Kinerja TLKM dan ISAT Masih Tertekan, Cek Rekomendasi Sahamnya

Ussindonesia.co.id JAKARTA. Kinerja para emiten telekomunikasi masih tertekan sampai kuartal III-2025. Ini tercermin dari kinerja PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indosat Tbk (ISAT) alias Indosat Ooredoo Hutchison.

Melansir laporan keuangan per 30 September 2025, TLKM meraup pendapatan sebesar Rp 109,61 triliun. Angka ini turun 2,31% secara tahunan atau year on year (YoY) dari Rp 112,21 triliun.

Dari sisi bottom line, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk TLKM juga turun 10,69% YoY dari Rp 17,67 triliun menjadi Rp 15,78 triliun per September 2025.

Secara operasional, pendapatan rata-rata per pengguna atau average revenue per user (ARPU) mobile TLKM mencapai Rp 42.400 per September 2025 atau turun 4,7% YoY dari Rp 44.500 per September 2024.

IHSG Turun Tipis 0,04% ke 8.381, Top Losers LQ45 DSSA, SMGR dan ISAT, Senin (10/11)

ARPU IndiHome juga ikut melorot sebesar 9,4% secara tahunan menjadi Rp 216.700 per September 2025. Di periode yang sama pada 2024, ARPU IndiHome masih di level Rp 239.200.

Penurunan kinerja juga dialami oleh Indosat. Di mana, pendapatan ISAT turun 1,55% YoY dari Rp 41,81 triliun per September 2024 menjadi Rp 41,16 triliun per September 2025.

Dari sisi bottom line, laba periode berjalan ISAT per kuartal III-2025 mencapai Rp 3,84 triliun. Raihan ini turun 7,57% secara tahunan dari Rp 4,15 triliun dari posisi per kuartal III-2024.

Sementara secara operasional, ARPU gabungan Indosat mencapai Rp 39.000 selama periode Januari–September 2025. Ini tumbuh 2,63% secara tahunan dari Rp 38.000 di periode yang sama pada 2024.

Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai, kinerja TLKM pada sembilan bulan pertama di 2025 berada di bawah ekspektasinya, baik dari sisi pendapatan maupun laba.

“ISAT meski di bawah konsensus secara kumulatif tetapi menunjukkan tanda pemulihan di kuartal III-2025 terutama dari kenaikan ARPU dan trafik data,” jelasnya kepada KONTAN, Senin (10/11/2025).

  TLKM Chart by TradingView  

Sukarno menilai walaupun periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendorong lonjakan trafik dan konsumsi data, tetapi persaingan harga dan daya beli masih menahan kenaikan signifikan.

“Operator telekomunikasi dengan strategi up-selling dan rasionalisasi SIM, seperti ISAT, berpeluang mencatat peningkatan lebih baik dibanding tahun lalu,” kata Sukarno.

Dari ketiga emiten telekomunikasi, Kiwoom Sekuritas masih menjadikan TLKM sebagai pilihan utama berkat fundamental emiten pelat merah ini yang defensif dan eksposur digital infrastruktur.

Sebenarnya, target harga yang diproyeksikan oleh Kiwoom Sekuritas di level Rp 3.200 telah berhasil dilampaui. Untuk saat ini, target sementara TLKM berada di Rp 3.800 per saham.

“Kami sedang memperbarui untuk kinerja sembilan bulan pertama di 2025 dan perhitungan spin off PT Telkom Infrastruktur Indonesia,” ucapnya.

Sukarno menilai ISAT menjadi pilihan taktis dengan momentum perbaikan operasional dan katalis monetisasi AI/GPU di kuartal IV-2025. Selain itu, kinerja sahamnya terbilang masih negatif dan valuasi sangat menarik.

Sukarno merekomendasikan trading buy ISAT dengan target harga di Rp 2.200 untuk jangka pendek. EXCL dinilai prospektif pasca konsolidasi dengan profil risiko lebih tinggi, sehingga dia merekomendasikan trading buy dengan target di Rp 2.000.

  ISAT Chart by TradingView  

Deputy Head of Research Analyst Indo Premier Sekuritas Aurelia Barus memangkas proyeksi EBITDA TLKM tahun fiskal 2025–2027 sebesar 1,4% sampai dengan 3,7% karena peningkatan biaya dan administratif terkait Telkomsel.

Oleh karena itu, target harga TLKM direvisi oleh Aurelia dari Rp 3.800 menjadi Rp 3.700 per saham. Namun Indo Premier Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi beli pada saham TLKM.

“Ini karena perbaikan berkelanjutan pada ARPU layanan seluler serta potensi daur ulang dan restrukturisasi aset tetap menjadi katalis utama,” tulisnya dalam riset tertanggal 31 Oktober 2025.

Aurelia tetap mempertahankan rekomendasi dan target harga untuk ISAT. Lebih lanjut, Indo Premier Sekuritas merekomendasikan beli ISAT dengan target harga di Rp 2.200 setiap sahamnya.

“Rekomendasi menggunakan asumsi yang lebih konservatif yaitu penurunan EBITDA sebesar minus 1% YoY pada tahun fiskal 2025, dibandingkan panduan manajemen yang memperkirakan pertumbuhan satu digit rendah,” katanya.