Ussindonesia.co.id JAKARTA. Koreksi harga pada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tak kunjung berakhir. Harga yang terus terdiskon ini membuat valuasi saham bank swasta terbesar di tanah air ini makin terlihat murah.
Pada penutupan perdagangan Senin (13/10), harga BBCA ditutup melemah 1,01% ke Rp. 7.325 per saham. Di mana, BBCA telah diperdagangkan dengan rasio Price to Book Value (PBV) 3,45x. Kondisi ini tentunya bukan hal yang biasa, pasalnya valuasi BBCA lebih sering diperdagangkan di atas PBV 4x.
Sementara itu, nilai kapitalisasi pasar BBCA saat ini juga sudah berada di bawah Rp 1.000 triliun dengan harga sudah mendekati level terendah dalam periode tiga tahun terakhir.
Harga Sudah Rendah, Saatnya Saham Bank Ditadah
Meski demikian, analis menilai valuasi saham BCA yang sudah murah di tengah kinerja yang positif ini dapat menjadi entry point untuk investasi ke saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Beberapa pelaku pasar turut mencermati tren depresiasi nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini, di tengah potensi kenaikan suku bunga deposito valas. Hal lain yang juga menjadi pantauan oleh pelaku pasar adalah soal likuiditas kualitas aset dari industri perbankan nasional.
“Di tengah likuiditas yang mulai membaik, kami mempertahankan peringkat Netral pada sektor ini dengan BBCA sebagai pilihan saham jangka panjang kami karena kami tetap berhati-hati terhadap kualitas aset.” Tulis riset BRIDanareksa Sekuritas dikutip Selasa (14/10)/2025.
Aspek lain yang juga diperhatikan pelaku pasar adalah terkait dengan penurunan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Samuel Sekuritas dalam risetnya melihat pemangkasan suku bunga BI sebesar 50 basis poin (bps) dalam sebulan terakhir dan keringanan likuiditas ini bertindak sebagai katalis jangka pendek hingga menengah untuk pertumbuhan kredit, khususnya di segmen korporasi dan UMKM di mana suku bunga pinjaman yang lebih rendah dapat mendorong permintaan refinancing.
Saham BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI Kompak Terkoreksi pada Penutupan Bursa Senin (13/10)
Hanya saja, tantangan struktural dari permintaan kredit yang lemah, sentimen hati-hati dari peminjam, serta potensi peningkatan provisi di masa depan masih belum teratasi.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dalam laporannya memberikan rating Netral untuk sektor perbankan, tetapi saham BBCA dipilih menjadi saham pilihan utama.
“Di dalam sektor ini, BBCA tetap menjadi pilihan utama kami, didukung oleh biaya modal (CoC) yang rendah sebesar 0,5% (Sektor: 1,6%), jaringan CASA terdepan, dan ROE tertinggi sebesar 25,2% (Sektor: 18,4%),” tulis riset tersebut.
Di tengah berbagai kondisi ekonomi yang menantang tersebut analis tetap optimistis terhadap kinerja BBCA, apalagi dengan valuasi yang sudah terlampau murah.