Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Investor asing terpantau masih rajin belanja di pasar obligasi Indonesia. Setidaknya hingga akhir Agustus 2025, investor asing mencatatkan beli bersih atau net buy sebesar Rp77,21 triliun.
Adapun, reli di pasar obligasi ditandai dengan terjadinya penurunan imbal hasil atau yield. Berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), yield surat berharga negara (SBN) bertenor 10 tahun telah turun dan terparkir di level 6,33% per Kamis (18/9/2025).
Dibandingkan dengan yield SBN bertenor serupa pada awal tahun sebesar 6,98%, yield SBN saat ini sekaligus hampir mencapai level terendahnya sepanjang tahun berjalan 2025. Sementara indeks obligasi komposit Indonesia (ICBI) sudah mencatat return 9,33% sejak awal tahun.
Dana asing atau investor non-resident di pasar SBN sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) juga mencatatkan net buy sebesar Rp77,21 triliun hingga akhir Agustus 2025. Meskipun, untuk pasar obligasi korporasi, investor asing mencatatkan nilai jual bersih atau net sell Rp1,15 triliun secara ytd.
: Reli Pasar Obligasi RI Makin Kencang, Investor Rotasi dari Saham?
Kontras, di pasar saham investor asing mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp61,56 triliun per 18 September 2025 sejak awal tahun.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) memang masih di zona hijau, naik 13,11% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025 ke level 8.008,43 pada perdagangan Kamis (18/9/2025).
Investment Analyst Capital Asset Management Martin Aditya mengatakan reli obligasi bakal semakin kencang didorong oleh kebijakan moneter longgar dari The Fed dan BI.
Rapat anggota dewan gubernur bank sentral AS The Fed dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) telah memutuskan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 4%–4,25%.
BI pun dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin, Rabu (17/9/2025) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin ke level 4,75%.
“Ke depan pun masih ada ruang untuk penurunan yield, mungkin ke 6,1%-6,2% di akhir tahun ini,” katanya kepada Bisnis pada Kamis (18/9/2025).
Penurunan yield lanjutan menurutnya terjadi seiring dengan proyeksi penurunan suku bunga acuan dari BI dan The Fed berikutnya. Martin menyebut pemangkasan suku bunga sepertinya akan berlanjut setiap tiga bulan ini untuk The Fed. Selanjutnya, BI tinggal mengikuti karena spread dengan The Fed juga sudah 50 basis poin.
Terkait reli di obligasi, memang terdapat peluang rotasi investor dari pasar saham. Apalagi, pasar saham Indonesia masih mencatatkan arus keluar atau outflow dana asing.
Akan tetapi, menurut Martin, reli di pasar obligasi pun sejalan dengan prospek pasar saham yang juga masih menguat.
“Pasar ekuitas juga tentunya tetap menjadi yang menarik dan memiliki return yang kompetitif. Ditambah stimulus-stimulus yang diberikan Menteri Keuangan [Purbaya Yudhi Sadewa], sepertinya mulai direspon oleh investor di equity market,” kata Martin.
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memang telah mengumumkan paket stimulus ekonomi September 2025. Paket stimulus tersebut dinilai mampu mendorong sejumlah sektor saham seperti sektor konsumer hingga ritel.
Dalam pengumuman pemerintah, paket stimulus ekonomi September 2025 terdiri dari delapan program akselerasi di 2025, empat program yang dilanjutkan di 2026, dan lima program terkait andalan pemerintah untuk penyerapan tenaga kerja.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.