
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Proyeksi optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2026 semakin menguat. Sejumlah perusahaan sekuritas menempatkan target IHSG di kisaran 9.000 hingga 10.000.
Analis menilai peluang tersebut realistis didukung kondisi fundamental domestik dan kebijakan moneter yang lebih longgar.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand menilai, target tersebut berada dalam kategori optimistis tetapi masih memungkinkan dicapai. “Proyeksi IHSG menuju 9.000 sampai 10.000 pada 2026 saya pandang sangat optimistis namun realistis, didorong sinergi kebijakan makro yang kuat,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (4/12/2025).
IHSG Diproyeksi Bergerak di Area 9.000 Pada Tahun 2026
Abida menjelaskan, pendorong utama yang paling kredibel adalah ruang pelonggaran suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) pada 2025. Penurunan bunga sebesar 25 sampai 50 basis poin diperkirakan dapat memperkuat konsumsi domestik, yang efek transmisinya baru terasa penuh pada 2026. “Ini menciptakan landasan fundamental yang solid bagi pertumbuhan laba emiten big cap,” jelas dia.
Dari sisi sektoral, Abida menilai sektor keuangan, konsumsi primer dan sekunder, serta properti menjadi kelompok yang mendapat dukungan fundamental paling kuat pada tahun depan.
“Perbankan tetap menjadi tulang punggung IHSG dengan pertumbuhan laba solid, didorong peningkatan kredit konsumsi dan digitalisasi layanan,” kata dia. Katalis lain adalah stabilitas suku bunga yang dapat memperlebar NIM sekaligus mendorong permintaan sektor konsumsi.
Pada saat yang sama, sektor properti berpotensi mencapai titik balik pemulihan nasional pada 2026. “Penurunan suku bunga BI akan kembali merangsang permintaan KPR, sehingga momentum pemulihan properti makin terbuka,” tutur Abida.
Mandiri Sekuritas Proyeksi IHSG Tembus Level 9.350 di 2026, Ini Sektor Andalannya
Terkait rekomendasi emiten, Abida menilai saham-saham perbankan besar seperti BBCA dan BMRI masih menawarkan valuasi menarik untuk 2026. “BBCA dengan target harga Rp10.800 per saham diperdagangkan undervalued, sementara BMRI memiliki potensi re-rating valuasi lebih optimal,” jelasnya.
Untuk sektor konsumsi, BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan UNVR dengan target harga Rp 3.200 per saham, ICBP di Rp 11.500 per saham, serta INDF di R p9.400 per saham sebagai opsi menarik di penghujung tahun.
Meski prospek terlihat positif, sejumlah risiko tetap harus diantisipasi investor. Salah satunya volatilitas rupiah dan potensi tekanan arus dana asing. “Namun risiko ini dimitigasi melalui strategi operasi moneter pro-market oleh BI, termasuk pengoptimalan instrumen SRBI dan intervensi valas,” kata Abida.
Menurut Abida, sektor berbasis domestik seperti perbankan dan konsumsi tetap relatif tangguh karena mendapat dukungan kebijakan fiskal dan moneter ekspansif. Sebaliknya, sektor bahan baku akan lebih sensitif terhadap perlambatan ekonomi global dan volatilitas harga komoditas.
IHSG Diproyeksi Bisa Tembus ke 10.000, Ini 5 Sektor Pilihan JP Morgan di 2026