Kepala BEI Ingatkan Jangan Risau Saat IHSG Turun karena Bisa Menciptakan Peluang

PIKIRAN RAKYAT – Tak perlu risau jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tengah turun. Selayaknya dinamika, IHSG memang bergerak fluktuatif setiap saat.

Ini karena naik-turunnya IHSG adalah salah satu gambaran sederhana dari pergerakan ekonomi dan psikologi manusia. IHSG merupakan cermin yang merefleksikan pergerakan seluruh saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Jika pasar saham diibaratkan sebagai pasar tradisional, maka IHSG adalah harga rata-rata dari seluruh dagangan di pasar itu. Ketika pembeli ramai dan banyak yang ingin memiliki barang, harga-harga akan naik. Sebaliknya, ketika penjual lebih banyak daripada pembeli, harga turun,” ujar Kepala BEI, Iman Rachman di Jakarta, kemarin.

IPO Persib Tahun Depan Dapat Lampu Hijau BEI, tapi Diwanti-wanti soal Ini

Prinsip yang sama berlaku dalam dunia saham. Ketika banyak investor optimis dan berlomba membeli saham, IHSG akan bergerak naik. Namun ketika sentimen negatif muncul dan para investor memilih menjual, IHSG pun akan terkoreksi.

Iman menjelaskan, pergerakan IHSG tidak hanya dipengaruhi oleh angka-angka ekonomi, tetapi juga oleh emosi manusia. Investor tidak selalu membuat keputusan berdasarkan data murni.

“Mereka juga digerakkan oleh rasa takut dan harapan. Ketika muncul berita positif, seperti pertumbuhan ekonomi yang kuat, suku bunga yang stabil, atau peningkatan laba perusahaan besar, rasa percaya diri para pelaku pasar meningkat,” tuturnya.

Pede IHSG Naik, Purbaya: Saya Pikir to the moon Mungkin 10 Tahun Lagi

Fluktuasi Itu Wajar

Sebaliknya, ketika terdengar kabar dengan sentimen negatif, seperti inflasi yang melonjak, gejolak politik, konflik global, atau resesi di negara besar, rasa cemas merayap masuk. Para investor menjadi waspada, bahkan panik, dan memilih menjual saham untuk menyelamatkan dana mereka. Akibatnya, IHSG tertekan dan melemah.

Perlu diingat, tutur Iman, bahwa fluktuasi pasar saham adalah hal yang sangat wajar. Dalam dunia investasi, fase naik dan turun disebut volatilitas, dan justru itulah yang menciptakan peluang.

Ketika harga turun, investor berpengalaman melihat kesempatan untuk membeli saham bagus dengan harga diskon. Ketika harga naik, mereka menikmati hasil dari kesabaran dan strategi jangka panjang.

Bagi mereka yang memahami esensinya, naik-turunnya indeks bukanlah bencana, melainkan bagian dari sifat alami pasar. Dalam jangka pendek, harga bisa naik atau turun tajam, tetapi dalam jangka panjang, arah IHSG biasanya sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Oleh karena itu, cara paling sederhana untuk menghadapi naik-turunnya IHSG adalah dengan mengubah cara pandang terhadap investasi. “Saat IHSG turun, kita membeli lebih banyak saham sesuai kebutuhan yang dianalisis dengan harga murah. Saat naik, nilai investasi kita tumbuh. Prinsip sederhana ini dikenal sebagai cost averaging, dan terbukti efektif dalam menghadapi fluktuasi pasar,” katanya.

Karena itu, IHSG akan terus naik dan turun, mengikuti irama ekonomi dan perasaan manusia yang menggerakkannya. Namun, selama ekonomi Indonesia tumbuh dan masyarakatnya terus bekerja, berinovasi, dan menetapkan tujuan yang optimis, arah jangka panjang IHSG akan tetap menanjak.***