Jakarta, IDN Times – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) baru-baru ini membeberkan gambaran kinerja perekonomian Indonesia yang dinilai positif di masa awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal (DJSEF) Kemenkeu, Febrio Nathan Kacaribu, mengklaim bahwa performa ekonomi nasional sama sekali tidak buruk, bahkan disebut melampaui banyak negara sejawat di dunia.
“Kalau kita review sedikit dalam 1 tahun terakhir pemerintahan Pak Prabowo-Gibran kayaknya enggak jelek-jelek amat ya. Ini kan sering yang menjadi perang narasi,” ujar Febrio dalam acara Investortrust Economic Outlook 2026 bertajuk ‘Tahun 2026, Tahun Ekspans’ di Jakarta, Rabu (5/11/2025).
“Performance-nya secara underlying enggak jelek-jelek amat. Bahkan dalam beberapa poin kita itu outperforming banyak peers kita,” tambahnya, menegaskan optimisme terhadap fondasi ekonomi yang kuat.
1. Ekonomi stabil di level 5 persen
Febrio kemudian menjabarkan lebih lanjut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan berhasil dipertahankan stabil di kisaran 5 persen yang krusial. Secara rinci, pada kuartal I-2025, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,87 persen. Angka ini kemudian menunjukkan peningkatan signifikan menjadi 5,12 persen pada kuartal II-2025. “Pertumbuhan ekonomi kita stabil di sekitar 5,0 persen untuk paruh pertama tahun ini, dengan Q1 sebesar 4,87 persen dan Q2 mencapai 5,12 persen,” jelasnya, menyoroti konsistensi kinerja di tengah tantangan global.
2. Sektor manufaktur dan IHSG beri sinyal positif
Sinyal positif juga terlihat jelas dari sektor manufaktur, yang menunjukkan vitalitas dan pemulihan. Febrio memaparkan, data terbaru Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat telah berekspansi lebih tinggi di angka 51,2. “Ini sudah ada pembalikan, walaupun kita baru melakukan sedikit perubahan. Data ini per akhir September, jadi kita baru melihat pembalikannya itu karena dampak kebijakan yang kita lakukan,” paparnya, mengindikasikan efektivitas langkah-langkah pemerintah. Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia juga dilaporkan telah mencapai level tertinggi sepanjang masa (all time high) beberapa kali, mencerminkan kepercayaan investor yang tinggi terhadap prospek ekonomi domestik.
“Kita lihat IHSG kita all time high beberapa kali, dan kemarin juga all time high. Hari ini mungkin konsolidasi sedikit,” kata Febrio, menunjukkan dinamika pasar yang sehat.
3. Bunga SBN relatif rendah
Tidak hanya itu, Febrio turut menyoroti kinerja Surat Berharga Negara (SBN) sebagai indikator terpenting yang merepresentasikan tingkat kepercayaan global dan domestik terhadap tata kelola fiskal negara. Dia mencatat, yield (imbal hasil) SBN 10 tahun Indonesia per 16 Oktober mencapai 5,91 persen, sebuah level terendah sejak tahun 2021. Rendahnya yield ini secara signifikan menandakan tingginya kepercayaan pasar terhadap kemampuan Indonesia untuk membayar utang dan menjaga stabilitas fiskal.
“Tapi yang juga harus kita sadari, dan ini seringkali luput dari perhatian masyarakat, adalah di tempat negara lain banyak yang arahnya tidak positif. Kalau kita lihat misalnya Brasil, Argentina, Meksiko, itu tingkat suku bunganya di atas 10 persen,” tuturnya, menekankan posisi relatif Indonesia yang jauh lebih baik di kancah ekonomi global.
Ringkasan
Kementerian Keuangan mengklaim bahwa kinerja ekonomi Indonesia di awal pemerintahan Prabowo-Gibran tidak buruk dan bahkan melampaui banyak negara lain. Pertumbuhan ekonomi stabil di sekitar 5%, dengan pertumbuhan kuartal I sebesar 4,87% dan kuartal II mencapai 5,12%.
Sektor manufaktur menunjukkan sinyal positif dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang berekspansi menjadi 51,2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mencapai level tertinggi sepanjang masa, dan yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun mencapai level terendah sejak 2021, menandakan kepercayaan pasar yang tinggi.