IHSG Merangkak Naik, Saham BBCA dan BMRI Masih Dilego Asing

Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) mulai merangkak naik setelah mendapatkan tekanan dari kondisi instabilitas politik dalam negeri. Namun, dana asing masih keluar dari pasar saham dengan bank jumbo sebagai sasaran jual.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat 0,85% ke level 7.801,58 pada perdagangan kemarin, Selasa (2/9/2025). IHSG pun kokoh di zona hijau, menguat 10,19% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

IHSG rebound usai 2 hari perdagangan sebelumnya mendapatkan tekanan dari kondisi politik yang belum stabil. IHSG melemah 1,21% pada perdagangan Senin (1/9/2025) dan anjlok 1,53% pada perdagangan pekan lalu, Jumat (29/8/2025) saat eskalasi demonstrasi meningkat. 

“IHSG ditutup menguat pada Selasa [2/9/2025]. Situasi keamanan yang lebih kondusif di beberapa kota di dalam negeri, meningkatkan level kepercayaan investor. Rupiah juga cenderung menguat,” tulis Tim Riset Phintraco Sekuritas pada Selasa (3/9/2025).

Akan tetapi, dana asing masih keluar dari pasar saham Indonesia. Tercatat, pasar saham Indonesia mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp330,88 miliar pada perdagangan kemarin. Alhasil, pasar saham Indonesia mencatatkan net sell asing sebesar Rp53,43 triliun sepanjang 2025.

: Pilah-Pilih Saham Potensial Cuan Tersengat Rekor Harga Emas Global

Sementara itu, sejumlah saham masih menjadi sasaran jual asing. Saham bank jumbo PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya masih mencatatkan net sell investor asing tinggi sebesar Rp598,68 miliar pada perdagangan kemarin. Saham BBCA pun telah mencatatkan net sell asing sebesar Rp22,3 triliun sepanjang 2025 berjalan. 

Bank jumbo lainnya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) pun mencatatkan net sell asing tinggi sebesar Rp335,76 miliar pada perdagangan kemarin. Net sell asing di BMRI pun mencapai Rp13,4 triliun ytd.

Sebelumnya, Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan dalam sepekan ini memang diperkirakan masih akan ada tekanan net sell asing di pasar saham Indonesia, didorong isu politik di dalam negeri.

“Investor asing biasanya cepat melakukan reposisi portofolio ketika melihat ada potensi ketidakpastian, apalagi ditambah faktor global seperti arah kebijakan The Fed yang masih jadi perhatian. Jadi volatilitas masih tinggi,” ujarnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu. 

Adapun, menurutnya saham-saham bank jumbo seperti BBCA dan BMRI menjadi target utama net sell asing karena bobotnya besar di IHSG, sehingga cukup wajar kalau tekanan terlihat paling signifikan di sektor perbankan. 

“Namun, biasanya pola net sell asing tidak bertahan lama kalau fundamental makro Indonesia tetap solid. Jadi, ada kemungkinan setelah gelombang pelepasan, investor asing kembali masuk selektif, terutama ke saham bank besar dan emiten berbasis konsumer,” kata Felix.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.