASDAQ juga menunjukkan penguatan. Grab Holdings Limited mencatatkan laba periode berjalan dan laba operasional, serta peningkatan adjusted EBITDA. Investor perlu mempertimbangkan informasi ini dengan bijak, karena keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pribadi.