Menimbang prospek kinerja MDKA, MBMA, dan EMAS pada 2026, begini rekomendasinya

Ussindonesia.co.id JAKARTA. Kinerja keuangan emiten-emiten Grup Merdeka cenderung belum meyakinkan di tengah gencarnya ekspansi bisnis. Namun, ruang untuk perbaikan kinerja keuangan masih cukup terbuka pada 2026 mendatang.

Seperti yang diketahui, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mengalami penurunan pendapatan 22,18% year on year (yoy) menjadi US$ 1,28 miliar per kuartal III-2025. MDKA juga masih menderita rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 34,76 juta. Namun, angka ini menyusut 48,13% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, anak usaha MDKA yaitu PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mencatat penurunan pendapatan usaha sebesar 32,24% yoy menjadi US$ 934,99 juta per kuartal III-2025. Sebaliknya, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk MBMA naik 34,79% yoy menjadi US$ 25,31 juta.

Sebelumnya, PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) lebih dahulu mengumumkan hasil kinerja keuangannya. Pendapatan EMAS tergerus 93,52% yoy menjadi US$ 113.437 per kuartal III-2025. Pada saat yang sama, rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk EMAS membengkak 158,77% yoy menjadi US$ 22,28 juta.

Begini Proyeksi Kinerja Surya Permata Andalan (NATO) Pasca Berganti Pengendali

Kepala Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, prospek kinerja emiten-emiten Grup Merdeka semestinya bisa lebih baik pada 2026. Proyek Tambang Emas Pani dan Tujuh Bukit dapat menjadi game changer untuk produksi emas baik oleh EMAS maupun MDKA.

Selain itu, MBMA berpeluang menjadi motor penggerak utama pendapatan Grup Merdeka seiring optimalisasi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Lead (HPAL).

“Tapi, EMAS bakal jadi pendongkrak margin laba yang paling signifikan begitu produksi komersial Pani berjalan penuh, sedangkan MDKA sebagai induk usaha bakal dapat berkah konsolidasi dari keduanya (EMAS dan MBMA),” ungkap dia, Jumat (19/12).

Tantangan utama bagi Grup Merdeka pada 2026 masih berkaitan dengan volatilitas harga komoditas, terutama nikel. Jika harga nikel global rendah, maka profitabilitas emiten akan tersendat kendati harga emas sedang melambung.

Dalam hal ini, kenaikan harga emas memang menjadi pendongkrak kinerja, namun tidak akan optimal untuk bottom line MDKA jika biaya operasional dari MBMA dan EMAS masih tinggi lantaran fase peningkatan produksi yang belum efisien. “Jadi, stabilitas operasional di MBMA itu krusial untuk menambal beban grup,” imbuh Wafi.

Oleh karena itu, baik MDKA, MBMA, maupun EMAS harus fokus pada efisiensi biaya dan percepatan penyelesaian proyek strategis. Strategi deleveraging juga cukup penting untuk mengurangi beban bunga yang selama ini kerap menggerus laba bersih perusahaan.

Secara umum, saham-saham Grup Merdeka masih layak dipertimbangkan oleh investor. Wafi menargetkan harga saham MDKA berada di level Rp 2.800 per saham, MBMA di level Rp 750 per saham, dan EMAS di level Rp 6.000 per saham.

Merdeka Copper (MDKA) Raup Pendapatan US$ 1,28 Miliar, Ini Rekomendasi Sahamnya