Harga Emas Meroket! Analis Prediksi Tren Naik Sampai 2025

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Harga emas batangan Antam (PT Aneka Tambang Tbk) kembali mencetak rekor seiring dengan sentimen positif dari pasar emas global. Kenaikan ini diprediksi akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2025, didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed.

Harga emas batangan bersertifikat Antam di Logam Mulia terpantau naik signifikan sebesar Rp 40.000 per gram, dari Rp 2.340.000 menjadi Rp 2.380.000 per gram pada hari Selasa (25/11/2025).

Sementara itu, harga buyback (beli kembali) yang ditetapkan oleh Logam Mulia juga mengalami kenaikan sebesar Rp 40.000 per gram, dari Rp 2.201.000 menjadi Rp 2.241.000 per gram. Dengan demikian, selisih antara harga jual emas dan harga buyback hari ini adalah sebesar Rp 139.000 per gram.

Kenaikan harga emas Antam ini sejalan dengan pergerakan harga emas di pasar spot. Pada perdagangan Selasa (25/11/2025) pukul 16.05 WIB, harga emas global menyentuh US$ 4.123,21 per ons troi, meningkat 1,29% secara mingguan dan 3,47% secara bulanan, setelah sempat tertekan sebelumnya.

Pengendali CENT, EdgePoint Bangun 16.000 Menara, Terbaru ada di Sumatera

Tiffani Safinia, Research & Development ICDX, menjelaskan bahwa kenaikan harga emas saat ini dipicu oleh kombinasi beberapa faktor. Selain ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan Desember, melemahnya nilai tukar dolar AS juga turut berperan. Antisipasi terhadap data ekonomi AS, seperti data penjualan ritel, klaim pengangguran, dan indeks harga produsen yang tertunda perilisannya akibat shutdown pemerintah, juga menjadi faktor pendorong.

Dalam situasi seperti ini, pasar semakin yakin bahwa tren kenaikan harga emas akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2025. Tiffani menambahkan, secara fundamental, masih terbuka peluang bagi harga emas untuk mencapai Rp 2,5 juta per gram, terutama jika The Fed benar-benar merealisasikan penurunan suku bunga pada bulan depan.

“Namun, pencapaian target ini tetap bergantung pada pergerakan nilai tukar dolar AS, data ekonomi AS dalam beberapa pekan mendatang, dan stabilitas sentimen global,” ungkap Tiffani kepada Kontan, Selasa (25/11/2025).

Melihat harga emas yang terus melambung, potensi pelaku pasar untuk melakukan buyback semakin besar. Menurutnya, tingginya aktivitas buyback emas menunjukkan pasar yang solid dan minat transaksi yang meningkat.

Meskipun demikian, pelaku pasar disarankan untuk mengevaluasi kembali eksposur mereka terhadap emas dengan mempertimbangkan dinamika suku bunga The Fed, pergerakan dolar, serta perkembangan geopolitik global. Keputusan apakah akan melakukan buyback atau menahan diri saat ini sangat bergantung pada horizon waktu investasi dan toleransi risiko masing-masing investor.

Lebih lanjut, Tiffani menekankan pentingnya bagi pelaku pasar untuk memantau perkembangan negosiasi antara AS dan Ukraina, risiko eskalasi konflik di Timur Tengah, serta dinamika hubungan dagang antara AS dan Tiongkok. Sentimen geopolitik seperti ini dapat memicu volatilitas harga emas karena emas sering dianggap sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian.

Dengan mempertimbangkan berbagai sentimen dan katalis tersebut, Tiffani memproyeksikan harga emas akan bergerak di kisaran US$ 4.150 – US$ 4.250 per ons troi, sementara harga emas Antam diperkirakan berada di rentang Rp 2,40 – Rp 2,52 juta per gram pada akhir tahun 2025.

Untuk tahun 2026, harga emas diperkirakan akan bergerak di kisaran US$ 4.300 – US$ 4.500 per ons troi dan harga emas Antam diproyeksikan berada di rentang Rp 2,55 – Rp 2,70 juta per gram, tergantung pada nilai tukar rupiah dan sentimen suku bunga.

Bitcoin Hadapi Tekanan, Sentimen Bearish Dominasi Pasar Kripto

Ringkasan

Harga emas batangan Antam mencetak rekor dengan kenaikan signifikan menjadi Rp 2.380.000 per gram, didorong oleh sentimen positif pasar emas global dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. Harga buyback juga naik menjadi Rp 2.241.000 per gram, seiring dengan pergerakan harga emas spot yang menyentuh US$ 4.123,21 per ons troi.

Analis memprediksi tren kenaikan harga emas akan berlanjut hingga akhir tahun 2025, dengan potensi mencapai Rp 2,5 juta per gram jika The Fed menurunkan suku bunga. Faktor-faktor seperti nilai tukar dolar AS, data ekonomi AS, dan stabilitas sentimen global akan mempengaruhi pencapaian target tersebut, serta perkembangan geopolitik yang dapat memicu volatilitas harga emas.