
Ussindonesia.co.id – Membuka pekan perdagangan dengan performa yang menggembirakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar saham Indonesia melesat ke zona hijau pada Senin (3/11). Pada awal sesi, tepatnya pukul 09.14 WIB, IHSG tercatat berada di level 8.246, menunjukkan penguatan signifikan sebesar 1,02 persen atau setara dengan 83,1 basis poin dari posisi penutupan sebelumnya.
Data dari RTI Business mengonfirmasi aktivitas perdagangan yang solid di awal pekan ini. Volume transaksi tercatat mencapai 3.127 miliar saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp 2.306 triliun, didukung oleh frekuensi transaksi sebanyak 287.000 kali. Sentimen positif tampak mendominasi pasar, di mana 301 saham tercatat mengalami penguatan, sementara 234 saham melemah, dan 156 saham lainnya tetap stagnan tanpa pergerakan berarti.
Menanggapi pergerakan pasar ini, Equity Analyst IPOT, Imam Gunadi, memproyeksikan bahwa IHSG hari ini berpotensi bergerak sangat dinamis, seiring dengan rilis data ekonomi domestik yang akan menjadi sorotan utama investor. Secara teknikal, Imam menetapkan level 8.354 sebagai batas atas yang realistis dalam skenario optimistis. Target ini dapat tercapai jika rilis data pertumbuhan ekonomi dan inflasi mampu menunjukkan stabilitas fundamental yang kuat, sehingga dapat menjaga persepsi positif investor terhadap daya tahan ekonomi nasional.
Tekanan Global Bayangi Pasar Keuangan Asia, IHSG Berpeluang Konsolidasi Melemah
Namun, Imam juga mengingatkan akan skenario terburuk, di mana IHSG diperkirakan dapat menguji area support 7.959. Risiko ini akan meningkat jika data pertumbuhan ekonomi menunjukkan perlambatan yang lebih dalam dari ekspektasi pasar, atau jika tekanan eksternal kembali menguat, misalnya dari arah kebijakan moneter global maupun volatilitas pasar komoditas yang terus bergejolak.
Fokus utama pasar pada pekan yang terhitung mulai 3 hingga 7 November 2025, menurut Imam, akan tertuju pada tiga rilis data ekonomi domestik yang cukup padat. Data-data tersebut mencakup pertumbuhan ekonomi RI Kuartal III-2025, angka PMI Manufaktur, dan inflasi untuk bulan Oktober 2025. Konsensus Bloomberg memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 4,8 persen, sebuah angka yang mengindikasikan potensi perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya.
Sejalan dengan proyeksi tersebut, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sebelumnya telah mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi Kuartal III-2025 kemungkinan akan sedikit lebih rendah dibandingkan Kuartal II-2025. Hal ini disinyalir sebagai dampak dari moderasi aktivitas domestik dan tekanan eksternal yang terus membayangi. Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi awal pekan ini. Konsensus memperkirakan inflasi tahunan akan melandai menjadi 2,59% (yoy) dari 2,65% (yoy) pada September, menandakan stabilitas harga yang relatif terjaga.
IHSG Ambruk ke 7.944, Jawaban Santai Purbaya: Kalau Orang Bursa Indeksnya Naik Terus, Dia Rugi
Merespons beragam sentimen pasar yang kompleks tersebut, PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) telah merumuskan sejumlah rekomendasi investasi. Berikut adalah inspirasi trading berupa 3 saham dan 1 obligasi yang patut dicermati untuk pekan ini, hingga Jumat, 7 November 2025:
- Buy on Pullback KLBF (Entry: 1235- 1255, Target Price: 1345 dan Stop Loss: 1215). Kinerja solid Kalbe Farma (KLBF) hingga kuartal III-2025 semakin memperkuat posisinya sebagai saham defensif yang menarik di tengah potensi perlambatan ekonomi nasional. Perseroan membukukan penjualan sebesar Rp25,98 triliun, tumbuh 7,22% YoY, sementara laba bersih naik 10,97% YoY menjadi Rp2,63 triliun. Pencapaian ini mencerminkan efisiensi operasional yang terjaga dengan baik serta peningkatan margin di tengah tekanan biaya produksi yang ada.
- Buy JPFA (Entry: 1510, Target Price: 2730 dan Stop Loss: 2430). Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) menunjukkan kinerja yang luar biasa sepanjang sembilan bulan pertama 2025, dengan laba bersih mencapai Rp2,4 triliun. Angka ini tumbuh 15,1% YoY dan secara signifikan melampaui estimasi konsensus sebesar 75% dari target setahun penuh, berada di atas rata-rata historis lima tahunnya di 68%. Pencapaian impresif ini didorong oleh lonjakan laba kuartal III-2025 sebesar Rp1,2 triliun atau naik 90,6% YoY, seiring dengan pemulihan kuat harga broiler dan DOC yang mendorong perbaikan margin secara signifikan.
- Buy TAPG (Entry : 1880, Target : 2000 dan Stop Loss: 1825). Di tengah bayangan perlambatan pertumbuhan ekonomi global, Triputra Agro Persada (TAPG) tampil menonjol dengan kinerja yang solid hingga kuartal III-2025. Perseroan mencatatkan pendapatan Rp8,20 triliun, tumbuh 31,48% YoY dari Rp6,24 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Menjelang akhir tahun, permintaan minyak sawit (CPO) berpotensi mengalami lonjakan signifikan. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan industri makanan dan minuman menjelang periode perayaan Natal dan Tahun Baru, serta kenaikan permintaan dari sektor energi akibat peningkatan alokasi program biodiesel domestik yang terus berjalan.
- Buy Obligasi RF0100, FR0091, dan FR0059. Penghentian kebijakan Quantitative Tightening (QT) oleh The Fed menjadi katalis positif yang signifikan bagi pasar obligasi global, termasuk Indonesia. Langkah ini mengindikasikan adanya pelonggaran kondisi likuiditas dan potensi pergeseran arah kebijakan moneter menuju fase yang lebih akomodatif. Dengan berakhirnya pengetatan neraca The Fed, tekanan terhadap imbal hasil (yield) global mulai mereda, membuka ruang bagi penurunan suku bunga jangka panjang dan menguatnya arus modal masuk ke pasar emerging market, menjadikan obligasi ini pilihan investasi yang menarik.
Ringkasan
IHSG memulai pekan perdagangan dengan kenaikan signifikan, mencapai level 8.246 pada Senin, 3 November. Kenaikan ini didukung oleh volume transaksi yang solid dan didominasi oleh sentimen positif. Analis memproyeksikan IHSG akan dinamis dengan potensi mencapai 8.354 jika data ekonomi domestik menunjukkan stabilitas.
Namun, analis juga mewaspadai risiko penurunan IHSG ke level 7.959 jika data pertumbuhan ekonomi melambat atau tekanan eksternal meningkat. Fokus pasar pada pekan ini adalah rilis data pertumbuhan ekonomi, PMI Manufaktur, dan inflasi. Indo Premier Sekuritas merekomendasikan beberapa saham dan obligasi untuk diperhatikan, termasuk KLBF, JPFA, TAPG, dan obligasi RF0100, FR0091, serta FR0059.