
Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berkali-kali menyentuh level tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) pada akhir tahun ini mendapat topangan dari investor domestik dan arus masuk modal asing.
Pada perdagangan Rabu (26/11/2025), IHSG ditutup menguat ke level tertingginya sepanjang sejarah di posisi 8.602,13 atau naik 0,94%. Saat itu, indeks yang biasanya bakal menguat lantaran suntikan dana asing, justru mengalami net sell asing senilai Rp550,31 miliar dan memperbesar net sell sepanjang tahun berjalan 2025 menjadi Rp28,27 triliun.
Head of Research KISI Sekuritas Muhammad Wafi menilai bahwa kepercayaan diri investor domestik di pasar saham Tanah Air terutama ditopang oleh sentimen likuiditas rumah tangga yang naik. Hal itu ditandai dengan indeks keyakinan konsumen pada Oktober 2025 yang terparkir di level 121,2.
Selain itu, stimulus fiskal yang belakangan digelontorkan pemerintah juga disebut memiliki andil penguatan IHSG oleh investor lokal. Hanya saja, Wafi menyebut bahwa peluang penguatan IHSG secara lanjutan bakal bergerak secara terbatas, mengingat tidak kompaknya saham-saham berkapitalisasi jumbo untuk menguat.
: Potensi Rebound IHSG Hari Ini (28/11), Cermati Saham ARCI, BMRI, SMBR
Adapun, indeks yang menguat nyatanya tidak ditopang oleh kinerja saham blue chip perbankan. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya, justru memimpin top laggards dengan melemah 0,88% atau PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) melemah 1,04%. Bahkan, dalam jajaran top leaders, tidak terdapat saham perbankan yang berkontribusi terhadap laju IHSG.
Pada perdagangan Kamis (27/11/2025), sejumlah saham perbankan turut mencatatkan pelemahan. BBCA melemah 1,19%, BBRI melemah 1,32%, BMRI terkoreksi 3,28%, dan BBNI melemah 1,36%. Alhasil, IHSG segera meninggalkan titik tertingginya dengan terkoreksi 0,65% hari ini.
“Reli yang ditopang investor domestik bisa bertahan. Selama ritel dan institusi lokal solid, market bisa sustain. Tapi kalau tidak ada asing, upside IHSG terbatas,” katanya.
Menurutnya, peluang masuknya dana asing ke pasar saham Tanah Air masih terbuka di sisa 2025. Terutama lantaran faktor global, seperti yield AS yang turun hingga sikap The Fed yang diprediksi bakal melakukan langkah easing.
“Arus asing berpotensi balik menjelang year-end window dressing. Tapi bertahap, tidak langsung besar. Fokus mereka masih ke sektor defensif dan saham high-liquidity,” katanya.
Senada, Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menyebut bahwa penguatan IHSG yang ditopang oleh investor domestik, disebabkan oleh beberapa sentimen, salah satunya stimulus pemerintah yang membuat likuiditas dalam negeri mengalir lebih deras.
Selain itu, investor domestik juga dinilai lebih agresif pada saham-saham yang tengah memiliki cerita yang menarik. Hal itu dinilai mendasari keputusan investor domestik untuk aktif di pasar saham Tanah Air saat asing masih wait and see.
“Kombinasi inilah yang membuat IHSG terus menguat, bahkan ketika asing masih mencatatkan net sell. Secara momentum, pola ini memang mendukung prediksi Menkeu Purbaya bahwa IHSG bisa mendekati 9.000 di akhir tahun,” katanya, Kamis (27/11/2025).
Ekky menilai, peluang penguatan IHSG oleh investor domestik masih bisa bertahan. Namun, peran investor asing belum bisa digantikan oleh investor domestik.
Menurut Ekky, secara jangka menengah, keseimbangan antara investor asing dan domestik masih diperlukan untuk penguatan pasar saham Tanah Air.
“Namun di fase akhir 2025, selama sentimen kebijakan masih sangat suportif dan likuiditas domestik tetap kuat, kontribusi investor lokal untuk menopang indeks masih bisa berlangsung cukup panjang, setidaknya hingga kuartal pertama 2026,” tegasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.