Harga Buyback Emas Antam Naik 63% hingga Selasa (11/11)

Ussindonesia.co.id – , JAKARTA — Harga buyback emas Antam mengalami kenaikan dua digit hingga Selasa (11/11/2025).

Berdasarkan data Logam Mulia, harga buyback emas Antam naik Rp27.000 ke Rp2.225.000 pada Selasa (11/11/2025). Posisi itu mencerminkan kenaikan 63% untuk periode berjalan 2025.

Kendati demikian, harga buyback emas Antam masih terpaut dari rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di Rp2.336.000 pada 21 Oktober 2025.

: Para Pembeli Emas Antam yang Masih Gigit Jari November 2025

Buyback emas merupakan transaksi menjual kembali emas, baik dalam bentuk logam mulia, logam batangan, maupun perhiasan. Biasanya, harga yang dibanderol lebih rendah dari harga jual saat itu.

Kendati demikian, buyback emas masih bisa mendatangkan keuntungan apabila terdapat selisih besar antara harga jual dan harga buyback.

: : Pergerakan Harga Emas Hari Ini Selasa, 11 November 2025 di Pasar Dunia

Sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, penjualan kembali emas batangan ke Antam dengan nominal lebih dari Rp10 juta, dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 persen untuk pemegang NPWP dan 3 persen untuk non NPWP). Adapun, PPh 22 atas transaksi buyback dipotong langsung dari total nilai buyback.

Sebagaimana diketahui, pergerakan harga buyback emas Antam sejalan dengan harga emas di pasar global.

: : Harga Emas dan Daya Topangnya ke Ekonomi China

Diberitakan Bisnis sebelumnya, harga emas dunia di pasar spot hari ini, Selasa (11/11/2025) terus melanjutkan kenaikan. Harga emas spot pada pukul 04.59 WIB telah melonjak 2,86% ke level US$4.115,7 per troy ounce. 

Level ini setara dengan kenaikan US$114,5  atau Rp1,91 juta per troy ounce dibandingkan harga hari sebelumnya.

Lonjakan harga emas di pasar spot ini setelah anggota parlemen Amerika Serikat (AS) semakin dekat untuk mengakhiri penutupan pemerintah terpanjang dalam sejarah negara itu, sebuah langkah yang diperkirakan dapat meredakan ketidakpastian terkait arah kebijakan suku bunga Federal Reserve. 

Gedung Putih pada Senin menyatakan dukungan atas kesepakatan bipartisan untuk mengakhiri penutupan, membuka peluang pemerintah kembali beroperasi dalam beberapa hari ke depan.

Kepala Riset MKS Pamp SA, Nicky Shiels meyakini The Fed kemungkinan akan menambah likuiditas ke sistem keuangan untuk mengatasi pengurasan likuiditas parsial selama penutupan. Ia mengutip pernyataan Presiden The Fed New York John Williams yang menyebut bank sentral mungkin perlu segera memperluas neraca untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.

“Emas dan perak menyukai prospek likuiditas yang lebih banyak yang dipompa ke dalam sistem atau harga aset yang lebih tinggi,” kata Shiels.

Sementara itu, pemulihan aktivitas pemerintah diyakini akan memberi kejelasan lebih besar bagi investor terhadap rilis data ekonomi resmi, termasuk data ketenagakerjaan dan inflasi. 

“Pembukaan kembali akan memulihkan arus data dan menghidupkan kembali ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Desember, tetapi yang lebih penting, hal ini akan mengalihkan fokus pasar kembali ke prospek fiskal AS yang memburuk,” tulis Ole Hansen, ahli strategi komoditas Saxo Bank A/S. “Kenaikan imbal hasil yang didorong oleh kecemasan fiskal, alih-alih kekuatan ekonomi, secara historis telah mendukung investasi logam mulia.”