
Ussindonesia.co.id JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Jumat (12/12/2025) dengan penguatan 0,46% ke level 8.660,50. Meski berhasil menguat pada akhir pekan, secara akumulatif kinerja IHSG sepanjang sepekan masih tercatat melemah tipis 0,19% atau turun 16,23 poin.
Pergerakan pasar saham domestik pada pekan ini dipengaruhi oleh kombinasi sentimen global dan domestik.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai investor masih bersikap cermat menyikapi arah kebijakan moneter global, khususnya dari Amerika Serikat, di tengah perkembangan isu perdagangan internasional.
Dari sisi global, perhatian pelaku pasar tertuju pada sinyal kebijakan The Federal Reserve (The Fed). Berdasarkan pembaruan FOMC Dot Plot, peluang pemangkasan suku bunga acuan pada 2026 kini diperkirakan hanya tersisa satu kali.
IHSG Naik 0,46% ke 8.660, Cek Saham Net Buy Terbesar Asing di Akhir Pekan Ini
Meski demikian, Nafan menilai ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka, seiring dengan indikasi pelemahan pasar tenaga kerja Amerika Serikat serta pendekatan The Fed yang tetap bergantung pada data ekonomi terbaru.
“Meski peluang rate cut di 2026 terbatas, potensi pemangkasan yang lebih besar masih bisa terjadi jika data ekonomi mengarah ke pelonggaran,” ujar Nafan kepada Kontan, Jumat (12/12/2025).
Sementara dari dalam negeri, pasar juga mencermati perkembangan diplomasi perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat. Pemerintah menegaskan bahwa tidak ada pembatalan dalam proses negosiasi tarif perdagangan.
Indonesia kembali menekankan posisinya untuk mendorong penerapan tarif nol persen terhadap sejumlah komoditas yang tidak diproduksi di AS, seperti crude palm oil (CPO), karet, teh, dan kopi.
IHSG Menguat Selektif di Tengah Fed Cut Rate dan Perlambatan Ekonomi China
Adapun untuk produk tekstil dan alas kaki, pembahasan tarif masih terus berlangsung. Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga membuka opsi untuk meningkatkan impor dari Amerika Serikat sebagai bagian dari upaya menjaga keseimbangan neraca perdagangan bilateral kedua negara.
Nafan menilai kejelasan dan kepastian arah negosiasi tarif tersebut berpotensi menjadi katalis penting bagi pergerakan pasar saham domestik dalam beberapa pekan mendatang.
Kepastian kebijakan, baik dari sisi global maupun domestik, dinilai akan membantu meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek pasar modal Indonesia.