Pasar Kripto 2025, Cermati QT The Fed dan Outflow Dana Besar

Ussindonesia.co.id JAKARTA – Pasar aset kripto tengah menghadapi tekanan dan dorongan positif secara bersamaan. Kondisi ini memengaruhi pergerakan harga dan strategi yang disarankan analis bagi para pelaku pasar.

Dari sisi tekanan, likuidasi besar yang terjadi pada pekan kedua Oktober 2025 masih menyisakan sentimen negatif. Investor masih melihat peristiwa tersebut sebagai pemicu risk-off. Mengutip data Ajaib, sepanjang 3–7 November 2025 terjadi arus keluar sebesar US$1,22 miliar dari Bitcoin Spot berbasis exchange-traded funds (ETF).

Namun, optimisme juga muncul dari kebijakan bank sentral Amerika Serikat. Isyarat The Federal Reserve untuk menghentikan quantitative tightening (QT) per 1 Desember 2025 memberi harapan bahwa likuiditas global akan longgar, sehingga aset berisiko seperti Bitcoin berpotensi kembali diminati.

: Harga Kripto Bitcoin Cs Berharap Pemulihan dari Pelonggaran The Fed

Di pasar spot, berdasarkan data coinmarketcap, harga Bitcoin (BTC) pada Kamis (13/11) pukul 17.02 WIB naik 0,10% dalam tujuh hari terakhir ke US$102.897,99. Pada periode yang sama, Ethereum (ETH) meningkat 3,20% ke US$3.491,32, sementara XRP melonjak 8,38% ke US$2,50.

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menilai dinamika pasar saat ini membutuhkan penyesuaian strategi investasi. Ia menekankan pentingnya pembedaan antara pendekatan jangka pendek, menengah, dan panjang.

: : Harga Bitcoin Sulit Naik, Ada Aksi Investor Institusional

“Untuk jangka pendek, bagi trader harian/mingguan, momentum positif akibat likuiditas The Fed dapat dimanfaatkan untuk spekulasi jangka pendek, namun tetap dengan disiplin manajemen risiko. Volatilitas Bitcoin diperkirakan masih tinggi dalam waktu dekat seiring pasar mencerna sinyal kebijakan terbaru,” ujarnya pada Bisnis, Kamis (13/11/2025).

Untuk trader jangka pendek, Fyqieh menyarankan penetapan target take-profit dan stop-loss yang ketat guna mengamankan keuntungan saat harga bergerak cepat. Ia menyebut rentang psikologis US$100.000–US$110.000 sebagai area penting untuk dicermati karena rawan mengalami breakout atau koreksi yang dipicu sentimen ekonomi atau pernyataan pejabat The Fed. Walaupun sentimen makro seperti pelemahan dolar AS dan potensi likuiditas yang membaik menjadi angin positif, ia mengingatkan adanya risiko aksi ambil untung setelah reli singkat.

Bagi investor jangka menengah dengan horizon 3–6 bulan, ia menilai prospek Bitcoin relatif positif seiring transisi kebijakan The Fed menuju pelonggaran. Strategi buy on dips dapat dipertimbangkan untuk akumulasi saat harga terkoreksi, mengingat tambahan likuiditas berpeluang menjadi katalis penguatan dalam beberapa bulan ke depan.

“Dalam 6 bulan terakhir 2025, Bitcoin sudah naik signifikan didukung kepastian pemotongan suku bunga Fed dan sentimen regulasi yang lebih ramah. Investor menengah disarankan menjaga portofolio seimbang, misalnya dengan tidak all-in pada satu harga pembelian,” ujarnya.

Fyqieh menuturkan volatilitas untuk horizon menengah cenderung lebih rendah dibanding jangka pendek, tetapi potensi koreksi tetap ada. Ia mengingatkan bahwa Bitcoin sempat turun dari rekor US$124.000 pada pertengahan 2025 sebelum kembali menguat.

Secara keseluruhan, ia menilai tren Bitcoin menuju awal 2026 menunjukkan kecenderungan bullish moderat dan layak dipegang, selama investor tetap mencermati perubahan fundamental.

Sementara itu, bagi investor jangka panjang lebih dari satu tahun, Fyqieh menilai fundamental Bitcoin tetap kuat, terlepas dari dinamika kebijakan The Fed dalam jangka pendek. Menurutnya, penghentian QT dan pergeseran menuju ekspansi likuiditas mengonfirmasi bahwa suplai uang fiat cenderung meningkat sementara inflasi dipertahankan pada kisaran 2%. Kondisi tersebut memperkuat narasi Bitcoin sebagai aset lindung nilai terhadap devaluasi mata uang.

Dengan suplai yang terbatas dan tingkat adopsi yang meningkat, tambahan likuiditas global dinilai dapat mendorong permintaan jangka panjang.

“Investor HODL (hold on for dear life) dapat mengambil pelajaran dari sejarah, bahwa setiap kali siklus pelonggaran moneter terjadi, Bitcoin berhasil mencetak harga tertinggi baru setelah melewati koreksi siklusnya. Selama 2024–2025, harga Bitcoin telah melonjak lebih dari 150% seiring kombinasi halving dan dukungan kebijakan ekonomi makro,” pungkasnya.

____

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual aset investasi. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.