Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah analais memperkirakan arah indeks harga saham gabungan (IHSG) setelah mampu menembus level all time high akan sangat dipengaruhi oleh rencana The Fed dalam mengatur suku bunga di AS pada bulan depan.
Adapun pada perdagangan hari ini, IHSG telah ditutup pada level tertinggi sepanjang masa di level 7.931,25. Ke depannya, laju IHSG di atas 8.000 akan sangat dipengaruhi oleh pemangkasan suku bunga The Fed.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia menerangkan kendati IHSG hari ini telah ditutup di level tertingginya, tetapi Kiwoom masih memasang target konservatif IHSG akhir tahun di level 7.500. Salah satu alasannya, pasar perlu memastikan arus masuk dana asing ke pasar modal Indonesia.
: Bos Sariguna (CLEO) Jelaskan Penyebab Laba Bersih Semester I/2025 Susut
Menurutnya, reli IHSG saat ini lebih dipengaruhi rebalancing MSCI yang memasukkan sejumlah saham Tanah Air ke dalam jajaran indeks, seperti PTRO dan CUAN. Hal itu dinilai telah menjadi daya tarik masuknya dana asing ke Indonesia.
“Kalau The Fed jadi menurunkan suku bunga September dan BI menurunkan suku bunga sekali lagi, kami akan lebih optimis IHSG di range 7.800–8.000,” kata Liza kepada Bisnis, Kamis (14/8/2025).
: : BCA (BBCA) Tutup Kantor Perwakilan Hong Kong
: : Jadwal Rapat FOMC The Fed pada 2025, Tentukan Suku Bunga Acuan dan Arah Dolar
Track all markets on TradingView
Pasalnya, menurut Liza, jika The Fed mampu memangkas suku bunga acuan mereka, para investor akan cenderung mencari pasar dengan emerging market, seperti Indonesia karena imbal hasil di negerinya relatif lebih rendah. Hal itu nantinya akan mendorong masuknya dana asing yang lebih stabil ke Indonesia.
Senada, Community and Retail Equity Analyst Lead Indo Premier Sekuritas Angga Septianus menilai, kendati peluang penguatan IHSG melaju di level 8.000 terbuka lebar, tetapi sentimen pemangkasan suku bunga akan menjadi sentimen dominan dalam laju IHSG ke depannya.
Terlebih, kondisi geopolitik global tengah membaik, dengan terdapat kepastian dagang antara AS–Indonesia selepas perjanjian tarif AS.
“Katalis yang perlu dicermati adalah penurunan suku bunga the Fed harus sesuai ekspektasi pasar yaitu turun pada bulan September. Jika terjadi hal-hal di luar ekspektasi maka menjadi kejutan untuk market dan bisa berdampak sebaliknya,” katanya, Kamis (14/8/2025).
Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan juga menilai, laju IHSG ke level 8.000 tengah terbuka dengan cukup lebar, selepas minimnya sentimen negatif dari ketegangan geopolitik dan kebijakan pemerintah AS.
Hanya saja, penguatan IHSG saat ini lebih terjadi karena masuknya arus dana asing ke pasar modal Indonesia. Ekky menilai, reli IHSG belum mencerminkan perbaikan kinerja fundamental perusahaan-perusahaan di dalamnya.
Dengan pemangkasan suku bunga The Fed, hal ini dinilai bakal menjadi sentimen positif terhadap pasar dalam negeri. Hal itu bahkan mampu menjadi sentimen pendorong selepas IHSG melaju di atas level 8.000.
“Keputusan The Fed jika suku bunga turun akan membuat uang ke saham. Melihat valuasi bursa AS yang tinggi, tentu ada peluang masuknya dana ke emerging market seperti Indonesia,” katanya.
Terbaru, sinyal pemangkasan suku bunga The Fed datang dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent yang menilai Federal Reserve (The Fed) sebaiknya mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada bulan depan, setelah menahan langkah tersebut dalam pertemuan terakhir.
“Yang perlu dipikirkan sekarang adalah apakah kita seharusnya memangkas suku bunga 50 basis poin pada September,” ujarnya dalam wawancara dengan Fox Business dikutip dari Bloomberg, Rabu (13/8/2025).