
Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Pemerintah mulai menawarkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel kepada investor individu secara online (e-SBN), yaitu instrumen Sukuk Tabungan seri ST015T2 (Tenor 2 tahun) dan ST 015T4 (Tenor 4 tahun). Tipe kupon ST015 adalah mengambang dengan imbalan minimal (floating with floor) dengan tingkat imbalan acuan BI Rate.
Masa penawaran Sukuk Tabungan seri ST015 dimulai hari ini, Senin (10/11/2025) hingga 3 Desember 2025. ST015 ini merupakan SBN ritel terakhir yang diterbitkan pemerintah pada tahun 2025.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menetapkan besaran kupon ST015T2 sebesar 5,20% dan ST015T4 sebesar 5,45% mengambang dengan imbalan minimal (floating with floor) dengan tingkat imbalan acuan BI Rate.
Tujuan penerbitan Sukuk Tabungan Seri ST015T2 dan Green Sukuk Seri ST015T4 secara online adalah untuk mempermudah akses masyarakat berinvestasi di SBSN ritel, memperluas basis investor dalam negeri dengan menyediakan alternatif investasi dan mendukung terwujudnya keuangan inklusif serta memenuhi sebagian pembiayaan APBN 2025.
GOTO Gelar RUPSLB, Mau Minta Restu Merger dengan Grab?
Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kemenkeu, Deni Ridwan mengatakan bahwa Pemerintah cukup optimis penawaran SBN ritel yang terakhir pada tahun 2025 ini akan mendapat sambutan positif dari masyarakat. Di tengah trend penurunan tingkat suku bunga di pasar, kupon ST015-T2 dan ST015-T4 masih cukup kompetitif dan menarik, terutama investor yang memiliki preferensi risiko yang rendah dan instrumen investasi syariah.
Selain itu, ST015-T4 merupakan Green Sukuk Ritel sehingga bisa menjadi alternatif investasi bagi masyarakat yang ingin berkontribusi dalam pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini mengingat hasil penjualan ST015-T4 itu akan dialokasikan kepada proyek – proyek dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
“Target total penerbitan sebesar Rp 10 triliun,” ujar Deni kepada Kontan, Senin (10/11).
ST015 ini tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder (non-tradable), tidak dapat dialihkan, dan tidak dapat dicairkan sampai dengan jatuh tempo kecuali pada periode early redemption tanpa dikenakan redemption cost. Adapun periode pengajuan early redemption ST015T2 adalah 26 Oktober 2026 (09.00 WIB) sampai dengan 3 November 2026 (10.00 WIB). Sedangkan periode pengajuan early redemption ST015T4 adalah 25 Oktober 2027 (09.00 WIB) s.d. 3 November 2027 (10.00 WIB).
PR and Corporate Communication Lead Bibit, William mengatakan, produk ST015 masih terbilang menarik karena menjadi SBN terakhir di tahun 2025 di tengah tren penurunan suku bunga.
Ia bilang imbal hasil ST015 cukup besar dibandingkan rata-rata bunga deposito yang dijamin LPS. Sekalipun di kemudian hari terjadi kenaikan suku bunga, karena sifatnya floating with floor, investor bisa mendapatkan imbal hasil lebih.
William juga mengatakan bahwa produk ini syariah sehingga menarik bagi segmen investor yang memiliki preferensi syariah. Keuntungan lainnya yakni ada juga periode early redemption.
“Sementara itu, produk ST011 juga mencapai maturity sehingga ST015 bisa menjadi instrumen untuk reinvestasi,” ujar William kepada Kontan, Senin (10/11).
Terkait target penjualan, William tak menyebut secara detail berapa target penjualan ST015 di Bibit. “?Target dan proyeksi penjualan Bibit tentunya maksimal. Untuk itu, salah satunya kami memberikan cashback untuk para investor,” ucap William.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede merefleksi tahun 2025 dimana realisasi penerbitan sampai awal November menunjukkan program pembiayaan berjalan besar dan terdiversifikasi. Yakni dengan SUN sekitar Rp 838,8 triliun dan SBSN sekitar Rp 375,6 triliun, yang menegaskan kapasitas penyerapannya oleh pasar dalam negeri.
Di jalur ritel, nilai pemesanan yang terealisasi pada ORI027, SR022, SR023, SBR014, dan ST014, jika dijumlahkan dari tabel ringkasan penerbitan 2025, melampaui Rp 120 triliun. Ini menggambarkan basis investor ritel yang aktif dan setia pada instrumen negara.
“Dengan fondasi ini, penerbitan ritel 2026 berpeluang tetap semarak, terutama bila kalender seri disusun merata sepanjang tahun dan memanfaatkan momentum penurunan suku bunga acuan,” ucap Josua.
Harga Emas Tembus US$4.080 per Ounce, Emiten Tambang Kompak Menguat Senin (10/11)