Kinerja Emiten Konglomerasi Tertekan, Diversifikasi Jadi Kekuatan Jelang Akhir 2025

Ussindonesia.co.id  JAKARTA. Kinerja sejumlah emiten yang tergabung dalam grup-grup konglomerasi besar di Tanah Air mencatat hasil beragam sepanjang sembilan bulan pertama 2025.

Sebagian masih tertekan akibat pelemahan daya beli masyarakat, depresiasi rupiah, hingga penurunan harga komoditas. Namun, sejumlah emiten lain justru mampu mencatatkan pertumbuhan pesat berkat diversifikasi bisnis yang kuat.

Emiten yang terafiliasi dengan taipan Prajogo Pangestu menjadi yang paling menonjol. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) berhasil mencatat lonjakan pendapatan sebesar 232,93% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 5,56 miliar per 30 September 2025.

Meneropong Kinerja Emiten Konglomerasi Hingga Kuartal III-2025, Siapa Paling Unggul?

Laba bersih perusahaan juga melesat hingga 2.072% yoy menjadi US$ 26,8 juta.

Kinerja impresif BRPT didorong oleh momentum positif sektor hilirisasi, petrokimia, dan energi hijau yang sedang memasuki fase ekspansi.

“Sektor ini memang sedang dalam fase pertumbuhan dan mendapat dukungan kuat dari kebijakan pemerintah,” ujar Analis Infovesta Utama, Ekky Topan.

Sebaliknya, emiten-emiten di sektor batubara harus menghadapi tekanan akibat harga komoditas yang terus turun sepanjang tahun. Kondisi ini turut menekan kinerja emiten Grup Adaro dan Grup Astra yang memiliki eksposur besar di bisnis batubara.

Sektor ritel dan barang konsumsi juga tidak luput dari tekanan. Pelemahan daya beli dan depresiasi rupiah di tengah meningkatnya tensi perang dagang membuat emiten konsumer, termasuk yang tergabung dalam Grup Salim, ikut terdampak.

Bisnis Grup Astra pun tidak sepenuhnya berjalan mulus. Laba bersih PT Astra International Tbk tercatat turun 5,34% yoy.

Investor Kabur dari Saham Konglomerasi, Blue Chips Jadi Primadona Baru

Meski demikian, grup ini masih terbantu oleh kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang menikmati kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO).

“Pola ini mencerminkan kondisi sektoral. Energi terbarukan dan sawit menjadi pendorong utama, sedangkan batubara dan konsumer masih tertahan,” jelas Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, Senin (3/11/2025).

  AALI Chart by TradingView  

Harapan terhadap sektor properti yang sebelumnya digadang bakal pulih karena penurunan suku bunga juga belum terwujud.

Emiten properti Grup Sinarmas seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) justru mencatat penurunan kinerja.

Sementara itu, Grup Bakrie mulai menuai hasil dari ekspansi di bisnis mineral dan logam melalui PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, menilai kekuatan utama grup-grup konglomerasi terletak pada diversifikasi bisnisnya.

Begini Rekomendasi Saham Saat Ada Rotasi Minat ke Saham Konglomerasi

“Diversifikasi bisnis membuat perusahaan lebih tahan terhadap ketidakpastian dan volatilitas pasar,” ujarnya.

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Reza Diofanda, menambahkan bahwa menjelang akhir 2025, kinerja emiten grup konglomerasi masih berpotensi solid, terutama bagi mereka yang memiliki diversifikasi kuat di sektor energi, infrastruktur, dan teknologi.

Grup Prajogo Pangestu dan beberapa emiten Grup Salim diperkirakan dapat mempertahankan momentum pertumbuhan berkat dorongan ekspor bernilai tambah dan efisiensi produksi.

Selain itu, peluang kerja sama proyek strategis nasional dengan pemerintah di bidang energi terbarukan, transportasi, dan hilirisasi industri juga menjadi katalis positif.

Dana Asing Masih Keluar dari Bursa, Ada Rotasi Minat ke Saham Konglomerasi?

Dari sisi pasar saham, Wafi menilai banyak saham konglomerasi saat ini sudah berada dalam posisi undervalued setelah terkoreksi sejak kuartal II-2025.

“Strategi terbaik bagi investor adalah melakukan akumulasi bertahap pada saham-saham konglomerasi besar dengan neraca keuangan solid dan eksposur bisnis non-komoditas,” katanya.

Ekky menambahkan, beberapa emiten dari Grup Prajogo dan Grup Djarum juga menarik untuk diperhatikan karena memiliki fundamental yang relatif kuat.